Nirmala mengambil ponselnya lalu memotret pemandangan di depan matanya, Heru semakin gusar ia bergegas menghampiri Nirmala, dengan segera Nirmala berlari dan kembali masuk dalam taksi onlinenya, belum sempat Heru mengejar perempuan itu menghentikan langkahnya.
"Biarkan dia pergi, jangan susul dia."
Heru mengikuti ucapan perempuan itu. Ia mengehentikan langkahnya, membiarkan Nirmala pergi dalam keadaan terluka sungguh ia tak pernah menyangka Nirmala akan mengikutinya.
Di dalam taksi Nirmala mencoba menahan rasa sakitnya, ia berusaha untuk tak mengeluarkan air mata terlebih di depan Kania. Taksi online akan membawanya ke rumah Kak Nilam, Nirmala memeluk erat putri kesayangannya. Berharap Kania tak melihatnya menangis, dada Nirmala terasa sesak, rasanya dunia seakan runtuh. Bagaimana tidak melihat orang yang dicintai tengah bergelayut mesra dengan perempuan lain.
Nirmala mengusap matanya sayang air matanya terus meluncur deras, kebohongan demi kebohongan suaminya kini perlahan sudah ia temukan.
Sesampainya di rumah Kak Nilam, Kania sudah langsung main di tempat main kesukaannya jika ke rumah Budenya itu. Kak Nilam melihat keadaan adiknya yang kusut dan sembab.
"Ada apa?" tanya Kak Nilam.
Tak kuasa berbicara, Nirmala mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan gambar yang ia tangkap sebelum pergi.
Kak Nilam tak banyak bicara ia langsung menyambut Nirmala dengan pelukannya dan tangis Nirmala pecah seketika. Kak Nilam membiarkan Nirmala menangis sepuasnya hingga Nirmala benar-benar puas.
Kak Nilam melepaskan pelukannya, ia bangkit dari duduknya berniat akan memberikan minum pada Nirmala.
Diraih gelas itu dari tangan Kak Nilam, Nirmala sudah merasa sedikit tenang setelah menangis dan meminum air.
"Sudah jelas kan Kak? Mas Heru sudah berselingkuh Kak, dia mengkhianatiku," ucap Nirmala yang lagi-lagi gagal menahan tangisnya.
Kak Nilam memeluk adiknya kembali, ia kini tak membiarkan air matanya untuk meluncur deras. Dalam tangis keduanya saling berpelukan.
"Maafkan Kakak yang selalu memintamu bersabar, bukan tanpa sebab kadang kita perlu untuk tetap bersikap tenang agar tak salah jalan, jika sudah berusaha mengobrol dengan suami memintanya berkata jujur namun akhirnya kebohongan lagi yang ia katakan maka tetaplah tenang agar kita bisa menemukan cara yang tepat untuk membalas kebohongan tersebut." ucap Kak Nilam.
"Hatiku hancur Kak" lirih Nirmala.
"Kakak paham dek, lalu apa keputusanmu selanjutnya" tanya Kak Nilam.
"Aku akan membuat perhitungan dengan Mas Heru dan perempuan itu, aku tak akan membiarkan Mas Heru tenang, dia harus merasakan sakit hati ini. Aku akan memperjuangkan hak ku dan Kania."
"Kamu tak akan menanyakan alasannya mendua?"
"Buat apa Kak? Semua sudah jelas tak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk sebuah pengkhianatan." geram Nirmala.
Kak Nilam mengusap punggung adiknya, ia berusaha menenahkan harinya.
***"Nirmala pasti salah paham, Bun.""Nanti Bunda bantu jelaskan yah, tenang saja semua akan baik-baik saja. Ayah sebaiknya berangkat kerja dulu saja," ucap perempuan itu.
"Nggak bisalah, Ayah gak bisa tenang, Nirmala pasti marah banget. Dia sudah curiga sejak Ayah salah sebut nama panggilan beberapa waktu lalu, bagaimana ini Bun?"
Heru gusar, namun perempuan itu terlihat santai dan tenang saja.
"Kamu nggak akan ngerti, bagaimana kalau Nirmala mengadukan ini sama Mama dan Papa ku. Aku bisa dipecat dari kantor Mas Gilang, kamu tahu kan Mama dan Papa sangat membencimu hingga mereka memintaku menceraikanmu dulu, iya kan?" gertak Heru.
Heru mulai kehilangan kesabarannya. Perempuan itu menunduk, dia hanya terdiam. Melihat hal itu, Heru mengusap wajahnya lalu mendekati perempuan itu.
"Maafkan aku Sarah, aku khilaf. Maafkan aku," Heru memohon di hadapan perempuan itu.
Ya, namanya Sarah. Dia adalah perempuan yang dulu pernah menjadi istri Heru, pernikahan mereka hanya bertahan tak kurang dari enam bulan karena menikah tanpa restu orang tua Heru.
Keduanya saling mencintai, bahkan cinta Heru pada Sarah mungkin lebih besar daripada cinta Heru pada Nirmala, begitupun dengan Sarah. Mereka terpaksa bercerai, lalu Heru dijodohkan dengan Nirmala perempuan pilihan Mama dan Papa.
Tak ingin berpisah begitu saja, Heru dan Sarah tetap menjalin hubungan yang baik hingga akhirnya Heru memutuskan untuk menikahi Sarah secara siri, cinta yang begitu besar terhadap Heru membuat Sarah rela dimadu dan dijadikan istri kedua tanpa ikatan pernikahan yang tercatat di kantor agama.
Heru menikah kembali dengan Sarah tepat saar Nirmala dinyatakan positif hamil. Entah apa yang merasuki Sarah hingga dia mau melakukan itu, bahkan Sarah rela jika dia tak mendapatkan hak dikunjungi malam hari ini semua demi menyembunyikan hubungan mereka.
Sayang seribu sayang, serapat apapun bangkai disembunyikan kita tak akan pernah bisa menyembunyikan baunya dan akhirnya hal itu terjadi.
Kini Nirmala mengetahui semuanya, Heru cemas dan gusar, Nirmala memiliki hati istimewa di mata Mama dan papa nya, Nirmala gadis yang rela mengorbankan darahnya ketika Papa Heru memerlukan banyak darah saat mengalami kecelakaan tunggal ketika mengendarai sepeda motor, Nirmala lah yang menyelamatkan Papa Heru sejak saat itulah Papa dan Mama Heru jatuh hati pada ketulusan Nirmala.
"Aku tahu Mas," lirih Sarah.
"Tahu apa kamu? Kamu malah melarangku untuk mengejar Nirmala dan menjelaskan semuanya, kamu..."
"Ceraikan aku lagi Mas,"
Seketika Heru terdiam mendengar kalimat yang keluar dari mulut istri mudanya itu. Dia dengan segera memeluk istri yang ia nikahi kembali karena merasa cinta yang masih bersarang di hatinya.
"Nggak, aku nggak akan menceraikan kamu lagi. Kita sudah jauh berjalan menjalani ikatan ini, aku nggak mau kita berpisah lagi. Jangan ngomong kayak gitu lagi," ucap Heru.
"Aku tahu Mas, aku yang salah di sini, aku yang mau kamu nikahi secara diam-diam. Ini resiko yang harus kita hadapi Mas," ucap Sarah.
"Kita hadapi sama-sama ya, maafkan aku sempat emosi dan memerahimu, maaf,"
Heru memeluk erat Sarah dan berkali-kali menciumi kening Sarah, Sarah menangis dalam pelukan suaminya itu.
****"Apa rencanamu sekarang?" tanya Kak Nilam"Aku akan ke rumah Mama dan Papa membicarakan ini baik-baik, aku harus menemui mereka Kak, aku gak terima diperlakukan seperti ini," ucap Nirmala.
"Baiklah, Kakak antar kamu."
"Tidak perlu Kak, aku titip Kania saja."
"Yakin kamu tidak apa-apa bawa kendaraan sendiri?"
"Aku nanti pakai kendaraan online saja Kak, kakak gak apa-apa kan aku repotin terus."
Kak Nilam tersenyum.
"Nggak apa-apa dong, santai aja. Terus ibu gimana dek?" tanya Kak Nilam.
Nirmala terdiam, dia memikirkan perasaan ibunya jika tahu anaknya di khianati seperti ini beliau pasti menyalahkan dirinya sendiri karena permintaan ibulah Nirmala mau menikah dengan Heru.
Ibu Nirmala membunjuk Nirmala supaya mau menerima Heru yang dijodohkan hanya karena merasa berhutang budi padanya, Nirmala menghela nafasnya, diusap wajahnya dengan kasar.
"Ibu sudah dengar semuanya"
Nirmala dan Kak Nilam mengarahkan pandangan pada sumber suara. Keduanya nampak terkejut mendapati Ibu sudah berdiri di belakang mereka.
"Ibu..." Lirih Nirmala
----Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba
"Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih
"Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter
"Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it
"Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me
"Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala
Ponsel Sarah kembali berdering, dia tampak malas melihatnya tapi mendadak sumringah ketika yang menelepon bukan Heru melainkan Jaka, lelaki yang saat ini mengganggu pikirannya sejak pertemuannya tadi.Dengan segera Sarah mengangkat telepon itu."Halo, dengan Ibu Sarah Alea Putri?""Ish, apaan sih. Gak lucu," ucap Sarah seraya tersenyum.Jaka terdengar tertawa di ujung sana, Sarah terlihat malu-malu dan dia tak banyak bicara."Kamu lagi apa?" tanya Sarah."Lagi diem aja," jawab Sarah."Kamu gak nanya aku lagi apa?""Hmm ... Harus ya?""Nggak sih, cuma ya gak adil aja. Aku kan udah nanya masa kamu nggak, tapi sebelum kamu nanya aku jawab duluan deh. Aku lagi mikir mau ngajak kamu makan malam tapi takut ditolak, jadi gimana ya caranya? Kamu tahu gak caranya gimana?"Sarah terdiam, dia kini benar-benar merasakan kegamangan. Kehadiran Jaka membuat dirinya serasa berada di persi
"Tak lama kamu pindah ayahku meninggal karena serangan jantung, aku dan ibu bertahan di kampung itu hingga kami sudah tak punya apapun. Seluruh peninggalan ayah sudah habis terjual, lalu ibu membawaku ke kota ini, dia menitipkanku ke tetangga dan ibu bekerja. Aku gak tahu kerja ibu apa, yang jelas aku lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan si rumah tetanggaku karena ibu selalu pulang lama pergi pagi. Lalu ...."Sarah menjeda kalimatnya, dadanya seakan terasa sangat sesak bila mengingat semua perjalanan hidupnya yang tak pernah menemukan kebahagian, hanya sekejap ketika bertemu dengan Heru tapi itu pun tak lama.Jaka mencoba menenangkan Sarah dengan mendekatinya dan mengusap punggung Sarah, tapi Sarah menjauh dan menolak. Jaka terkejut, tapi ia pun kemudian maklum kini mereka sudah bukan anak kecil lagi, bahkan dari pakaiannya Sarah pasti sangat menjaga diri dari lelaki yang bukan mahramnya."Ibu pun meninggal sesaat setelah aku menikah, berun
Perlahan Sarah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dari luar sudah terdengar riuh orang ngobrol tapi tak terdengar suara Heru, Sarah semakin penasaran, ia kembali ke halaman rumah lalu mengamati setiap kendaraan benar saja dari tiga mobil dan dua motor yang terparkir bukan milik Heru.Dia segera lewat pintu belakang, Sarah berpikir itu donatur yang sengaja datang menemui panti untuk memberikan langsung dananya atau untuk melihat langsung panti ini. Ya, memang suka ada donatur yang sengaja berkunjung secara langsung untuk memberikan bantuan pada panti itu."Siapa bu?" tanya Sarah begitu sampai di dalam."Biasa, dari perusahan Jaya Corp. Mereka lagi mau bikin event di panti ini, acaranya minggu depan. Itu pemimpin perusahaan sama event organizernya, coba kamu temui mereka. Ada Lina juga di sana sudah gabung, soalnya dari tadi ibu nunggu kamu.""Oh, baiklah bu."Tanpa banyak berkomentar, Sarah segera menemui mereka. Kehadiran Sarah cukup men