Share

Bab 6

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Karina pun sampai di kediaman Adam. Di depan rumah, ada Agatha yang sedang menggendong Tania. "Selamat pagi, aku harap aku tidak terlambat," ucap Karina tersenyum manis.

Agatha hanya memandangnya sinis dan menyerahkan Tania. Karina pun mengambil alih Tania dari gendongan Agatha. Agatha lalu berbalik badan dan berlalu.

Karina menghela nafas pelan. Ia bisa menebak sepertinya Agatha benci atau tidak suka kepadanya karena kemarin Davin mendekati Karina. Sudah pasti Karina yang akan dituduh mendekati Davin.

Saat memasuki rumah dan melalui ruang tamu, Karina melihat seorang wanita berpakaian modis dan seksi. Tiba-tiba Agatha menunjuk Karina dan membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Wanita berpakaian seksi itu lalu berdiri dan menghampiri Karina.

"Perkenalkan aku Felliska, pacarnya Davin." Felliska mengulurkan tangannya.

Karina menjabat tangannya meski agak kesusahan karena menggendong Tania. "Aku Karina."

"Kamu baby sitter di sini, ya?"

"Iya."

"Jadi seharusnya kamu tahu ya kalau kamu tidak bisa mendekati seorang Davin Adam." Felliska mengulurkan kedua tangannya dengan posisi tangan Kanan di atas dan tangan kiri di bawah. "Ini ibarat derajatmu dan Davin. Kamu dibawah … dan Davin di atas. Seharusnya kamu memahami perkataanku." Felliska tersenyum manis namun tersirat sesuatu di balik senyumannya.

Saat Karina hendak menyahut, tiba-tiba muncul Davin yang memasuki rumah. Ia terlihat terkejut dan tidak suka melihat keberadaan Felliska. "Ngapain kamu disini?"

"Hai, Davin. Akhirnya kamu pulang juga, aku sudah menunggu kamu dari tadi lho. Aku tadi buat brownies untuk kamu. Brownies 'kan kesukaanmu. Jadi kamu jangan marah lagi sama aku, ya?" Felliska berucap sangat manis.

Davin hanya menatapnya malas lalu berlalu tanpa mengindahkan perkataan Felliska. Felliska tak menyerah, ia mencekal tangan Davin. "Kamu mau kemana? Duduk dulu di sofa. bukannya dari dulu kamu tidak pernah bisa menolak brownies?"

"Aku sudah kenyang melihat wajahmu," sahut Davin.

"Hahaha. Kamu lagi melawak, ya? Memang wajahku makanan?"

Karina yang sedari tadi berdiri menyaksikan keributan dua sejoli itu pun melangkahkan kakinya menuju kamar Tania. Namun tiba-tiba Davin mengejarnya. "Tunggu, aku bawa sesuatunya untuk kamu." Davin menyerahkan sebatang coklat kepada Karina.

Felliska dan Agatha yang menyaksikan itu pun terkejut bukan main. Karina yang merasa suasana berubah tidak enak pun mendorong balik coklat yang disodorkan Davin. "Maaf, aku sedang tidak ingin memakan coklat." Karina lalu berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan Davin yang menatapnya kecewa.

Felliska menghentakkan kakinya kesal. "Kenapa Davin malah kasih coklat ke cewek itu, sih?! Dasar cewek gatel."

•••

Karina menimang-nimang Tania yang menangis dalam gendongannya. Tadi Tania terbangun dan Karina gendong menggunakan baby wrap. Setelah beberapa menit ditimang timang, tiba-tiba saja bayi itu menangis.

Karina mengira Tania haus, maka dari itu ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk membuat susu. Saat memasuki dapur, tiba-tiba saja ia terpeleset dan jatuh. Namun ada dua tangan yang menahan tubuhnya sehingga tidak jadi terjatuh.

Lantainya terasa sangat licin jadi Karina sampai terpeleset. Saat Karina menoleh kebelakang, ternyata Davin yang menahan tubuhnya. "Terima kasih," ucap Karina.

"Lantainya sangat licin, biar aku panggilkan Bi Sinta," sahut Davin. Sinta adalah kepala pelayan di rumah ini.

Davin menghidupkan smartwatch-nya lalu mengeklik tombol telepon ke nomor Sinta. Saat ini Sinta sedang berada di taman untuk memandu para tukang kebun membersihkan taman. Semua pekerja di rumah ini memiliki smartwatch yang selalu terpasang di pergelangan tangan mereka agar mudah dihubungi oleh para majikan mereka.

Sinta pun segera mengangkat telepon dari Davin. "Iya, Tuan?"

"Datanglah ke dapur. Bagaimana bisa lantai sangat licin? Ini bahaya sekali. Karina hampir jatuh apalagi dia menggendong Tania. Dimana pelayan yang lain?"

"Maafkan saya, Tuan. Saya sedang memantau pekerjaan para tukang kebun. Saya tidak tahu dimana keberadaan Tika, Rara, dan Veti. Apa perlu saya mencari mereka?"

"Iya, hubungi mereka secepatnya dan suruh ke dapur. Saya beri waktu lima menit."

"Baik, Tuan." Sambungan telepon pun terputus.

Tania yang berada di gendongan Karina masih menangis. Tangisannya lumayan reda saat Karina menimangnya. Bayi itu sudah sangat kehausan.

Davin hanya memperhatikan Karina yang berusaha menenangkan Tania. Beberapa menit kemudian, Veti dan Rara yang merupakan pelayan datang ke dapur. Davin melirik jam tangannya lalu berucap, "Telat satu menit dari waktu lima menit yang ku beri. Bagaimana bisa kalian sangat ceroboh membiarkan lantai dapur sangat licin? Karina hampir jatuh apalagi dia menggendong Tania. Apa kalian mau membuat orang celaka?"

Veti dan Rara menunduk. "Maafkan kami, Tuan. Kami sedang menjemur pakaian," ujar Veti.

Davin menarik nafas lalu berkata, "Cepat bersihkan lantainya!"

Veti dan Rara mengangguk lalu mulai mengambil alat pel dan mengepel dapur. Sepuluh menit kemudian, mereka selesai mengepel. Baby Tania sudah tidak menangis lagi, tapi ia tampak sangat kehausan yang membuat Karina tak tega.

Karina pun segera memasuki dapur dan mengambil beberapa kantong asi di kulkas. Tak lupa ia juga mengambil botol susu. Setelah itu, ia berjalan kembali ke kamar.

Namun tiba-tiba ada yang menahan tangan Karina, rupanya itu adalah Veti. Veti mendekat dan berbisik, "Jika tujuanmu adalah mendekati Tuan Davin, maka tujuan kita sama."

Karina melepas pegangan tangan Veti. "Apa yang kamu bicarakan? Siapa juga yang ingin mendekati Davin. Oh, rupanya kamu berusaha mendekati Davin? Maaf, tapi dugaanmu salah. Aku sama sekali tidak ada niatan mendekati Davin. Permisi." Karina lalu berlalu meninggalkan Veti.

Dari kejauhan, tampak Felliska yang mengepalkan tangannya karena kesal. "Kenapa Davin harus nolong wanita gatel itu? Jadi gagal rencanaku. Padahal jika Karina jatuh dan bayi itu ikut terjatuh pasti Karina akan disalahkan. Beruntung sekali wanita itu. Aku harus membuat rencana lain."

•••

Setelah minum susu, baby Tania tampak tenang namun ia tidak terlihat mengantuk atau ingin tidur. Jadilah Karina menggendongnya dan mengajaknya bicara di taman. Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki pekarangan.

Rupanya itu adalah mobil milik Andrew yang merupakan suami Aurel. Andrew dan Aurel pun keluar dari mobil. Namun Andrew malah menghampiri Karina.

"Biar Tania aku gendong. Kamu boleh pulang sekarang," ujar Andrew.

Karina mengangguk senang. Ia pun menyerahkan Tania kepada Andrew. Setelah berpamitan, Karina pun menaiki motornya dan melaju meninggalkan kedisman Adam. Di tengah-tengah jalan, tiba-tiba ban Karina meletus yang membuatnya jatuh dari motor.

Karina sempat terlempar dengan jarak tiga meter. Para pengendara lain pun berhenti dan menolong Karina. Setelah dicek, ternyata ada benda tajam yang tertancap di ban.

Ada pria yang membelah kerumunan dan menghampiri Karina. "Ya Tuhan, kamu kenapa bisa seperti ini, Karina? Ayo aku antar ke rumah sakit!" Rupanya itu adalah Elard.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status