PoV TIWI ADELITA
Sejak awal, aku tak pernah setuju Mas Herdi menikahinya. BIG NO untuk para cewek matre!
Kalau bukan karena uang, apalagi yang diincar oleh perempuan macam Oki Fariani itu ke keluargaku, hah?
Mas Herdi secara fisik aku akui sama sekali tidak menarik. Badan seperti beruang, tinggi besar dengan perut keluar dari pinggang celananya.
Namun secara pekerjaan bisa dibilang cukup mapan, Mas Herdi menjadi HRD di sebuah perusahaan yang meskipun tidak besar, tapi bukan perusahaan abal-abal juga.
Lantas, perempuan yang cuma lulusan SMA dan pekerjaannya cuma instruktur senam itu untuk apa lagi mau menikah dengan kakak semata wayangku kalau bukan karena mengincar harta, hah?
Salah Mas Herdi juga sih, ke mana-mana selalu membawa mobil bapak, bikin cewek matre mendekat kayak lalat.
Sejak sebelum menikah dengan Mas Herdi, Oki Fariani selalu mencoba pedekate padaku, tapi aku tak pernah membuka hati untuk dia.
“Tiwi, diajakin Oki tuh ... jalan ke bioskop sama belanja, mau gak lo?” seru Mas Herdi di suatu hari Minggu.
“Asalkan ditraktir makan juga, yaa mau lah gue!”
“Ya udah, gue bilang ke Oki ya, nanti kita jalan jam 10 aja sekalian jemput dia!”
“Lhaa ... ngapain kita yang jemput, kok malah muter-muter ke rumah dia dulu? Okinya aja suruh naik ojek ke sini, mall kan lebih deket dari sini,” jeplakku.
“Yeee ... di mana-mana cowok jemput ceweknya tauk!”
“Iiish ... lo mau aja sih Mas dijadiin kacung sama si Oki, disuruh jemput ke sana-sini.”
Mas Herdi diam saja saat aku mencibir Oki. Tapi ternyata hari itu aku dibuat lebih terkaget-kaget. Ternyata meskipun Oki yang ngajak jalan-jalan ke mall, tapi duit bayar segala sesuatunya tuh malah gesek kartu kredit Mas Herdi!
Iyuh, jijik aku sama perempuan yang belum apa-apa sudah menggesek kartu kredit cowoknya.
Bahkan yang memalukan, waktu si Oki memilihkanku baju, tepat ketika baju itu akan dibayar, kartu kredit Mas Herdi yang ia gesek habis limit nya. Helloooow!
Benar-benar sampai habis limit kartu kredit kakakku digesek sama cewek matre itu! Bukannya bayar pakai uangnya sendiri, ia malah gak jadi membelikan baju untukku. Baju yang sudah lama kami pilih-pilih itu ia taruh lagi. Begitulah cewek matre, gak mau modal bahkan sekadar membelikan untuk calon adik ipar.
Kedongkolanku kian besar ketika melihat bedak yang ia pakai, Oki yang bilang sendiri bahwa itu adalah pemberian Mas Herdi, bedak seharga hampir empat ratus ribu Rupiah! Bedak branded yang selama ini selalu ku incar, dengan mudahnya ia dapatkan dari Mas Herdi. Cih!!!
Saat pertemuan keluarga besar, tante-tanteku pun tampaknya setuju denganku, tak menyukai sosok Oki Fariani itu.
“Wah, belum nikah aja sudah minta bedak harga empat ratus ribu yaa ... sudah habisin limit kartu kredit juga, gimana kalau nanti sudah nikah ya,” ungkap Tante Nana, disambut oleh anggukan dari tante-tante lainnya.
“Herdi kok mau sih sama perempuan kayak gitu, lulusan universitas apa dia?”
“Boro-boro universitas Tante, si Oki itu Cuma lulusan SMA doang!” seruku, meralat pertanyaan Tante Ratna.
“Astaghfirullaah ... Cuma lulusan SMA? Duh, Herdi sudah pikir matang-matang belum?”
“Yaah ... kasihan banget Herdi kalau sampai menikah dengan perempuan kayak gitu.”
Jadi, jangan salahkan aku kalau sejak dulu telah bertekad tidak akan memperlakukan ia seperti kakak iparku.
Oki Fariani boleh jadi cewek benalu di mana saja, tapi tidak di rumah keluargaku! Akan kubuat ia hidup segan, mati tak mau, kalau sampai ia berani menginjakkan kaki di rumah kami.
*****
“Bapak, seriusan Bapak setuju Mas Herdi menikah sama si Oki itu?” aku merayu bapak untuk menyadarkan Mas Herdi agar tidak terjatuh pada jebakan cewek matre macam Oki Fariani.
Jawaban bapak sangat mengecewakan buatku.
“Sudahlah, tidak apa-apa Herdi menikah sesuai dengan pilihannya sendiri, kalau memang nanti hanya bertahan sebentar lalu cerai, yang penting Herdi sudah tahu bagaimana rasanya menikah. Bapak khawatir umur dia gak lama, badannya kan makin besar, bapak saja sering perhatikan kalau Herdi tidur apakah bernafas atau nggak. Khawatir jantungnya kena ...”
Tuh kan ... bapak selalu saja memanjakan Herdi. Sejak zaman dahulu kala, semua permintaan Herdi pasti dituruti, sedangkan permintaanku? Boro-boro!
Di keluarga ini, anak laki-laki memang didewakan, sedangkan anak perempuan diabaikan. Nasibku sial terlahir sebagai anak perempuan.
“Ya sudah, kalaupun Herdi sampai menikah dengan Oki, aku gak mau mereka tinggal bersama kita di rumah ini!” ultimatum terakhir dariku.
“Yaa ... bapak kan punya rumah satu lagi, sayang kalau kosong, biarkan Herdi yang tempati sama istrinya nanti,” ucap bapak santai.
Aku lega, setidaknya aku takkan setiap hari melihat Oki Fariani mondar-mandir di hadapanku, apalagi kalau dia sampai tinggal di rumah ini. BIG NO!
Sedangkan pendapat ibu? Sama persis seperti pendapatku, ibu dan aku memang sehati sejiwa, sama-sama punya firasat buruk tentang cewek matre bernama Oki Fariani itu.
“Tiwi, kita biarkan saja Mas Herdi mu menikah dengan si Oki itu, toh mereka akan tinggal di rumah bapak yang satu lagi.”
“Rumah yang satu lagi itu kan sudah lama tidak ada yang menempati Bu ... udah banyak setannya kali tuh, sama ular juga!” seruku sambil membayangkan rumah seluas 215 meter persegi yang pekarangannya penuh dengan pohon pisang dan semak belukar.
“Yaa gak apa-apa lah, biarin si Oki itu aja nanti yang bersihin!” Ucap ibu sambil terkekeh.
“O iyaa, bener juga yaak .... wakakakakak!”
Aku dan ibu tertawa berbarengan. Puas.
PoV OKI FARIANI 2 Pekan Sebelum Lamaran “Seriusan Oki? Ini calon suami kamu? Serem iih ...” aku langsung cemberut mendengar komentar Rina ketika aku memperlihatkan foto Mas Herdi. “Oo ... Oki suka sama gorila ya?” timpal Mas Edi, instruktur senam, membuat mukaku makin bertekuk. “Kalian kok jahat sih, Mas Herdi kan calon suami aku, bagaimana pun rupa dia tolong hargai, jangan dibuli!” “Oki, lo yakin gak dipelet sama si Herdi itu? Kalian kayak Beauty and the Beast tau gak sih!” seru Rina lagi, masih tidak berkedip melihat foto Mas Herdi berulang kali, seperti tak percaya aku rela diperis
PoV TIWI ADELITA“Mas lagi ngapain? Kok malah pakai hape aku?”Mas Herdi kelihatan terkejut melihatku yang tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya.“Oh ... eh, gue cuma pinjam sebentar doang kok!” Jemari Mas Herdi masih menari di atas layar hp jadulku. Aku mengulurkan tangan, minta hpku dibalikin, sudah dari tadi aku mencari-cari hp di bawah bantal, di kolong kasur, di rak lemari, ternyata kok bisa-bisanya dipakai tanpa izin oleh Mas Herdi.“Btw, lo udah lihat foto pre wedding gue belum, Wi?” Tanya Mas Herdi sambil tetap jemarinya menggenggam hpku erat.“Hah? Emang udah jadi?” Kuakui aku sedikit terpancing, penasaran ingin melihat bagaimana hasil foto pre wedding Mas Herdi dengan si Oki itu.“Lihat dulu gih, barusan diantar, gue taro di ruang tamu!”Tersulut oleh rasa ingin tahu yang tinggi, aku pun m
PoV OKI FARIANIAku hanya bisa terdiam, Mas Herdi benar-benar datang ke rumah jam 10 pagi, menemui Mamah, Tante dan Om agar bisa mendeklarasikan niatnya ingin melamarku.“Mamah, Om dan Tante tidak perlu cemas, saya sudah punya tabungan puluhan juta, saya siap menanggung seluruh biaya pernikahan nanti,” ucap Mas Herdi tegas, “Saya juga sudah punya rumah dan mobil, jadi saya bisa menjaga Oki dengan baik,” serunya lagi, begitu percaya diri.Tante menatapku dengan raut muka gelisah, namun kemudian tante malah tersenyum tipis ke arah Mas Herdi, “Waah alhamdulillah kalau begitu, Herdi berarti sudah mapan, sudah mandiri dan bisa diandalkan yaa, Tante lega bisa titip Oki ke Herdi.”Yaah, aku menggigit bibir bawahku, kenapa sih Tante malah membuatku makin mengkeret. Padahal tadi malam aku sudah bertukar pikiran dengan Tante dan Mamah, aku sudah menyatakan tegas bahwa aku tidak ada perasaan apapun u
PoV TIWI ADELITAH-1 hari pernikahan ...Aku mendekati ibu yang tampak muram duduk di atas dipan kasur kamarnya sendirian.“Ibu mikirin apa? Kok kelihatan lesu banget?” ku coba bermanis-manis pada ibu, sambil memijiti punggungnya, sebenarnya tanpa bertanya pun aku tahu wajah ibu kusut begini gara-gara si Oki sial*n itu.Sejak Mas Herdi meminta bapak melunasi 60 juta kekurangan biaya sewa gedung dan catering 4 hari lalu, wajah ibu langsung berlipat-lipat setiap saat.“Ibu mikirin Mas Herdi, Wi ...” Ibu menghela nafas berat, “Mau nikah kok sama perempuan sembarangan, sudahlah cuma tamat SMA, merongrong harta kita juga, ibu takut Herdi kenapa-napa.”Aku pun begitu juga sebenarnya, tapi kali ini aku harus menenangkan ibu.“Tenang Bu, setelah mereka nikah nanti ... kita bisa kasih pelajaran ke Oki! Supaya dia nggak berani macem-macem.”
PoV OKI FARIANIAneh sekali, ada keganjilan kurasakan sejak masuk ke dalam ruangan rias pengantin ini. Saat aku lempar senyum ke arah Ibunya Mas Herdi, tidak ada balasan senyum yang kudapatkan, justru ibu tampak menekuk mukanya.Bahkan ketika Mamah ingin bersalaman dengan ibu, ibu malah memalingkan wajah dan tidak mengulurkan tangannya sama sekali. Lho, ada apa ini? Bukankah hari ini akan berlangsung akad nikah antara aku dan Mas Herdi? Mengapa sikap ibu malah dingin sekali?“Neng, ibunya Herdi kenapa?” Mamah yang jarang bicara padaku, sampai tak tahan menanyaiku.“Oki nggak tahu Mah, kemarin ibu masih kirim chat baik-baik saja kok. Bahkan Tiwi semalam juga masih chat Oki, katanya nggak sabar menunggu hari ini. Coba Oki tanya ke Tiwi ya ...”Mamah pun mengangguk, kemudian menuju toilet.Banyak yang mengatakan hari pernikahan adalah hari paling membahagiakan, tapi ... tidak dengan hari pernikahanku ini. D
PoV TIWI ADELITASengaja, kamar mas Herdi tidak kami bersihkan sama sekali. Keenakan si Oki kalau begitu, biarkan saja dia yang membersihkan dan merapikan. Sudah syukur dikasih tempat tinggal gratis gak perlu ngontrak.Aku menatap kamar Mas Herdi dan merasa puas karena kakakku satu-satunya itu sangat jorok, bukan hanya buang angin sembarangan, kamarnya penuh debu karena jarang ia bersihkan, lalu ... yang paling ku andalkan adalah suara ngoroknya yang bisa terdengar hingga 5 kilometer! Hahaha, si Oki dijamin gak akan bisa tidur nyenyak sekamar dengan Mas Herdi.Jujur, aku dendam sekali pada Oki yang telah membuat keluargaku kalang kabut karena pernikahannya dengan Mas Herdi. Setiap melihat postingan Oki di Instagram atau FB, aku langsung membalas dengan membuat postingan di IG story ku sendiri : DASAR CEWEK SOK CAKEP! Atau, CEWEK SIALAN LO!Tentu saja Oki takkan menyangka kalau status story
PoV OKI FARIANIIbu Mas Herdi membuatku menangis di hari pertama aku menginap di rumah mertua. Bukan apa-apa ... aku tak terbiasa memotong bawang merah dan daun bawang dalam jumlah banyak, sehingga dari mataku langsung meleleh air yang tak henti mengalir.Di sela-sela tangisan, dari ujung ekor mataku terlihat Tiwi menyunggingkan senyuman di depan pintu kamarnya, seperti bahagia menonton adeganku menahan kepedihan.Ah, tapi manalah mungkin Tiwi menertawakanku, dia baik dan care banget kok sama aku, dulu hampir setiap malam mengirim chat menanyakan kabarku, meskipun setelah hari pernikahanku dengan Mas Herdi ... tiba-tiba Tiwi berhenti mengirimkan chat. Meski demikian, aku tahu dia adik ipar yang baik.Sejak jam setengah enam pagi tadi ibu sudah menyuruhku memasak teh untuk seluruh anggota keluarganya, teh tubruk yang direbus di dalam mug besar, kemudian disaring dan dimasukkan ke d
PoV OKI FARIANI“Gajiku hanya empat juta sebulan Oki, jadi tolong atur dengan baik uang bulanan tujuh ratus ribu ini, kamu harus bersyukur dapat uang dari aku tanpa harus capek-capek bekerja di luar!”Jujur, aku sampai merinding mendengar ucapan Mas Herdi itu. Gaji seorang HRD lulusan S1 hanya empat juta Rupiah? Kalah dariku yang ‘hanya’ lulusan SMA?Ternyata aku salah besar, selama ini kupikir gaji Mas Herdi setidaknya mencapai sepuluh juta Rupiah. Dia bisa punya rumah, mobil, dan kartu kredit, dari mana semua itu?Kalau hanya empat juta, mengapa dia berani menyuruh aku keluar dari pekerjaanku di tempat gym?“Mas tahu berapa gajiku di tempat gym dulu?” Aku bertanya pada Mas Herdi, sekadar mengetes.“Cuma di tempat gym doang .. palingan satu setengah juta kan?”Aku kaget sekali mendengar pernyataan Mas Herdi yang