Share

Kepergok

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2021-11-22 04:41:27

"Kenapa Pa, kok kayak kaget gitu?" tanya Nirmala pada Heru

"Enggak, biasa saja. Perasaan kamu saja kali, ayo masuk. Aku cuci tangan dulu."

Nirmala tak membahas lagi, karena ia yakin hanya akan ada kebohongan dari suaminya. Heru mengajak Nirmala dan Kania masuk ke dalam rumah, lalu ia mengikuti kedua perempuan yang mengisi hatinya itu.

"Papa, Papa kenapa?" tanya Kania.

"Nggak apa-apa sayang, kok kamu tanya gitu?" heran Heru.

"Mama nangis terus di rumah Bude."

Mendengar ucapan Kania, Heru menoleh ke arah Nirmala yang tengah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. "Kania main sendiri dulu ya," ucap Heru.

Anak kecil itu hanya mengangguk dan kembali asyik dengan berbagai jenis mainan di depan televisi yang menyala.

Heru berjalan menghampiri Nirmala. Nirmala dibuat terkejut ketika ada tangan yang melingkar di pinggangnya dari arah belakang. Sontak saja Nirmala membalikan badannya dan melepas pelukan Heru.

"Kaget Mas, jangan kayak gini aku 'kan lagi masak. Lagian gak enak dilihat Kania."

"Kamu kenapa sih, Ma? Aku lihat akhir-akhir ini kamu beda."

"Masa sih Mas, itu perasaan kamu saja kali. Oh, ya Mas bagaimana kalau buat investasi kita ambil satu rumah di kompleks perumahan elit di kawasan kota ini?" tanya Nirmala

Sontak Heru terkejut dan melepaskan pelukannya pada Nirmala. Heru terlihat kikuk dan kelimpungan. Ia mencoba menenangkan dirinya, sedangkan Nirmala berada pada perasaan semakin curiga.

"Kok Papa kayak kaget gitu?" tanya Nirmala

"Iyalah, Ma. Itu 'kan perumahan mewah, apa kita bisa beli rumah di sana?" tanya Heru

"Kalau kita kuat niatnya pasti bisa Pa. Papa tanya-tanya saja dulu." Nirmala tetap membicarakan tentang keinginannya itu sambil tak menghilangkan pandangannya dari Heru. Ia ingin memastikan seberapa banyak suaminya itu berbohong.

"Nanti kita bicarakan lagi. Oh, iya kata Kania kamu nangis terus di rumah Kak Nilam, benar itu?" tanya Heru

Nirmala terdiam, ia menghela napas. Mematikan kompor kemudian duduk di kursi makan. Heru mengikuti langkah istrinya, ditatap dengan lekat wajah istrinya. Heru memang menemukan mata Nirmala yang sudah menggantung dan sedikit sembab.

"Ada hal yang membuatku bersedih saja Mas, nanti aku akan cerita."

"Apa itu, Ma? Ceritakanlah pada Papa, kita hadapi bersama-sama. Bukankah kita sudah janji akan melewati apa pun bersama, iya kan?" tanya Heru.

Nirmala menatap tajam kedua kelopak mata Heru. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu sementara dirinya sendiri sudah tak peduli dengan janji yang mereka buat saat akan mengikat janji pernikahan. Senyum Nirmala mengandung ledekan pada Heru yang telah mengkhianati dirinya, seperti punya kepribadian ganda Heru pandai berakting di hadapan Nirmala. "Pa, aku mau menanyakan sesuatu."

Heru merasa ada yang aneh dengan nada bicara Nirmala. Ia memandang istrinya dengan perasaan tak menentu. "Apa itu?" tanya Heru.

"Aku minta Papa jawab jujur, saat aku mengantarkan makan siang dua hari yang lalu, sebenarnya Papa pergi ke mana?"

Heru menjauhkan tubuhnya dari hadapan Nirmala. Napasnya terasa berhenti kala itu karena pertanyaan menohok dari Nirmala. Heru mengusap wajah gusarnya. "Oke, maaf Ma. Papa akan jujur, sebetulnya saat itu Papa pergi makan siang bersama teman lama, susah untuk menolak permintaannya Ma, sudah lama gak ketemu Ma," ucap Heru.

Nirmala mengusap wajahnya. Ia tak habis pikir kenapa suaminya masih saja mengeluarkan pernyataan kebohongan. Heru dengan lancar berbicara meski tampak bergetar karena kebohongan ia keluarkan.

Merasa usahanya sia-sia karena Heru tampaknya tak akan berkata jujur, akhirnya Nirmala menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. "Papa yakin itu jawabannya?" Nirmala mencoba menatap mata suaminya, ia tak ingin melewatkan momen di mana Heru mencoba berbohong lagi.

Tepat sekali, Heru semakin lihai dalam berbohong ia menganggukan kepalanya. "Kenapa sih, kayaknya Mama gak percaya sama Papa?" tanya Heru

"Bukan tak percaya Pa, kalau memang alasannya itu, kenapa harus minta satpam bilang ada meeting. Papa jadi nyuruh orang berbohong."

Heru terlihat menelan air ludahnya. Ia benar-benar dibuat sangat terpojok oleh Nirmala. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali pada Kania dan bermain dengan putri kesayangannya itu.

'Mas, Mas. Sudah pintar berbohong kamu ya, Mas.'

***

Seperti biasa aktivitas pagi hari yang tak pernah Nirmala lewatkan adalah menyiapkan sarapan, menyuapi Kania, dan menyiapkan keperluan Heru. Pagi ini ia berencana kembali mengikuti suaminya itu dan berharap tak dipersulit lagi oleh penjaga di depan komplek itu.

"Pa, nanti aku mau ke rumah Kak Nilam lagi ya!" 

"Kamu kok akhir-akhir ini sering ke sana," ujar Heru heran.

"Iya Pa, aku pasti sering ke sana ada urusan yang harus aku selesaikan dengan Kak Nilam. Aku bekerja sama dengan Kak Nilam," ucap Nirmala

"Bekerja sama?" heru menekan ucapannya, Nirmala mengangguk. "Bekerja sama apa?" tanya Heru.

"Adalah Pa, usaha kecil-kecilan." Nirmala tersenyum kecil, Heru nampak bahagia. Ia tak menyadari bahwa Nirmala pun sama tengah membohonginya. Ah, rumah tangga macam apa itu dipenuhi saling berbohong?

Tiba waktunya Heru pamit, tetapi tiba-tiba saja ia mendapati Nirmala menggendong Kania masuk dalam mobilnya. Tentu saja membuat Heru nampak panik.

"Lho kok Mama naik mobil?" tanya Heru.

"Emangnya kenapa, Pa? Papa keberatan kalau anterin aku dulu ke rumah Kak Nilam, lagian sekalian jalan kan cuma tinggal belok dikit aja," ujar Nirmala santai.

Heru terdiam sejenak. "Aduh, Ma. Ini udah siang lho nanti Papa kesiangan. Kamu pakai motor aja atau pesan taksi online ya?" pinta Heru

Nirmala menatap tajam suaminya, baru kali ini ia ditolak oleh suaminya. Seingatnya dulu kalau dia mau kerja terus Nirmala minta dianterin dulu ke rumah ibu yang arahnya beda dengan kantornya, Heru tak pernah menolak. Kecurigaan Nirmala semakin menguat.

"Hm ... baiklah, aku naik taksi online saja."

Nirmala tak banyak bicara, Heru bernapas lega mendengar keputusan Nirmala itu. Nirmala menggendong kembali Kania dan turun dari mobil suaminya lalu memesan taksi online. Ia punya ide agar tidak dipersulit oleh penjaga keamanan di perumahan itu. Ya, jika pakai taksi online mungkin akan lebih mudah.

Heru sudah menghilang dari pandangannya tak lama taksi online pesanan Nirmala datang dan segera meminta sppir untuk mengikuti mobil Heru.

Dugaan Nirmala benar, Heru mengunjungi perempuan itu lagi dan benar saja Nirmala bisa masuk dengan bebas tanpa hambatan ke perumahan itu. Heru menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah. Nirmala mengamatinya dari dalam mobil.

"Sayang, tunggu dulu sama Pak Sopir ya. Pak saya titip anak saya dulu. Saya mau turun sebentar untuk melihat teman saya ada atau tidak."

Sopir hanya mengangguk begitu pun dengan Kania, anak itu benar-benar penurut. Detak jantung Nirmala tak karuan, napasnya semakin memburu, bergemuruh, dan langkahnya seakan berat namun ia terus melangkah mendekati rumah itu.

Pemandangan itu akhirnya tampak di depan matanya. Perempuan itu bergelayut mesra menenteng sebuah wadah, mengantar Heru kembali masuk dalam mobil. Nirmala bergegas menghampiri mereka. "Jadi di sini tempat kamu membeli makan siang Mas."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
LISJE SETIAGUSTINA
mantappppps
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ending

    Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Sebuah Permintaan

    "Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Mimpi

    "Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Permintaan Lelaki Lain

    "Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ujian Kebersamaan

    "Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Heru Meradang

    "Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status