Hidup butuh sedikit perubahan yang menantang Bell.
Kak David
____________
Mungkin sekarang Rann harus terbiasa dengan David. Terbiasa untuk diantar David yang hanya sampai gerbang bukannya parkiran.
Terbiasa dengan David yang akan merapikan rambutnya yang berantakan. Dan terbiasa dengan Pandangan aneh para siswa yang melihatnya.
Setidaknya itulah sedikit kebiasaan Rann setelah kehadiran David di sekitarnya. David adalah anak dari kakaknya Krishna, ayahnya Rann. David datang dari Solo untuk melanjutkan pendidikannya.
Karena Rann dan David sudah dekat sejak kecil, jadi untuk tinggal satu rumah rasanya bukan masalah yang cukup besar.
Rann berjalan ke area sekolah. Berjalan diantara para siswa yang sudah ramai memasuki area parkiran. Seperti biasanya, David selalu tiba di saat sekolah sudah mulai ramai. Karenanya, R
Rann berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin, Rann melihat teman-temannya duduk seperti biasa."Dari mana aja lo Rann?" tanya safna saat melihat Rann mendekat."Mmm." Rann hanya bergumam, bingung harus jawab apa. Karena tidak mungkin kalau dia menjawab telah mencari pelantun misterius itu, yang ada nanti dia di bilang konyol lagi.Rann duduk tepat di sebelah Alika, dan sekejap merasakan kenyamanan. Tiba-tiba seseorang menyapanya."Hai Rann." sapa orang itu."Lo!" Rann terkejut melihat siapa yang menyapanya."Lo ngapain disini?" pertanyaan Rann membuat teman-temannya saling bertukar pandang keheranan."Rann, lo kenal Siapa dia?" tanya safna keheranan."Oh ya, guys kenalin, gue Farel, eh Viral aja deh biar keren." Tanpa di tanya, Viral memperkenalkan diri."Gue boleh gabung
Rann meninggalkan ruang OSIS, berjalan menuju rooftop sekolah. Rann bermaksud hendak menenangkan fikiran sejenak. Istirahat dari semua peristiwa yang terjadi sepanjang hari ini.Rann duduk di sebuah kursi, pandangannya menyapu bersih segala yang ada di depannya. Sejenak dia merasa hidup sedang berpihak pada dirinya. Udara alam yang segar dengan hangat menemani kesendiriannya, perlahan otaknya Mulai berkelana, memori tentang Rey datang menghampiri.Terlintas rasa penasaran tentang pelantun lagu misterius itu. Otaknya terus saja berkelana memikirkan hal itu, hingga akhirnya seseorang mengejutkannya."Cewek gak baik duduk sendirian disini, di jam sekarang," ucap seseorang yang berada di belakang Rann.Rann yang terkejut pun menoleh. Matanya melebar saat melihat siapa yang dibelakangnya."Lo!" Pekik Rann dan dia langsung berdiri."Lo!" ucap orang itu yang j
Makannya Rann, say hallo dong biar gak asing...Samudra Alvian.__________________Samudra berjalan keluar kelas setelah selesai memasukan alat tulisnya ke dalam tas. Rasanya di ingin cepat sampai di ruang musik untuk menemui seseorang yang seharusnya dia temui kemarin siang. Akibat orang itu menghadiri rapat OSIS jadi Samudra tidak bisa menemuinya. Entah mengapa, mendengar kepribadiannya yang di ceritakan oleg Khan dan Tiara membuat Samudra ingin bertemu langsung dengannya."Sam. Buru-buru amat lo, mau kemana?" tanya Rafly saat melihat Samudra dengan terburu-buru berjalan keluar kelas."Mau ketemu seseorang, udah di tunggu, duluan ya," jawab Samudra, dan dengan segera berjalan meninggalkan ruang kelas. Samudra berjalan menyusuri koridor. Pandangannya menangkap sesosok yang dia kenal tengah berjalan di depan sa
"Kak gak ikut masuk nih??" tanya Rann pada David.Saat ini keduanya tengah berada di depan sebuah apotek. Rann meminta David untuk mengantarnya ke apotek sebelum pulang.Rann ingin membeli obat karena akhir-akhir ini kepalanya sering di dera rasa pusing dan darah sering keluar dari hidungnya."Gak ah malas, kakak tungu disini aja," ucap David yang memilih untuk tetap di motornya bermain ponsel."Ya udah deh," ucap Rann seraya berjalan memasuki apotek"Untung di tolak. Kalau kak David beneran ikut, kan, gawat. Lagian, niat nawarinnya juga cuma basa basi doang," Rann mengelus dada seraya berucap syukur karena David tidak turut masuk. Rann memasuki apotek dengan tergesa-gesa, takut jika nantinya David berubah pikiran."Maaf mas, bisa tolong buatkan resep obat ini?" ucap Rann pada salah satu apoteker yang ada disana."Kak
Jangankan bisnis, sesama kasih sayang yang tak di harapkan saja gue gak akan pernah sudi.Rannia Krishna_______________"Bell, ada hal penting yang harus papa sampaikan sama kamu," ucap Krishna membuka ketegangan di meja makan itu. Rann hanya diam tanpa niat menyahut."Papa sudah putuskan-" Krishna kembali berhenti takut-takut jika salah bicara. Sedangkan Rann hanya menatap datar dengan aura dingin tapi masih berusaha mendengar."Papa akan jodohkan kamu dengan anak teman papa." Susah payah Krishna berucap, berusaha agar tak ada yang tersinggung. Karena dia tau, Rann sedikit sensitif dengan hal ini.Rann menghentikan kegiatan makannya, meletakkan sendoknya pelan. Menatap Krishna dengan tatapan datar tanpa berucap.David begidik ngeri melihat tatapan sepupunya itu, sementara Nia bingung sendiri har
Kring ...Bel tanda istirahat Berbunyi dengan nyaringnya. Seluruh siswa bergegas keluar kelas. Keadaan seperti biasanya, begitu juga dengan Rann, Alika, dan Tiara mereka berjalan menyusuri koridor."Seneng banget tuh kak Rann pagi-pagi udah di sambut most wanted sekolah.""Tukeran posisi dong kak.""Gue juga mau kali."Setidaknya itulah beberapa ocehan siswa yang disekitar koridor yang berhasil ditangkap oleh telinga ketiga cewek itu."Tunggu!" Tiara menghentikan langkahnya."Lo beneran Rann, disapa most wanted?? siapa tuh namanya?" tanya Tiara menginterogasi."Kak Azim," timpal Alika sekenanya."Emang kenapa? Udah biasakan?" jawab Rann cuek.Bagi Rann itu hal biasa, karena Rann sendiri sudah sering mendapat sapaan dari Azim sang Wakil ketos k
"Rann. Lo kenapa sih?" tanya Alika setelah keduanya duduk disalah satu bangku.Inilah mereka, di dalam perpustakaan. Duduk di salah satu meja, berada diantara anak-anak rajin yang sedang meluangkan waktunya untuk membaca.Setelah menikmati kejadian dikantin, dengan sigap Alika menarik Rann dan mengajaknya ke perpus untuk menenangkan diri. Alika sadar akan perubahan sikap Rann sejak tadi pagi itu bukan tanpa sebab."Gue gak papa," jawab Rann dingin."Huh, masih aja sembunyi" sinis Alika."Gue tau lo Rann, percuma lo sembunyiin tetep aja gue tau! Kenapa sih Rann, lo gak mau terbuka? Setidaknya sama gue kalo emang lo gak mau ke yang lain, ke semuanya, gue disini! Gue siap buat jadi pendengar, gue siap bantu sebisa gue!" ucap Alika dengan tatapan lurus tajam menyimpan kekecewaan.Rann menghela nafas kasar, ada rasa sesak di dada, ingin sekali meluap
Samudra berdiri tepat pada satu tangga sebelum tangga terakhir. Pandangannya mencari anggota keluarganya yang dirindukan. Kakinya kembali melangkah menuju ruang makan. Dilihatnya kedua orang tuanya tengah bersiap untuk makan malam, begitu juga dengan Megha, adik perempuannya."Kak, ayo cepat. Udah lapar nih," ucap Megha seraya melambaikan tangan.MEGHA RAHMA LESMANA.itulah namanya. Adik perempuan Samudra sekaligus anak terakhir di keluarga ini. Dia masih duduk di bangku SMP."Bunda masak apa?" tanya Samudra seraya duduk di samping Megha."Bunda masak buntut kaka," ceplos Megha dengan senyum jahilnya. Alhasil, Samudra melongo di buatnya."Sop buntut maksudnya," jelas Alvi, bunda Samudra. Sungguh receh candaan putrinya itu.Malam ini, suasana kekeluargaan begitu terasa di ruang makan ini. Semua makan sop buntut buatan b