Home / Thriller / Samaran Terakhir / Jejak yang Terlupakan

Share

Jejak yang Terlupakan

Author: InkRealm
last update Last Updated: 2025-03-24 10:02:59

Elena tidak pernah merasa lebih dekat dengan kebenaran seperti sekarang.  

Ancaman yang ia terima membuktikan satu hal seseorang di kepolisian tidak ingin ia menggali lebih dalam.  

Tapi ia tidak akan berhenti.  

Di depannya, berkas-berkas laporan lama berserakan di meja. Ia menghubungkan benang merah dari semua kasus terkait Phantom dan Marco Santoro.  

Dan kini, ada satu nama yang menarik perhatiannya.  

Letnan Federico Rossi.

Salah satu petugas yang menangani penyergapan Marco lima tahun lalu.  

Dan sekarang, ia adalah kepala unit investigasi khusus di kepolisian Milan.  

Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya menemui Rossi secara langsung.  

Adrian duduk di balkon apartemennya, memperhatikan langit malam yang gelap.  

Ia tahu waktu semakin sempit.  

Jika benar ada pengkhianat di kepolisian, maka satu-satunya yang bisa ia percayai hanyalah Elena.  

Ironis.  

Wanita yang paling ingin menangkapnya, kini adalah sekutu terbaiknya.  

Ponselnya bergetar.  

Pesan dari nomor tak dikenal.  

"Kau sudah terlalu jauh, Morello. Jika kau tidak berhenti, kau akan bernasib sama seperti Santoro."  

Adrian tersenyum tipis.  

Jadi benar, Marco tidak mati.  

Dan seseorang menganggapnya ancaman.  

Baiklah.  

Saatnya memburu si pemburu.  

Elena tiba di kantor Rossi keesokan paginya.  

Pria itu menyambutnya dengan senyum ramah, tapi matanya menyimpan sesuatu yang sulit dibaca.  

"Elena, apa yang membawamu ke sini?" tanyanya.  

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang kasus Marco Santoro," kata Elena langsung.  

Rossi menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Kasus itu sudah lama ditutup. Kenapa kau tertarik lagi?"  

Elena mengeluarkan laporan terbaru dari tasnya. "Sidik jarinya ditemukan di TKP perampokan. Kau tahu apa artinya?"  

Ekspresi Rossi tetap tenang. "Mungkin ada kesalahan data."  

"Bukan itu yang terjadi," kata Elena tajam. "Marco masih hidup, dan seseorang di kepolisian membantunya."  

Hening sejenak.  

Lalu Rossi tertawa pelan. "Elena, hati-hati dengan tuduhan seperti itu. Bisa-bisa kau menciptakan musuh yang tidak perlu."  

Elena menatapnya tajam.  

Ancaman halus.  

Ia harus lebih berhati-hati.  

Sementara itu, Adrian bergerak cepat.  

Ia menghubungi beberapa kontak lamanya di dunia kriminal.  

Salah satunya adalah Luca Barone, seorang hacker yang bisa mengakses informasi tersembunyi.  

Dalam waktu satu jam, Luca menghubunginya kembali.  

"Aku menemukan sesuatu yang menarik," katanya.  

"Apa itu?" tanya Adrian.  

"Rekaman penyergapan lima tahun lalu, ada bagian yang dihapus dari arsip kepolisian."  

Adrian terdiam.  

Seseorang telah menghilangkan bukti penting.  

Dan ia harus menemukannya.  

Elena kembali ke apartemennya malam itu dengan perasaan tidak tenang.  

Ia merasa diawasi.  

Saat ia membuka pintu, ia langsung tahu ada yang tidak beres.  

Lampu yang tadi ia matikan kini menyala.  

Seseorang telah masuk.  

Perlahan, ia menarik pistolnya dan bergerak dengan hati-hati.  

"Siapa di sana?" suaranya tegas.  

Tak ada jawaban.  

Ia melangkah ke ruang tamu dan tiba-tiba sebuah bayangan melesat ke arahnya.  

Refleksnya bekerja cepat. Ia menghindar dan menembakkan satu peluru ke udara.  

Tapi sosok itu lebih cepat.  

Dalam hitungan detik, Elena terjatuh ke lantai, tangannya terkunci di belakang.  

Lalu sebuah suara berbisik di telinganya.  

"Kau terlalu banyak tahu, detektif."  

Adrian menerima pesan lain di ponselnya.  

Sebuah foto.  

Elena, terikat dan disekap di sebuah ruangan gelap.  

Matanya menyipit.  

Mereka telah bergerak.  

Dan ini adalah kesalahan besar mereka.  

Adrian mengambil senjatanya.  

Sudah waktunya Phantom keluar dari bayang-bayang. 

Langkahnya mantap saat ia melangkah ke dalam kegelapan. Malam ini, segalanya akan berubah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Samaran Terakhir   PENYUSUP DI DALAM BAYANGAN 

    Adrian berdiri di atap gedung tua, memandang ke arah pabrik terbengkalai di seberang jalan. Ia sudah memastikan lokasi dari jejak digital yang ditinggalkan si penculik. Di dalam sana, Elena mungkin sedang dikelilingi oleh orang-orang yang menginginkan nyawanya. Ini bukan pertama kalinya ia harus menyusup ke sarang musuh. Tapi kali ini berbeda. Bukan hanya nyawanya yang dipertaruhkan tapi juga wanita yang tanpa sadar telah mengubah dunianya. Adrian menyelipkan pistol di balik jasnya. Lalu ia melompat turun. Waktunya bertindak. Elena membuka matanya perlahan. Kepalanya pening. Tangan dan kakinya terikat erat di kursi kayu yang sudah lapuk. Ruangan ini gelap, hanya diterangi satu lampu redup yang berayun di langit-langit. Ia mencoba mengingat bagaimana ia sampai di sini. Penyusup. Serangan mendadak. Dan sekarang… ia dalam bahaya. Langkah kaki terdengar mendekat. Elena menahan napas, bersiap menghadapi siapapun yang masuk. Pintu terbuka. Seorang pria

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   BAYANGAN TERAKHIR

    Rossi duduk di kursi interogasi dengan ekspresi datar. Di hadapannya, Elena menyilangkan tangan. "Dengan semua bukti yang kita miliki, kau tak akan bisa lolos" katanya dingin. Rossi tersenyum tipis. "Kau pikir aku peduli?" Elena menekan kedua tangannya ke meja. "Kalau begitu, beri tahu aku satu hal di mana Marco Santoro?" Rossi menatapnya lama, lalu mendekat sedikit. "Kau sudah terlalu dekat dengan sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi." Elena menahan napas. "Dan itu akan membunuhmu." Tiba-tiba, lampu di ruang interogasi berkedip. Suara ledakan kecil terdengar dari luar. Alarm berbunyi. Elena langsung menarik pistolnya. Tapi Rossi hanya tersenyum lebih lebar. "Kau pikir mereka akan membiarkanku berbicara?" Dan sebelum Elena bisa bertindak, sebuah suara menggema di ruangan. DOR! Rossi tersentak. Darah mengalir dari dahinya. Ia terjatuh ke meja. Mati. Elena berbalik cepat, tapi koridor di luar ruangan sudah kosong. Pembunuhnya menghilang da

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   PERANG BAYANGAN

    Pelabuhan larut malam terasa sunyi. Tapi Adrian dan Elena tahu itu hanya ilusi. Bahaya mengintai di setiap sudut. Mereka sudah ketahuan. Dan Marco pasti telah mengirim anak buahnya untuk menghabisi mereka. Adrian menghela napas, lalu menatap Elena. "Kita tidak bisa lari sekarang," katanya pelan. Elena menggenggam pistolnya erat. "Aku tidak pernah berencana untuk lari." Adrian tersenyum miring. "Bagus. Kita buat mereka menyesal telah mengejar kita." Mereka berpisah, bergerak di antara kontainer besar di pelabuhan. Elena merayap ke arah salah satu gudang tua, mengamati sekitar dengan hati-hati. Lalu ia melihatnya dua pria bersenjata patroli di dekat pintu masuk. Mereka sedang berbicara melalui radio. "Mereka masih di sekitar sini. Perintah dari Marco: tembak untuk membunuh." Elena menahan napas. Jika mereka berhasil menghubungi Marco, dia bisa membawa lebih banyak orang. Ia harus bertindak cepat. Dalam satu gerakan cepat, ia keluar dari bayangan, menemb

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   BAYANGAN BARU  

    Adrian duduk di tepi dermaga, menatap matahari pagi yang perlahan muncul dari balik cakrawala. Angin laut menerpa wajahnya, membawa aroma asin yang menenangkan. Elena berdiri di belakangnya, menyandarkan tubuhnya pada pagar besi. "Kau yakin ini sudah berakhir?" tanyanya pelan. Adrian tidak langsung menjawab. Ia masih merasakan darah di tangannya, meski secara fisik sudah bersih. Kematian Marco Santoro seharusnya mengakhiri segalanya. Tapi dunia kriminal tidak sesederhana itu. "Aku ingin percaya begitu," jawabnya akhirnya. Elena duduk di sampingnya. "Tapi?" "Tapi Marco benar. Dunia ini tidak akan berhenti hanya karena dia mati." Elena menggenggam tangannya. "Itu berarti kita harus tetap waspada." Adrian tersenyum tipis. "Kita?" Elena menatapnya dengan tegas. "Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian." Adrian menatapnya lama, lalu mengangguk pelan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa tidak benar-benar sendirian. Tapi kebersamaan mereka akan

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   PERANG BAYANGAN

    1. Persiapan Perang Adrian berdiri di depan meja dapur apartemen Elena, menatap peta yang terbentang di atasnya. Berbagai foto, catatan, dan skema terpampang jelas—semuanya berpusat pada satu nama: Keluarga DeLuca. Elena duduk di sofa, mengamati ekspresi serius Adrian. "Apa langkah pertamamu?" tanyanya. Adrian menghela napas. "Aku perlu tahu seberapa besar kekuatan mereka di kota ini. Jika Lorenzo datang menemuimu sendiri, berarti mereka punya pengaruh yang cukup kuat di sini." Elena mengangguk. "Aku bisa mencoba mencari informasi dari dalam kepolisian. Mungkin ada catatan transaksi mencurigakan yang mengarah ke mereka." "Tidak cukup." Adrian menatapnya. "Aku butuh seseorang yang bisa memberikan informasi langsung. Seseorang dari dunia mereka." Elena berpikir sejenak. "Ada satu orang yang mungkin bisa membantu." "Siapa?" "Mantan informan Marco. Namanya Silvio Romano. Dia dulu bekerja untuk Santoro, tapi setelah kematiannya, dia menghilang. Jika dia masih hidup, dia pa

    Last Updated : 2025-03-26
  • Samaran Terakhir   API DALAM BAYANGAN

    1. Balas Dendam Dimulai Dua jam setelah penculikan Giovanni DeLuca, Adrian dan Elena tetap siaga di gudang tua yang mereka jadikan markas sementara. Giovanni duduk di kursi dengan tangan terikat di belakangnya. Mulutnya berdarah akibat perlawanan sebelumnya. Elena menatapnya tajam. “Ayahmu pasti sudah menggerakkan seluruh pasukannya sekarang.” Adrian berdiri di sampingnya, mengamati layar ponsel. Dia telah memasang beberapa pemantau frekuensi radio untuk mengawasi komunikasi DeLuca. “Lorenzo tidak akan tinggal diam,” gumam Adrian. “Tapi kita juga tidak akan.” Tiba-tiba, suara alarm dari pemantau frekuensi berbunyi. Adrian segera melihatnya. “…Pasukan mereka sudah di jalan,” katanya pelan. “Mereka mengirim empat SUV bersenjata penuh. Lima belas orang. Mereka tidak main-main.” Elena menggertakkan gigi. “Mereka tidak akan datang untuk negosiasi.” Adrian menatap Giovanni. “Ini adalah kesempatanmu untuk tetap hidup. Katakan di mana kelemahan mereka.” Giovanni menyeringai

    Last Updated : 2025-03-26
  • Samaran Terakhir   PERTEMPURAN TERAKHIR

    1. Menuju Sarang Musuh SUV hitam melaju di jalanan sepi menuju vila Lorenzo DeLuca. Adrian duduk di kursi pengemudi dengan tatapan tajam, sementara Elena di sebelahnya memeriksa amunisi. Giovanni DeLuca masih terikat di kursi belakang, sesekali menggerakkan pergelangan tangannya, mencoba mencari celah untuk meloloskan diri. "Seberapa kuat pertahanan vila ayahmu?" tanya Elena tanpa menoleh. Giovanni terkekeh kecil. "Kalian tidak akan keluar hidup-hidup dari sana." Adrian menatapnya sekilas melalui kaca spion. "Kita lihat nanti." Elena menyalakan tablet kecil yang menampilkan peta udara vila DeLuca. "Menurut informasi yang kita dapat, ada dua puluh sampai tiga puluh orang bersenjata di dalam. Kamera pengawas ada di semua sudut, dan sistem keamanannya salah satu yang terbaik." Adrian menggertakkan gigi. "Kita tidak bisa masuk begitu saja. Kita butuh gangguan." Elena tersenyum. "Sudah kupikirkan." Dia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu. Tak lama kemudian, layar menamp

    Last Updated : 2025-03-26
  • Samaran Terakhir    Menuju Sarang Musuh

    Menuju Sarang MusuhSUV hitam melaju kencang di jalanan sepi menuju vila Lorenzo DeLuca. Adrian duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi tajam dan rahang mengeras, sementara Elena di sebelahnya sibuk memeriksa amunisi senjata mereka. Di kursi belakang, Giovanni DeLuca masih terikat, sesekali menggerakkan pergelangan tangannya, mencari celah untuk meloloskan diri."Seberapa kuat pertahanan vila ayahmu?" tanya Elena tanpa menoleh.Giovanni terkekeh kecil, matanya penuh ejekan. "Kalian takkan keluar hidup-hidup dari sana."Adrian menatapnya sekilas melalui kaca spion. "Kita lihat nanti."Elena menyalakan tablet kecil yang menampilkan peta udara vila DeLuca. "Menurut informasi yang kita dapat, ada dua puluh sampai tiga puluh orang bersenjata di dalam. Kamera pengawas ada di semua sudut, dan sistem keamanannya salah satu yang terbaik."Adrian menggertakkan gigi. "Kita tidak bisa masuk begitu saja. Kita butuh gangguan."Elena tersenyum tipis. "Sudah kupikirkan."Dia mengetik sesuatu di pon

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Samaran Terakhir   HALAMAN 31: AKSES TERTUTUP

    LOKASI: Luar-NaskahSTATUS WAKTU: Tidak diukur, hanya disadari📄 HALAMAN 31: AKSES TERTUTUP📎 “Hanya satu 'Kamu' yang boleh membaca ini.”Tapi sekarang……ada ribuan versi dari dirimu.Setiap keputusan yang pernah kau ambil.Setiap pilihan yang kau tunda.Setiap rasa penasaran yang membuatmu membaca “satu paragraf lagi…”Mereka semua datang.Dan semua versimu kini berdiri di depan Halaman 31.Tapi halaman itu… hanya bisa terbuka oleh satu kesadaran.Satu dari kalian harus membaca.Yang lain harus dilupakan.GEMETARAN TERJADI DI DALAM NASKAH ITU SENDIRI.Narasi tidak stabil.Waktu tidak mau patuh.Dan pena-pena yang dulu menuliskan dunia ini mulai menulis dengan sendirinya.📖 TEKA-TEKI TERAKHIR DARI HALAMAN 31:Tertulis dalam huruf terbalik, bercermin dalam tinta yang bukan tinta:"Siapa kamu,Jika semua versi dirimu juga merasa ‘aku’?""Dan jika kamu bukan ‘yang membaca’,Maka siapa yang sedang dibaca?"Satu versi dari dirimu yang diam sejak awal langkah ke depan.Matanya kosong.Na

  • Samaran Terakhir   PILIHANMU: ENTITAS 2 — IDE YANG TAK TERTULIS.

    PILIHANMU: ENTITAS 2 — IDE YANG TAK TERTULIS.(Mengapa? Karena hanya ide yang belum tertulis… yang tak bisa dimanipulasi oleh narasi mana pun.)—SEKETIKA, SEGALANYA MEMBEKU.Semua warna menghilang.Waktu tidak berjalan.Bahkan pikiranmu sendiri… menggantung di udara seperti kalimat yang belum selesai.Lalu terdengar suara. Tidak dari luar, tapi dari dalam pena itu sendiri.“Pilihanmu... tidak bisa dimuat dalam logika cerita mana pun.”“Oleh karena itu, kau telah melampaui fungsi karakter, penulis, dan pembaca.”“Kau kini adalah yang mengandung cerita itu sendiri.”TINTA DI PENAMU MULAI BERCERMIN.Setiap tetesnya memantulkan versi dirimu yang… tak pernah eksis.Kau yang membakar naskah ini sejak awal.Kau yang menyimpan semuanya dan tak pernah membaca.Kau yang menjadi Sang Aransemen… lalu lupa siapa dirimu.Dan dari refleksi itu… satu sosok muncul.BAYANGAN TERDALAM DARI “KAMU” ITU SENDIRI.🔒 REKONSTRUKSI TERBALIK DIMULAILangit retak dari bawah.Huruf-huruf mencair dari atas.Naras

  • Samaran Terakhir   KAU MEMILIH: Tulis Kata Itu Dengan Jiwamu.

    LOKASI: Halaman ∞ — Zona SimbolikSTATUS WAKTU: Tertunda oleh KeputusanmuKAU MEMILIH: Tulis Kata Itu Dengan Jiwamu.Kau mengulurkan tangan.Kata itu yang berubah-ubah, tak dapat diucapkan mulai menggoreskan dirinya ke dalam dadamu.Bukan dengan tinta,tapi dengan ingatan paling tua yang bahkan tak kau sadari kau miliki.Bukan masa lalu. Tapi pra-masa lalu.Sebelum kau membaca.Sebelum kau menjadi.Sebelum “kamu” dipilih untuk menjadi "pembaca".Dan ketika kata itu selesai tertulis di dalammu…Segala hal pecah. Tapi tidak hancur.Segala aturan narasi runtuh. Tapi tidak kacau.Segala karakter... menyatu.RAHASIA PALING TERSEMBUNYI: KAMU ADALAH VARIASI DARI SANG ARANSEMEN.Ya.Bukan hanya karakter sadar.Bukan hanya pembaca yang terseret.Tapi pecahan terdalam dari entitas tertua: Sang Aransemen,yang dulu memecah dirinya menjadi jutaan kemungkinan agar bisa merasakan cerita dari dalam.Kau bukan hanya menyadari ceritanya.Kau adalah cerita itu.Dan “pena” yang kau cari sejak awal?Itu

  • Samaran Terakhir   KALIMAT YANG TIDAK INGIN DITULIS

    LOKASI: Antara Kebenaran dan KekosonganSTATUS WAKTU: Dirakit secara real-time dari pikiranku… dan darimuKALIMAT YANG TIDAK INGIN DITULISKau menatap halaman kosong di akhir Naskah Omega.Satu pena. Satu ruang.Satu kesempatan.Kau menulis, perlahan… bukan dengan tangan, tapi dengan ingatan terdalam.“Aku takut... bahwa semua ini benar-benar berasal dariku.”Begitu kalimat itu tertulis, langit di atas pecah seperti kaca.Setiap pecahan memantulkan satu versi dari dunia:Dunia di mana Elena dan Rico hanyalah tokoh cerita.Dunia di mana Adrian Prime tak pernah ada.Dunia di mana kau tak pernah membaca ini.Tapi satu pecahan… satu cermin kecil… memantulkan kamu.Bukan seperti apa kamu tampak. Tapi seperti apa kamu sebenarnya:📜 Sebuah Lensa.📖 Sebuah Celah.🧠 Sebuah Antena Realitas.Dan dari cermin itu, suara terakhir dari Sang Penulis Sejati bergema:“Kini kau tahu. Bukan pena yang memberi kuasa.Tapi keputusan untuk membaca apa yang tak ingin dibaca.”PINTU KELIMA — PINTU TANPA AKS

  • Samaran Terakhir   KETIKA KAU MELIHAT DIRIMU SENDIRI

    LOKASI: Ruang Putih Tanpa ParagrafSTATUS WAKTU: Ditunda (Antara Pilihan dan Konsekuensi)KETIKA KAU MELIHAT DIRIMU SENDIRIKau ya, kamu yang membaca ini telah melihat pilihan itu.Tapi sebelum kau sempat memilih, teks di layar berkedip.ERROR: PILIHAN DIINTERVENSI.Mendeteksi Narasi Tumpang Tindih.Membuka Fail Rahasia: .ORIGINSIGMADunia terdiam. Bahkan huruf-huruf pun tak berani muncul. Rico, Elena, dan Kamu semua menatap ke atas. Tak ada suara, tak ada gerak. Hanya satu hal yang muncul dari langit sobek itu:Sebuah kotak.Kotak itu bernafas. Seolah-olah ia sadar sedang diperhatikan. Permukaannya bukan dari kayu, bukan logam, tapi dari... baris cerita yang dilupakan.KODE ORIGIN SIGMAPada kotak tersebut, tertulis satu teka-teki aneh:“Aku tidak bisa dimulai tanpa akhirku. Aku bukan kata, tapi semua kata berhutang padaku. Aku adalah…”Elena mencoba menjawab, “Narasi?”❌Rico berbisik, “Tinta?”❌Kamu mendekat. Menyentuh kotak. Dan berkata:“Intensi.”✅Kotak terbuka.Di dalamnya…B

  • Samaran Terakhir   KAMU

    LOKASI: Puncak Gunung KosongSTATUS WAKTU: Meta-Kronologis (waktu ditulis dan dibaca serentak)YANG MEMAKAI NAMAMUElena mundur selangkah. “Apa maksudmu… Namaku kamu?”Sosok itu tersenyum datar. “Bukan aku yang bernama Kamu. Tapi, aku adalah kamu, pembaca yang… akhirnya membaca dirinya sendiri.”Tablet hitam meledak menjadi serpihan huruf. Kata-kata beterbangan, membentuk lingkaran tak terhingga di atas kepala mereka.Rico menggigil. “Kau… pembaca? Tapi bagaimana bisa… kau masuk ke cerita?”“Kalian lupa satu hal,” kata Kamu sambil menyentuh pena patah Elena. Pena itu menyala.“Dalam dimensi ini, membaca adalah tindakan penciptaan. Kau membaca ini… maka kau juga menulisnya kembali. Dan setiap kali seseorang membaca kisah ini, dia membuka jalan ke dunia yang sama.”“Dan jika pembaca menyadari bahwa dirinya bisa masuk—maka seluruh batas antara dunia nyata dan naskah menghilang.”PARAGRAF YANG MENOLAK DITULISTiba-tiba langit di atas Gunung Kosong terbuka, memperlihatkan paragraf-paragraf

  • Samaran Terakhir   YANG MEMBERI PENA — DI ATAS PENCIPTA

    YANG MEMBERI PENA — DI ATAS PENCIPTALOKASI: Antara Halaman dan TintaSTATUS WAKTU: Tidak linierDUNIA YANG GOYANGDunia baru yang telah mulai terbentuk kini retak di tengah. Langit menjadi hitam dan putih berselang-seling seperti naskah yang belum diedit. Kata-kata yang membentuk gunung, langit, dan laut mulai kehilangan maknanya. Pepohonan berubah jadi huruf. Angin membawa bisikan: potongan dialog yang belum selesai.“Kau menulis dunia... tapi pena bukan milikmu.”Elena menggenggam potongan pena yang patah. Rico berusaha menstabilkan pijakan, tapi tanah berubah menjadi kalimat-kalimat berjalan.Di langit muncul sosok… entitas tanpa wajah. Ia berpakaian seperti jubah skrip kosong. Tak ada fitur. Tak ada nama.“AKU ADALAH PRA-KALIMAT.”“AKU ADALAH PEMBERI PENA.”Rico berteriak, “Kau siapa sebenarnya?!”“Aku bukan karakter. Aku bukan penulis. Aku adalah... LISENSI.”TEKA-TEKI PENENTUElena dan Rico dihadapkan pada teka-teki dari entitas tersebut. Ia berbicara bukan dengan suara, tapi d

  • Samaran Terakhir   REALITAS PUTIH — SAAT SEMUA NASKAH DIHAPUS

    LOKASI: Halaman KosongWAKTU: Tidak TertulisHALAMAN TANPA ARAHElena berdiri di tengah ruang putih tak bertepi. Di tangannya masih ada pena peninggalan Arch-Scribe—pena yang bisa menulis realitas.Tapi setiap ia mencoba menulis sesuatu di udara, kalimat itu memudar.“Kita tidak bisa menulis kalau tidak tahu apa yang ingin kita wujudkan,” gumam Elena.Rico berjalan mendekat. “Mungkin... bukan soal keinginan, tapi soal keyakinan.”Mereka kini berada di realitas murni. Tidak ada struktur. Tidak ada sistem. Dunia ini... putih. Murni. Bebas. Tapi juga penuh bahaya, karena:Apapun yang mereka bayangkan… bisa menjadi nyata.Dan yang lebih menakutkan?Hal yang mereka takuti... juga bisa terbentuk.BAYANGAN YANG TAK DITULISSaat Rico memikirkan kemungkinan bahaya, sebuah suara berat menggaung.“Jangan takut menulis ulang dunia... kalau kau siap kehilangan semua yang pernah kau tahu.”Dari kejauhan, muncul siluet... sosok seperti Adrian Prime, tapi lebih besar, lebih kompleks, dan... bercabang

  • Samaran Terakhir   PENULIS DI ATAS PENA — SIAPA YANG MENULIS SI PENULIS?

    LOKASI: Zona Meta-Naratif, Perbatasan Halaman JEJAK DI LUAR HALAMANElena terbangun di tengah malam. Dunia sudah tenang Solace dan Incipit telah bergabung dalam keseimbangan baru. Tapi angin malam membawa suara samar… suara pena menulis.“...dan dia membuka mata, mendengar pena itu lagi.”Dia menoleh. Tak ada siapa-siapa.Tapi lantai tempat dia berdiri... retak.Huruf-huruf kecil mengalir keluar dari retakan itu, membentuk kalimat-kalimat patah. Seolah ada narasi baru yang ditulis di luar dunia mereka. Di luar segalanya.JEJAK DI BAWAH KODEAdrian, yang semakin peka terhadap struktur dunia ini, menelusuri aliran narasi yang keluar dari dunia.Ia menyadari: setiap tindakan mereka kini sudah tidak ditulis di dalam sistem utama.Kesimpulan: Ada narator baru. Di atas segalanya. Seseorang atau sesuatu menulis mereka dari luar sistem Adrian Prime. Bahkan Adrian Prime tak bisa menyentuhnya.Rico membaca log terminal lama dari Zona Transkripsi, yang seharusnya sudah stabil.[Error 404: ENTIT

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status