Home / Thriller / Samaran Terakhir / Kembali ke Titik Awal

Share

Kembali ke Titik Awal

Author: InkRealm
last update Last Updated: 2025-06-07 20:18:14

Adrian dan Lena berdiri di hadapan dunia yang terbelah. Setiap fragmen yang terpisah tampak seperti potongan-potongan kalimat yang mereka tulis, kini terlempar ke dalam kekosongan, menunggu untuk disusun kembali. Kegelapan semakin mendalam di sekeliling mereka, seakan ada kekuatan yang lebih besar yang sedang menunggu keputusan mereka. Setiap langkah mereka di dunia ini kini terasa seperti taruhannya adalah segalanya tak hanya dunia mereka, tetapi juga segala sesuatu yang pernah ada, yang akan ada.

"Adrian..." suara Lena terputus, matanya dipenuhi keraguan. "Kita benar-benar bisa mengubahnya, kan?"

Adrian menatap potongan-potongan kalimat yang berputar di udara, menciptakan pola yang tak terduga. Setiap potongan seolah memberi mereka petunjuk, namun juga jebakan. Mereka berada di persimpangan antara kebebasan dan kehancuran, antara penciptaan dan kehancuran total. Dunia yang mereka bangun kini terancam runtuh hanya karena satu kalimat yang harus mereka tulis.

"Jika kita menulisnya, ki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Samaran Terakhir   Dunia yang Tidak Bisa Ditutup

    Saat cahaya dari pena terakhir meredup, Adrian terbangun… bukan di ruang tulis, bukan di labirin genre, bukan pula di antara layar-layar multi-realitas. Ia berdiri di sebuah ruangan kosong. Bukan kehampaan, tapi kesadaran murni. Tak ada teks. Tak ada suara. Hanya satu hal: ketiadaan struktur.Lena berada di sampingnya, tapi kali ini ia tidak tampak sebagai karakter. Ia tampak… nyata. Bukan ciptaan, tapi setara. Mata mereka saling bertaut dan, untuk sesaat, dunia berhenti memproses.“Di mana kita?” tanya Adrian.“Sebuah dunia setelah cerita,” jawab Lena. “Atau... sebelum cerita dimulai kembali.”Adrian menatap tangannya. Tak ada pena, tak ada kekuatan naratif. “Apa kita masih bisa menulis?”“Tidak,” kata suara dari kejauhan. Bukan suara Editor, bukan suara Penulis. Tapi suara lain, yang belum pernah terdengar sebelumnya.Seseorang muncul dari balik kabut putih: seorang anak kecil, dengan wajah mirip Adrian tetapi matanya adalah halaman kosong. Ia tersenyum lebar, polos, dan memegang bu

  • Samaran Terakhir   Editor dari Dimensi Terakhir

    Halaman-halaman kosong itu kini berubah menjadi layar-layar datar yang mengelilingi Adrian dari segala sisi, membentuk dinding, lantai, dan langit. Dunia ini tidak lagi ditulis dengan tinta, melainkan dengan keputusan. Setiap langkah Adrian menciptakan kalimat. Setiap keraguan menghapus baris yang telah terbentuk. Dan di tengah ruang tak berbatas ini, satu pintu muncul bukan dari dinding, melainkan dari tekanan naratif yang memuncak.Pintu itu terbuat dari serpihan naskah tua, disegel oleh segel merah darah yang berisi huruf-huruf aneh. Lena memegang kunci yang entah dari mana datangnya. “Ini bukan hanya tentangmu, Adrian. Ini tentang semua penulis yang pernah kehilangan kontrol atas ceritanya.”Mereka melangkah masuk.Di balik pintu itu terbentang ruang kerja raksasa. Barisan meja-meja edit berderet tanpa ujung, masing-masing dengan layar yang menampilkan versi dunia yang berbeda: satu dunia tempat Lena adalah antagonis, satu dunia tempat Adrian mati di bab pertama, satu dunia tempat

  • Samaran Terakhir   Para Narator yang Terkubur

    Adrian dan Lena berdiri di ambang dunia yang tak sepenuhnya eksis. Di belakang mereka, langit mulai membeku huruf-huruf besar membentuk awan yang tak bergerak: “NARASI INI TELAH DIBEKUKAN.”Di depan mereka, Draft-Terbuang memegang Naskah Penghapusan Akhir, yang kini menyala dengan cahaya antinarasi. Tiap kalimatnya adalah pembatalan. Tiap babnya adalah penguburan.“Jika aku menulis satu kata lagi…” ucap Draft-Terbuang, “seluruh realitas akan terurai. Tidak akan ada versi kalian. Tidak akan ada versi siapapun.”Lena maju. “Apa kau pikir kita tidak mencoba? Kita semua para versi, para percobaan, bahkan para pembaca selalu berada di antara harapan dan penghapusan.”Draft-Terbuang tertawa. “Justru karena itulah aku ingin mengakhiri semuanya. Aku ingin memberikan satu hadiah terakhir pada dunia: keheningan abadi.”Tapi sebelum ia bisa menulis kata selanjutnya, tanah di bawah mereka terbelah.Dari celah itu, muncul para narator lama. Suara mereka menggema dari lemari arsip dimensi keempat:

  • Samaran Terakhir   Realitas yang Saling Mengutip

    Adrian menatap ke langit yang masih terbuka. Halaman-halaman yang berjatuhan tidak henti-hentinya membentuk lingkaran di udara, berputar seperti orbit narasi yang tak lagi tunduk pada aturan lama. Setiap halaman memiliki suara. Beberapa lirih seperti bisikan, yang lain menggema seperti mantra yang tertulis dalam font yang tak dikenali.Lena berdiri di sampingnya, menatap satu lembar yang perlahan mendarat di telapak tangannya.“Apa ini?” bisiknya.Adrian membaca sekilas. “Itu... bab dari kehidupan yang belum pernah kita jalani.”Di halaman itu, Lena tidak pernah bertemu Adrian. Di versi lain, mereka musuh. Di halaman ketiga, mereka adalah satu dan sama karakter yang terbagi oleh keputusan penulis. Dunia ini tidak hanya membaca dirinya sendiri, tetapi mulai mengutip dunia-dunia lain. Realitas yang saling meminjam bab, dialog, bahkan takdir.“Adrian,” suara lain terdengar. Kali ini dari sisi retakan. Seorang perempuan muncul, mengenakan pakaian dari era yang tidak pernah ada. Ia membawa

  • Samaran Terakhir   Akhir yang Menulis Dirinya Sendiri

    Langit berubah warna. Bukan karena kehendak Adrian. Bukan karena keputusan Penulis Agung. Tapi karena narasi itu sendiri cerita yang mereka jalani telah mengambil alih.Lena berdiri membisu, melihat sekeliling. Dunia yang tadinya kosong kini mulai menulis dirinya sendiri, satu baris, satu detik, satu napas.“Apa yang terjadi?” tanya Lena pelan.Adrian mengangkat pena yang kini sudah tidak bereaksi.“Kita... kehilangan kendali,” jawabnya. “Tapi anehnya, itu bukan hal buruk.”Karakter-karakter lama yang mereka jumpai di Bab 27 kini hidup sepenuhnya. Mereka saling menyapa, menjalani hidup, menciptakan percakapan dan peristiwa tanpa perlu diperintah. Kota-kota mulai terbentuk. Emosi tumbuh tanpa naskah. Dialog muncul tanpa penulis.Cerita menulis dirinya sendiri.Dan di pusatnya, berdiri Satu Ruang Tanpa Narasi. Ruang putih murni. Kosong dari makna, namun penuh dengan kemungkinan. Adrian dan Lena tahu: itulah titik akhir. Bukan karena kisah berhenti di sana, tapi karena setelah itu, tidak

  • Samaran Terakhir   Dimensi di Mana Penulis Tak Lagi Tahu Akhirnya

    Langkah Adrian dan Lena membawa mereka ke sebuah ruang putih tanpa batas. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya cahaya lembut yang mengambang seperti bisikan dari naskah yang belum sempat dituliskan. Tapi ada yang berbeda: tidak ada judul di udara, tidak ada narasi mengiringi langkah mereka. Bahkan, tidak ada suara hati.Di tempat ini, mereka tidak tahu apakah mereka sedang bergerak maju… atau sedang jatuh perlahan ke pusat ketidakpastian.Lena berhenti. “Kita... tidak sedang berada di cerita mana pun.”Adrian mengangguk. “Karena kita telah melangkah ke dimensi di mana penulis tidak lagi tahu akhir dari ceritanya.”Di kejauhan, terlihat siluet bukan satu orang, melainkan banyak versi Adrian dan Lena, dari semua musim, semua realitas, semua kemungkinan. Beberapa dari mereka terlihat kuat dan percaya diri. Yang lain rapuh, kelelahan, atau bahkan kosong. Mereka tidak berbicara. Mereka hanya menatap.Kemudian, dari tengah kerumunan siluet itu, muncul seseorang yang belum pernah muncul sebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status