Karina terdiam menatap secarik kertas ditangannya yang tertulis nomor ponsel Davin. Ia pun menyalakan ponselnya dan menambahkan nomor ponsel Davin ke kontak barunya. Kontak tersebut hanya ia namai 'Davin'.
Lalu Karina beralih menatap kantong kresek berisi belanjaan pemberian yang terletak di depannya. Ia mengambil sekotak susu lalu meminumnya. Ini bukan pertama kalinya Karina mendapat barang atau makanan dari laki-laki.Di karenakan paras Karina yang sangat cantik, berbondong-bondong pria mendekati Karina. Bahkan ada yang tidak rela hubungannya berakhir dengan Karina, contohnya Langit. Bahkan Langit berulang kali ingin melecehkan Karina.Hal itu membuat Karina sedikit trauma dengan laki-laki. Ia bertekad tidak akan pacaran lagi sampai ia menikah. Jika memang ada laki-laki baik-baik yang serius dengannya, maka Karina akan minta langsung dinikahi tanpa pacaran. Namun tentunya harus melewati masa perkenalan.Selama ini Karina memendam semua itu sendiri. Ia tidak pernah memberitahu Kasih tentang kisah cintanya selama ini. Pasti Kasih akan sangat khawatir jika mengetahuinya."Karina … Ibu lapar," ucap Kasih dari dalam kamar."Iya, Bu. Karina masakkan sebentar," sahut Karina yang lalu menyambar kantong kresek di atas meja dan membawanya ke dapur.Ia menggoreng sosis dan telur lalu menyajikannya di piring. Tak lupa ia membawa sebuah teko berisi air putih untuk persediaan jika sewaktu-waktu Kasih merasa haus. Karina memang sungguh anak yang sangat berbakti. Ia adalah anugerah terbesar bagi Kasih.Ia pun menyuapi Kasih dan membantu Kasih meminum obat. Setelah itu, ia menyelimuti Kasih yang sedang berusaha tidur. Kemudian Karina keluar kamar dan berjalan menuju dapur.Ia mencuci peralatan masak dan makan yang sudah menumpuk. Pekerjaannya belum selesai sampai di situ, ia masih harus menjahit pakaian pesanan pelanggan. Ia pun memasuki kamar sekaligus ruang kerjanya.Di meja kerjanya ada sebuah figura foto yang menampilkan foto Karina dengan kedua orangtuanya. Ia tersenyum sambil mengusap wajah ayahnya di foto. Ayah Karina sudah meninggal saat Karina SMA kelas dua."Ayah selalu mendoakan agar kamu sukses di masa depan. Ayah akan melakukan apapun demi kamu, Nak. Kamu anak satu-satunya Ayah. Ayah sangat menyayangimu." Ucapan Ayahnya beberapa tahun yang lalu kembali terngiang di telinganya."Aku merindukan Ayah…," lirih Karina dengan setetes air mata yang turun membasahi pipinya.•••Karina menggeram kesal ketika jalannya dihadang oleh Langit yang menggunakan mobil. Karina berniat mengantarkan ibunya untuk dititipkan ke rumah Suri. Namun baru saja ia ingin melajukan motornya, mobil Langit datang dan menghalanginya.Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Kaeina. Ia segera putar balik dan melaju. Langit yang beru saja keluar dari mobil pun mengepalkan tangannya dan meninju udara untuk melampiaskan kekesalannya.Di jalan, Karina melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Kasih pun berpegangan erat di pundak Karina. Tubuhnya yang lemah bertambah lemas dan kedinginan saat udara menerpa tubuhnya."Langit masih suka ganggu kamu, ya?" tanya Kasih."Apa, Bu? Karin gak denger," teriak Karina."Langit masih suka ganggu kamu?" Kasih mengulang pertanyaannya."Selalu, Bu.""Bukannya kalian sudah putus?""Memang, tapi dia masih suka ganggu aku. Entah alasannya apa.""Kamu harus tegas ke dia. Kasihan kamu kalau diganggu terus.""Jangankan tegas, aku aja berkali-kali udah nampar dia karena selalu ganggu aku tapi tetap aja gak mempan.""Orang berada memang gitu. Kita yang kurang mampu memang sering diperlakukan tidak baik sama orang yang derajatnya di atas kita. Maafkan Ibu karena kamu terlahir dari ibu yang tidak bisa memberikanmu harta yang berlimpah.""Ibu kenapa ngomong gitu? Semua manusia itu sama. Dan aku justru bangga lahir dari wanita yang kuat seperti Ibu."Kasih tersenyum haru. Ia mengusap pundak Karina lembut. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di rumah Suri.Suri yang sedang menyapu pun meletakkan sapunya di pojok tembok. Ia bergegas menghampiri Kasih dan memapahnya memasuki rumah."Titip Ibu ya, Bi. Aku mau kuliah dulu," ucap Karina."Iya, hati-hati."Karina mengangguk lalu kembali melajukan motornya menuju kampus. Sesampainya di kampus, Karina langsung memarkirkan motornya dan berlari menuju kelas. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, kurang tiga menit lagi dosen akan memasuki kelas.Karina hampir terhuyung saat berhenti mendadak karena ada yang nenghalangi jalannya. Karina mendengus kencang karena mengira bahwa orang yang menghadapkannya pasti Langit. Tapi ia terdiam saat bersitatap dengan manik mata Davin."Kenapa kemarin kemu belum kirim pesan atau telepon ke aku?" tanya Davin.Karina terdiam lalu menjawab, "Untuk apa mengirimi pesan apalagi menelepon kalau tidak ada hal yang penting?""Permisi," ucap Karina yang lalu meninggalkan Davin yang terdiam menatapnya.•••Setelah jam kuliah selesai, Karina berjalan cepat menuju perpustakaan. Ia segera mengambil beberapa buku untuk mencari referensi tugas. Namun tiba-tiba ada sesuatu yang membuat Karina terpaku.Ia melihat di pojok perpustakaan ada Langit yang sedang berciuman dengan seorang wanita. Mereka terlihat sangat agresif. Karina mengambil ponselnya dan memotret mereka.Lalu Karina mengambil sebuah kemoceng dan melemparkannya ke arah Langit dan wanita itu. Mereka tersentak dan segera menyudahi aktivitas panas mereka. Mereka sama-sama kaget dan terpaku."Kalau mau berbuat mesum jangan di tempat umum," sentak Karina.Karina lalu berlalu. Langit berdiri dan hendak mengejar Karina, tapi wanita yang tadi berciuman dengan dia menahannya. Namun Langit segera melepaskan cekalan tangannya.Karina berlari cepat meninggalkan perpustakaan. Ia tahu Langit pasti mengejarnya. Tanpa ia ketahui, Elard yang sedari tadi melihatnya pun mengikutinya.Entah kenapa insting Elard mengatakan bahwa ia harus mengikuti Karina karena nanti akan ada bahaya yang mengancam Karina. Namun Elard hanya mengikutinya dari jarak jauh. Jika nanti ada sesuatu yang mengancam Karina, baru ia akan mendekat."Tunggu, Kar. Aku bisa jelasin semuanya." Langit mencekal tangan Karina."Jelasin apalagi? Lagipula kenapa aku harus tau alasannya? Itu tidak penting bagiku. Aku hanya jijik melihat perbuatan asusila kalian di tempat umum apalagi perpustakaan. Apa kalian tidak punya etika?" Karina berucap berapi-api."Perpustakaan 'kan sepi, jadi bisa dong dibuat melakukan hal 'itu-itu'. Oh, jangan-jangan kamu cemburu, ya?" Langit tersenyum menggoda.Karina menunjukkan jari tengahnya atau fuck. "Kayaknya otak lo ikut kebuang pas berak," celetuknya.Karina lalu segera menaiki motornya dan berlalu meninggalkan Langit. Dari jauh, Elard tersenyum senang. "Selain cantik, gadis itu juga pemberani."Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Karina pun sampai di kediaman Adam. Di depan rumah, ada Agatha yang sedang menggendong Tania. "Selamat pagi, aku harap aku tidak terlambat," ucap Karina tersenyum manis.Agatha hanya memandangnya sinis dan menyerahkan Tania. Karina pun mengambil alih Tania dari gendongan Agatha. Agatha lalu berbalik badan dan berlalu.Karina menghela nafas pelan. Ia bisa menebak sepertinya Agatha benci atau tidak suka kepadanya karena kemarin Davin mendekati Karina. Sudah pasti Karina yang akan dituduh mendekati Davin.Saat memasuki rumah dan melalui ruang tamu, Karina melihat seorang wanita berpakaian modis dan seksi. Tiba-tiba Agatha menunjuk Karina dan membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Wanita berpakaian seksi itu lalu berdiri dan menghampiri Karina."Perkenalkan aku Felliska, pacarnya Davin." Felliska mengulurkan tangannya.Karina menjabat tangannya meski agak kesusahan karena menggendong Tania. "Aku Karina.""Kamu baby sitter di sini, ya?""Iy
Elard membantu Karina berdiri dan memapahnya. Elard lalu membukakan pintu mobil dan membantu Karina masuk ke dalam. Setelah itu, Elard menghampiri beberapa pengendara dan mengobrol dengan mereka.Elard meminta tolong kepada mereka untuk membawa motor Karina ke bengkel. Untungnya masih ada orang-orang baik yang dengan senang hati membantu Karina. Setelah itu, Elard memasuki mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Karina menggigit bibirnya saat rasa sakit datang bertubi-tubi. Di tubuhnya banyak luka gores dan kulit yang sobek sampai terlihat dagingnya. Karina merasa sakit, nyeri, dan panas secara bersamaan.Elard yang sedang menyetir sesekali melirik Karina dengan raut wajah khawatir. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit. Karina meneteskan air mata ketika ia tidak mampu lagi menahan sakit."Kamu boleh remas tangan aku untuk melampiaskan rasa sakit kamu," celetuk Elard.Karena sudah tak tahan, akhirnya Karina mengangguk dan mencengkram lengan El
Karina syok melihat tawaran Elard. Ia senang sekaligus kaget. Ia sampai membeku sesaat.Ia pun memekik tertahan dan mengetikkan balasan kepada Elard.Karina: Iya, aku mauElard: Pilihan yang bagus, besok kamu aku jemput untuk bertemu dengan ayahkuKarina: Tapi aku setiap hari kerja dan baru pulang jam empat soreElard: Gak apa-apa, aku akan jemput kamu habis kerjaKarina: Oke, terima kasih tawarannya, ElardElard: Sama-samaKarina mematikan ponselnya lalu ia mengusap wajahnya. Ia terus mengucap kata syukur. Ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia berniat membuat beberapa rancangan baru untuk dijadikan pilihan saat bekerja sama dengan butik ayah Elard nanti.•••Karina bangun saat sinar matahari menyapa dirinya dari lubang ventilasi. Karina menguap lalu membuka matanya lebar-lebar. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku.Ia lalu menghidupkan ponselnya untuk mengecek jam. Rupanya saat ini sudah jam lima pagi. Karina pun bangkit dari duduknya dan membuka jendela.Ia tersenyum saat sin
Elard menghentikan mobilnya di sebrang jalan yang sedikit jauh dari kediaman Adam. Karina melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih banyak atas semua bantuanmu, Elard. Aku tidak tahu bagaimana nasibku tanpa semua bantuanmu. Maaf aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu.""Sesama manusia memang seharusnya tolong menolong, Karina. Aku ikhlas membantu kamu," sahut Elard.Karina tersenyum dan berucap, "Aku kerja dulu, terima kasih tumpangannya.""Sama-sama. Semangat kerjanya."Mood Karina langsung naik saat Elard menyemangatinya. Ia tanpa sadar merekahkan senyumnya. Karina sampai lupa dengan semua masalahnya.Setelah satpam membukakan gerbang, Karina pun melangkah memasuki rumah mewah milik keluarga Adam. Mood Karina seketika turun ketika melihat Felliska ada di ruang tamu. Karina merapalkan doa dalam hati agar Felliska tidak berbuat atau berkata buruk kepadanya.Karina merasa sakit hati sekaligus trauma dengan sikap Felliska. Ia berharap hal itu tidak terulangi lagi. Karina pu
Karina menjadi lesu. Ia tahu pasti Felliska sudah memotong bagian rekaman CCTV itu. Agatha berucap, "Rekaman CCTV itu hilang bukan berarti Felliska salah dan kamu benar. Bisa saja CCTV-nya memang sedang eror. Sudahlah, kamu kembali bekerja!" Agatha lalu berlalu meninggalkan ruangan itu yang hanya menyisakan Karina dan Sinta. Saat Karina hendak pergi, tangannya dicekal oleh Sinta. "Tunggu, aku mau bilang sesuatu sama kamu," ucap Sinta."Apa?""Tapi jangan di sini."Saat Karina hendak bertanya, Sinta langsung menarik tangannya keluar dari ruangan. Saat berada di luar ruangan, Sinta celingak-celinguk untuk memastikan agar tidak ada yang melihat mereka. Karina hendak kembali bertanya, tapi Sinta langsung menarik tangannya.Sinta membawa Karina ke dalam lorong toilet. Mereka lalu memasuki sebuah bilik toilet dan mengunci pintunya. Karina yang hendak bersuara langsung ditahan oleh Sinta yang menempelkan jari telunjuknya ke bibir Karina."Dengarkan aku." Sinta setengah berbisik. "Kemarin, Fe
Karina menyodorkan buku rancangannya. Ia menunjukkan beberapa rancangan terbarunya. Aland menerimanya dan melihat nya dengan seksama.Ia lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Rancangan kamu sangat bagus. Kamu memang luar biasa. Mau kah kamu bekerja sama dengan butik saya? Kamu jadi desainer dan pemantau proses pembuatan pakaian."Mata Karina berbinar-binar. "Tentu saya mau, Pak. Terima kasih banyak tawarannya.""Sama-sama." Aland menjabat tangan Karina.•••Kini Karina dan Elard sedang dalam perjalanan pulang dari butik. Wajah Karina nampak sumringah. Ia sangat bahagia karena kini ia sudah dikontrak dengan butik milik Aland. Elard pun ikut senang melihat Karina senang.Tiba-tiba, Karina menyodorkan sesuatu di genggaman tangannya kepada Elard. "Untuk kamu."Elard menoleh dan terkejut melihat gelang dengan manik-manik berwarna hitam. Karina berucap, "Ini aku membuatnya sendiri. Terimalah."Elard pun menyodorkan tangan kirinya. "Pakaikan."Karina mengangguk lalu memasang gelang itu di pe
Setelah selesai kuliah, Karina bergegas ke parkiran untuk mengambil motornya. Ia bersyukur tidak ada Langit yang mengganggunya. Ia pun bergegas menaiki motornya dan melaju meninggalkan kampus.Saat lampu merah di perempatan menyala, Karina menghentikan motornya. Ia melirik ke spion dan melihat mobil putih milik Langit ada di belakangnya. Karina mengira kalau Langit mengikutinya.Karina mendengus kesal. Mau apa lagi Langit mengikutinya? Setelah lampu hijau menyala, Karina pun kembali tancap gas.Setelah beberapa menit perjalanan, mobil Langit masih terlihat mengikuti Karina. Karina menjadi was-was. Apa yang akan Langit lakukan kepadanya?Mengingat Langit yang suka melakukan hal aneh-aneh kepada Karina. Karina pun merapalkan doa dalam hati. Seandainya ia tahu jalan alternatif menuju kediaman keluarga Adam, ia pasti akan melewati jalur alternatif.Hingga Karina sampai di kediaman keluarga Adam dan memarkirkan motornya, mobil Langit masih mengikutinya. Bahkan mobil Langit ikut masuk lewat
Karina masih merasa sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan Langit tadi. Ia tadi melihat Langit memasuki toilet. Maka setelah menidurkan Tania, ia bergegas menyusul Langit ke toilet.Ia merasa curiga dengan Langit. Pasti Langit sudah berbuat hal macam-macam kepada Karina mengenai cincin Agatha yang hilang. Karina pun membawa ponselnya dalam saku dan menyalakan perekam suara untuk merekam percakapannya dengan Langit nanti.Karina berdiri di depan Karina dengan bersedekap dada. Beberapa detik kemudian, Langit keluar dari salah satu bilik toilet. Karina langsung berbalik badan dan menatap Langit tajam.Langit tersenyum melihat Karina. "Nungguin aku? Mau gak melakukan hal 'enak enak' di sini? Mumpung sepi."Karina melempar botol sabun tepat ke muka Langit. "Omongan lo kayak omongan orang gak waras. Udah gila lo?!"Langit terkekeh. "Aku memang gak waras… karena kamu.""Lo gak waras karena otak lo udah geser. Jangan bawa-bawa gue."Langit melangkah perlahan mendekati Karina. "Kalau k