Share

Kepergok

"Kenapa Pa, kok kayak kaget gitu?" tanya Nirmala pada Heru

"Enggak, biasa saja. Perasaan kamu saja kali, ayo masuk. Aku cuci tangan dulu."

Nirmala tak membahas lagi, karena ia yakin hanya akan ada kebohongan dari suaminya. Heru mengajak Nirmala dan Kania masuk ke dalam rumah, lalu ia mengikuti kedua perempuan yang mengisi hatinya itu.

"Papa, Papa kenapa?" tanya Kania.

"Nggak apa-apa sayang, kok kamu tanya gitu?" heran Heru.

"Mama nangis terus di rumah Bude."

Mendengar ucapan Kania, Heru menoleh ke arah Nirmala yang tengah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. "Kania main sendiri dulu ya," ucap Heru.

Anak kecil itu hanya mengangguk dan kembali asyik dengan berbagai jenis mainan di depan televisi yang menyala.

Heru berjalan menghampiri Nirmala. Nirmala dibuat terkejut ketika ada tangan yang melingkar di pinggangnya dari arah belakang. Sontak saja Nirmala membalikan badannya dan melepas pelukan Heru.

"Kaget Mas, jangan kayak gini aku 'kan lagi masak. Lagian gak enak dilihat Kania."

"Kamu kenapa sih, Ma? Aku lihat akhir-akhir ini kamu beda."

"Masa sih Mas, itu perasaan kamu saja kali. Oh, ya Mas bagaimana kalau buat investasi kita ambil satu rumah di kompleks perumahan elit di kawasan kota ini?" tanya Nirmala

Sontak Heru terkejut dan melepaskan pelukannya pada Nirmala. Heru terlihat kikuk dan kelimpungan. Ia mencoba menenangkan dirinya, sedangkan Nirmala berada pada perasaan semakin curiga.

"Kok Papa kayak kaget gitu?" tanya Nirmala

"Iyalah, Ma. Itu 'kan perumahan mewah, apa kita bisa beli rumah di sana?" tanya Heru

"Kalau kita kuat niatnya pasti bisa Pa. Papa tanya-tanya saja dulu." Nirmala tetap membicarakan tentang keinginannya itu sambil tak menghilangkan pandangannya dari Heru. Ia ingin memastikan seberapa banyak suaminya itu berbohong.

"Nanti kita bicarakan lagi. Oh, iya kata Kania kamu nangis terus di rumah Kak Nilam, benar itu?" tanya Heru

Nirmala terdiam, ia menghela napas. Mematikan kompor kemudian duduk di kursi makan. Heru mengikuti langkah istrinya, ditatap dengan lekat wajah istrinya. Heru memang menemukan mata Nirmala yang sudah menggantung dan sedikit sembab.

"Ada hal yang membuatku bersedih saja Mas, nanti aku akan cerita."

"Apa itu, Ma? Ceritakanlah pada Papa, kita hadapi bersama-sama. Bukankah kita sudah janji akan melewati apa pun bersama, iya kan?" tanya Heru.

Nirmala menatap tajam kedua kelopak mata Heru. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu sementara dirinya sendiri sudah tak peduli dengan janji yang mereka buat saat akan mengikat janji pernikahan. Senyum Nirmala mengandung ledekan pada Heru yang telah mengkhianati dirinya, seperti punya kepribadian ganda Heru pandai berakting di hadapan Nirmala. "Pa, aku mau menanyakan sesuatu."

Heru merasa ada yang aneh dengan nada bicara Nirmala. Ia memandang istrinya dengan perasaan tak menentu. "Apa itu?" tanya Heru.

"Aku minta Papa jawab jujur, saat aku mengantarkan makan siang dua hari yang lalu, sebenarnya Papa pergi ke mana?"

Heru menjauhkan tubuhnya dari hadapan Nirmala. Napasnya terasa berhenti kala itu karena pertanyaan menohok dari Nirmala. Heru mengusap wajah gusarnya. "Oke, maaf Ma. Papa akan jujur, sebetulnya saat itu Papa pergi makan siang bersama teman lama, susah untuk menolak permintaannya Ma, sudah lama gak ketemu Ma," ucap Heru.

Nirmala mengusap wajahnya. Ia tak habis pikir kenapa suaminya masih saja mengeluarkan pernyataan kebohongan. Heru dengan lancar berbicara meski tampak bergetar karena kebohongan ia keluarkan.

Merasa usahanya sia-sia karena Heru tampaknya tak akan berkata jujur, akhirnya Nirmala menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. "Papa yakin itu jawabannya?" Nirmala mencoba menatap mata suaminya, ia tak ingin melewatkan momen di mana Heru mencoba berbohong lagi.

Tepat sekali, Heru semakin lihai dalam berbohong ia menganggukan kepalanya. "Kenapa sih, kayaknya Mama gak percaya sama Papa?" tanya Heru

"Bukan tak percaya Pa, kalau memang alasannya itu, kenapa harus minta satpam bilang ada meeting. Papa jadi nyuruh orang berbohong."

Heru terlihat menelan air ludahnya. Ia benar-benar dibuat sangat terpojok oleh Nirmala. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali pada Kania dan bermain dengan putri kesayangannya itu.

'Mas, Mas. Sudah pintar berbohong kamu ya, Mas.'

***

Seperti biasa aktivitas pagi hari yang tak pernah Nirmala lewatkan adalah menyiapkan sarapan, menyuapi Kania, dan menyiapkan keperluan Heru. Pagi ini ia berencana kembali mengikuti suaminya itu dan berharap tak dipersulit lagi oleh penjaga di depan komplek itu.

"Pa, nanti aku mau ke rumah Kak Nilam lagi ya!" 

"Kamu kok akhir-akhir ini sering ke sana," ujar Heru heran.

"Iya Pa, aku pasti sering ke sana ada urusan yang harus aku selesaikan dengan Kak Nilam. Aku bekerja sama dengan Kak Nilam," ucap Nirmala

"Bekerja sama?" heru menekan ucapannya, Nirmala mengangguk. "Bekerja sama apa?" tanya Heru.

"Adalah Pa, usaha kecil-kecilan." Nirmala tersenyum kecil, Heru nampak bahagia. Ia tak menyadari bahwa Nirmala pun sama tengah membohonginya. Ah, rumah tangga macam apa itu dipenuhi saling berbohong?

Tiba waktunya Heru pamit, tetapi tiba-tiba saja ia mendapati Nirmala menggendong Kania masuk dalam mobilnya. Tentu saja membuat Heru nampak panik.

"Lho kok Mama naik mobil?" tanya Heru.

"Emangnya kenapa, Pa? Papa keberatan kalau anterin aku dulu ke rumah Kak Nilam, lagian sekalian jalan kan cuma tinggal belok dikit aja," ujar Nirmala santai.

Heru terdiam sejenak. "Aduh, Ma. Ini udah siang lho nanti Papa kesiangan. Kamu pakai motor aja atau pesan taksi online ya?" pinta Heru

Nirmala menatap tajam suaminya, baru kali ini ia ditolak oleh suaminya. Seingatnya dulu kalau dia mau kerja terus Nirmala minta dianterin dulu ke rumah ibu yang arahnya beda dengan kantornya, Heru tak pernah menolak. Kecurigaan Nirmala semakin menguat.

"Hm ... baiklah, aku naik taksi online saja."

Nirmala tak banyak bicara, Heru bernapas lega mendengar keputusan Nirmala itu. Nirmala menggendong kembali Kania dan turun dari mobil suaminya lalu memesan taksi online. Ia punya ide agar tidak dipersulit oleh penjaga keamanan di perumahan itu. Ya, jika pakai taksi online mungkin akan lebih mudah.

Heru sudah menghilang dari pandangannya tak lama taksi online pesanan Nirmala datang dan segera meminta sppir untuk mengikuti mobil Heru.

Dugaan Nirmala benar, Heru mengunjungi perempuan itu lagi dan benar saja Nirmala bisa masuk dengan bebas tanpa hambatan ke perumahan itu. Heru menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah. Nirmala mengamatinya dari dalam mobil.

"Sayang, tunggu dulu sama Pak Sopir ya. Pak saya titip anak saya dulu. Saya mau turun sebentar untuk melihat teman saya ada atau tidak."

Sopir hanya mengangguk begitu pun dengan Kania, anak itu benar-benar penurut. Detak jantung Nirmala tak karuan, napasnya semakin memburu, bergemuruh, dan langkahnya seakan berat namun ia terus melangkah mendekati rumah itu.

Pemandangan itu akhirnya tampak di depan matanya. Perempuan itu bergelayut mesra menenteng sebuah wadah, mengantar Heru kembali masuk dalam mobil. Nirmala bergegas menghampiri mereka. "Jadi di sini tempat kamu membeli makan siang Mas."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
LISJE SETIAGUSTINA
mantappppps
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status