Rann seorang pelajar dengan otak cerdas dan tawaran masa depan yang gemilang dengan gelimang harta keluarga. Ketika diawal Rann masuk dunia SMA, di pertemukan dengan seorang senior yang berhasil mencuri perhatiannya selama beberapa bulan. Reyhan, seorang wakil ketua OSIS. Namun semua itu tak bertahan lama karena tanpa angin tanpa hujan Rey pergi tanpa kabar, sehingga sukses mengubah kehidupan Rann. Sampai akhirnya takdir mempertemukan Rann dengan seseorang yang perlahan mengikis luka itu dan menggantinya dengan hal-hal baru lainnya. Siapakah si pembuka lembaran baru itu???
Lihat lebih banyak"Masa lalu itu indah ya Al, kalau diingat jadi kenangan," ucap Rann pada Alika saat keduannya tengah duduk santai di rooftop sekolah di jam istirahat.
Mengingat dimana pada saat itu ....
Titik-titik air hujan mulai menetes membasahi bumi. Suasana mendung dan hawa dingin menyelimuti pagi ini, seakan-akan ingin memeluk Rann dalam ketakutan, dag dig dug, senang, bingung, semuanya bercampur jadi satu.
Ini adalah hari pertama bagi Rann dan teman-teman Anak Somplak mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Angkasa. Anak Somplak adalah nama dari sekumpulan cewek-cewek cantik nan cerdas yang beranggotakan 9 orang.
Mereka adalah Alika si jenius, Viona si hitam manis berlesung, Safna si heboh, Inay si nyebelin, Rann si kulkas, Mey si tomboy pala batu, Tiara si bocil suara emas, Anna si bucin, dan Mom Willy si kesayangan.
"Kenapa Lo Rann, pucet banget tu muka?" Inay memperhatikan raut wajah Rann.
"Hmm ...." Rann hanya membalasnya dengan senyuman manis.
"Lo sakit ya Rann?" Inay cemas dengan keadaan Rann yang sangat pucat.
"Gak kok Nay, gue gak papa, cuma deg-degan aja, mau lanjutin acar MOS, perasaan gue agak gimana gitu, kayak bakal terjadi sesuatu gitu," jawab Rann sekenanya.
"Lo bener tu Rann, lo tau gak, gue juga dari semalam udah deg-degan gak karuan sampai gak bisa tidur, padahal dari kemarin emang gitu hehe." Safna turut heboh menanggapi Rann.
"Lebay lo Saf!" cibir Mey kesal dengan respon Safna yang menurutnya berlebihan.
"Apaan sih Mey?" ketus Safna tak terima.
"Udah-udah gak usah bertengkar," ujar Viona berusaha melerai.
"Eh mending kita kesana deh, yang lain udah pada kumpul tuh," ajak Alika melihat keadaan sekitar.
Dan benar saja, anak-anak yang lain sudah berkumpul di lapangan untuk melanjutkan kegiatan.
Kegiatan berjalan dengan lancar sesuai dengan ketentuan yang ada. Bila ada yang melakukan kesalahan maka akan menerima konsekuensinya.
"Ishh ...!" dengus Rann.
"Kenapa Rann?" Tiara yang mendengar dengusan Rann akhirnya bersuara.
"Apes gue, pake salah segala," jawab Rann.
"Mau gak mau lo kena hukuman dong," ujar Inay.
"Tinggal terima aja kok repot," ucap Anna sinis sementara yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat respon temannya itu.
"Udah, sabarin aja." Willy mencoba menerapkan perannya dengan menguatkan Rann.
"Yang sabar gue kawinin dah," ucap Mey asal.
"Ngebet lo?" Rann seraya berlalu membuat Mey cengengesan
Seluruh siswa berkumpul di lapangan. Banyak anak yang melakukan kesalahan dan mereka harus menerima konsekuensi yang telah di sepakati bersama.
"Dapat hukuman apa Rann?" Viona yang penasaran langsung menyerbu Rann.
''Huh! Nyebelin banget sih! Masa? Gue di suruh nyari kak Reyhan dan minta tanda tangannya sampai dapat?"
"Benarkah?'' Safna kembali heboh menanggapi ucapan Rann.
"Hmmm," gumam Rann dan sedikit anggukan kepala.
"Dan yang lebih parah lagi, gue cuma di kasih waktu sampai besok pagi, mana gue gak tau lagi yang namanya kak Reyhan itu kayak apa." Rann begitu menggebu mengungkapkan kekesalannya.
"Udah tenang aja, nanti kita bantu."
"Bener tuh Nay, kita bantu, kita cari kak Reyhan sama-sama," sambung Tiara.
"Nah ... itu satu lagi masalahnya.'' Melihat kekompakan sahabatnya membuat Rann miris sendiri rasanya.
"Lah, kenapa lagi Rann?" tanya Safna kepo abis.
"Ya, karena gue gak boleh di bantu sama siapapun, dan gue harus nanya kesana kemari sama kakak senior, Saf," jelas Rann.
"Walahhh berat dong." Willy kembali menimpali.
"Ya berat dong Will, lagian, siapa suruh buat kesalahan!" cibir Anna.
"Udah dong, An. Rann, kan gak sengaja." Alika hanya geleng-geleng kepala melihat ke arah Anna.
"Biasa kali Al, tenang aja," ujar Rann.
Rann beranjak dari sana, mulai berjalan kesana kemari dan bertanya tentang Reyhan pada para senior. Namun tak ada seorangpun yang mau menjawabnya dengan jelas. Semuanya hanya mengatakan dengan teka teki rumit yang membuat kepala pusing muter-muter.
"Udah jam 12 gue belum ada titik terang sama sekali lagi, bisa gawat kalo gagal," gumam Rann gelisah.
"Nih, sekedar penyegar."
Rann terkejut mendengarnya dan seketika Rann menoleh mencari sumber suara.
"Thanks, lo siapa ya? Kenapa tiba-tiba lo kasih minum ke gue?" Rann heran dengan sikap cowok di depannya yang sama sekali tidak di kenalnya.
Keadaannya hampir sama dengan Rann, seragam putih biru dengan hiasan berbagai aksesoris yang di tentukan senior untuk MOS kali ini. Sama-sama mengenaskan.
"Hai, gue Rafly. Gue sama kayak lo, siswa baru, sebenarnya gue cuma sekedar lewat sih dan tak sengaja gue lihat lo sendirian disini, lo kelihatan pusing, lo pucat banget, lo gak kuat ya sama kegiatan kek gini?"
"Ah, gak kok. Biasa aja, cuma yah ... gitu deh. Oh ya, kenalin gue Rann."
"Ok, Rann."
"Yes, Raf."
*****
"Sob lo darimana aja nih? Lo tau gak, anak-anak yang lain pada nyariin lo tuh." Dafa langsung mengintrogasi Rey saat melihatnya mendekat.
Reyhan Lesmana, sang Wakil OSIS. Most wanted dengan kecerdasannya dan ke tampanannya. Jangan lupakan ke aktifannya di beberapa organisasi sekolah. Walaupun masih ada pak KetOs, Tapi tetap saja pamornya sama-sama kuat dengan kelebihan masing-masing.
"Sorry Daf, gue dari toilet tadi, kenapa emangnya?" Rey bingung dengan sikap Dafa.
"Gak ada apa-apa sih, cuma agenda hari ini adalah hukuman untuk para siswa yang melakukan kesalahan, dan lo jadi salah satu sasarannya." Dafa berdiri tepat di depan Rey.
"Maksud lo??" tanya Rey bingung.
"Saat ini ada yang lagi nyariin lo buat minta tanda tangan lo. Saran gue sih, coba lo main dulu buat menghindar. Seru tuh Rey, di ajak main-main dulu," jelas Dafa.
"Sampai kapan hukumannya?" Rey merasa ketinggalan banyak info.
"Sampai besok pagi, ingat loh!" peringat Dafa.
Rey hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan Dafa. Rey kembali ke tempat acara. Banyak Siswa yang berlalu lalang, Dan berkali-kali juga Rey di tanya tentang satu persatu panitia oleh para junior yang di hukum.
Terkadang Rey menggeleng atau bahkan menjawab dengan pertanyaan kembali.
"Rey, lo darimana aja? Kok baru kelihatan?" tanya Sintia, sahabat Rey.
"Kemana? Gue gak kemana-mana, emangnya ada apa Sis?" tanya Rey dengan watadosnya.
"Lo laper gak? Cari makan yuk," ajak Sintia.
"Boleh, mau makan dimana? Gue bayarin dehhh," tawar Rey.
"Yang bener nihhh?" Sintia gnecar menggoda Rey saat merasa ada ruang.
"Hmm ...," balas Rey dengan anggukan kecil.
Keduanya bergegas mencari makan selagi ada waktu.
"Rey, sejauh ini sudah berapa banyak cewek yang minta tanda tangan lo?" tanya Sintia di sela-sela makannya.
"Gak ada," jawab Rey enteng.
"Serius lo?? Masa gak ada sih??" tanya Sintia tak percaya.
"Serius, dari tadi gue cuma ladenin junior yang nanyain dia, dia, dan dia ... gak ada satupun yang nanyain gue." Rey menjawab seraya menunjuk ke sembarang arah.
"Wahhhh kayaknya ada yang salah nih." Sintia seraya membuka-buka lembaran kertas di depannya.
"Gimana? Ada gak?" tanya Rey penasaran.
"Nahhh ini, lo bakal jadi sasaran satu cewek, siap-siap lo,'' jawab Sintia heboh.
"Terserah lo deh," ujar Rey datar.
"Kok lodeh??" decak Sintia.
"Ah bodo! Yang penting lo siap-siap deh, ditunggu," ujar Sintia acuh.
Setelah selesai, Keduanya kembali kelapangan dan berkumpul dengan yang lainnya. Kembali mebahas kegiatan selanjutnya.
*****
"Assalamualaikum."Terdengar salam dari lantai bawah, dan tak lama setelah itu terdengar percakapan beberapa orang. Rann yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi."Kak, siapa di bawah?" tanya Rann saat berpapasan dengan David di tangga, rupanya David juga penasaran."Kayaknya, Mama, Papa.""Sayang ...," teriak Nia saat melihat keduanya menuruni tangga."Mama ..,." pekik Rann seraya mengbambur kedalam pelukannya, tak lupa pula mencium takdim punggung tangan kedua orang tuanya."Oleh-olehnya mana??" tanya Rann dengan nada manjanya."Kamu ini," ucap Krishna yang gemas dengan putrinya.Untuk kesekian kalinya Krishna bisa melihat tingkah manja putrinya itu setelah kejadian beberapa waktu lalu.Nia mengeluarkan semua bar
Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser."Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan."Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra."Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi."Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari p
"Hai, Baby." Awan yang baru saja datang, langsung menyapa Mey.Kehadiran Awan tak kalah Mengejutkan dari Rann dan Samudra, di tambah lagi dengan seseorang di belakangnya."Eh, sayang ... tumben banget kamu nyamperin aku disini? " ujar Mey seraya meraih tangan Awan agar duduk. Mey merasa ada yang aneh pada pacarnya itu.Bagaimana tidak, karena selama setahun pacaran, Awan sangat sulit untuk di ajak ke kantin.Ada saja ribuan alasan untuk menolak, terutama dengan banyaknya pandang mata yang menatapnya risih.Tapi jangan salah, karena setelah penolakan itu, Awan akan menggantinya dengan kencan romantis."Lo bawa siapa, Wan?" tanya Anna yang merasa tak asing dengan orang di belakang Awan."Sohib," jawab Awan singkat tanpa berniat memperpanjang."Beb, kemarin malam kamu di telpon ngomong apa sih
Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi."Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David."Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah."Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya."Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu.Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap
David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud.Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB.Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua.David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya.Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu."Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya.David tau, tadi malam R
Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan. Nayla kharisma. _______________ Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara. "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya. "Dare deh," jawab Tiara ragu. "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann. "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara. "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk. "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya. "Ok, fine!" Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen