Share

Bab 7

Elard membantu Karina berdiri dan memapahnya. Elard lalu membukakan pintu mobil dan membantu Karina masuk ke dalam. Setelah itu, Elard menghampiri beberapa pengendara dan mengobrol dengan mereka.

Elard meminta tolong kepada mereka untuk membawa motor Karina ke bengkel. Untungnya masih ada orang-orang baik yang dengan senang hati membantu Karina. Setelah itu, Elard memasuki mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Karina menggigit bibirnya saat rasa sakit datang bertubi-tubi. Di tubuhnya banyak luka gores dan kulit yang sobek sampai terlihat dagingnya. Karina merasa sakit, nyeri, dan panas secara bersamaan.

Elard yang sedang menyetir sesekali melirik Karina dengan raut wajah khawatir. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit. Karina meneteskan air mata ketika ia tidak mampu lagi menahan sakit.

"Kamu boleh remas tangan aku untuk melampiaskan rasa sakit kamu," celetuk Elard.

Karena sudah tak tahan, akhirnya Karina mengangguk dan mencengkram lengan Elard. Bukankah kesakitan, Elard malah tersenyum. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di rumah sakit.

Elard bergegas memanggil suster lalu beberapa suster mengambil kursi roda dan mendudukkan Karina di kursi roda. Mereka pun membawa Karina ke UGD. Para suster dan dokter dengan sigap mengobati luka-luka Karina.

Elard menggenggam tangan Karina untuk menenangkannya. Karina pun meringis kesakitan sambil mengeratkan pegangan tangan Elard saat obat antiseptik dan yang lainnya menyentuh lukanya. Rasa sakitnya sedikit berkurang ketika luka-lukanya ditutup perban dan plester luka.

Beberapa menit kemudian, luka Karina pun selesai diobati. Karina menarik nafas lega lalu tersenyum kepada Elard. "Terima kasih sudah menolong aku."

"Sama-sama. Kamu tadi kok bisa jatuh dari motor?"

"Ban motorku meledak karena ada paku yang tertancap di ban aku."

"Ya Tuhan, kok bisa?"

Karina mengedikkan bahu. "Entah, aku juga tidak tahu. Aku juga heran kenapa paku sebanyak itu bisa tertancap di ban motorku seakan-akan ada yang sengaja menancapkannya."

Elard terdiam sambil memandangi Karina. Ia merasa setuju dengan ucapan Karina. Tidak mungkin paku sebanyak itu tertancap dengan sendirinya di ban motor Karina. "Besok lain kali setiap mau pakai motor di cek dulu bannya."

"Iya, makasih sarannya. Aku memang sering ceroboh."

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Mungkin ini cobaan untuk kamu. Setelah ini aku antar pulang, ya?"

Karina mengangguk. "Tapi aku harus jemput ibuku di rumah bibiku. Soalnya setiap aku kerja, aku menitipkan ibuku ke bibiku."

"Kalau boleh tahu, kamu kerja apa?"

"Baby sitter."

"Semangat kerjanya, kata Ayah nilaimu selalu bagus."

"Terima kasih atas supportnya. Dan nailaiku juga gak bagus-bagus banget kok."

"Nilai A terus dibilang gak bagus-bagus banget? Lalu aku yang sering dapat B bahkan C disebut apa?"

Karina tertawa. Elard pun ikut tertawa. Bertepatan dengan itu, seorang suster memasuki ruangan. "Pasien sudah diperbolehkan pulang," ucap suster tersebut.

"Baik, terima kasih," sahut Elard.

Karina pun berusaha turun dari atas brankar. "sini aku bantu," ucap Elard yang lalu melingkarkan tangan Karina ke pundaknya lalu ia memapah Karina.

•••

Setelah dari rumah sakit, Elard dan Karina mampir ke rumah Suri. Elard dengan perhatian membukakan pintu mobil untuk Karina dan membantunya berjalan. Karina lalu mengetuk pintu rumah dan memanggil Suri.

Karena tahu itu adalah suara Karina, Suri pun memapah Kasih keluar rumah. Suri dan Kasih agak terkejut melihat Karina yang melingkarkan tangannya di bahu Elard sementara Elard melingkarkan tangannya ke perut Karina. Mereka jadi terlihat seperti saling merangkul dan berpelukan.

"Dia siapa, Karina?" tanya Suri.

"Dia teman kuliahku, Bi. Namanya Elard. Tadi di jalan banku meletus terus aku jatuh dari motor. Terus aku ditolong sama Elard," jawab Karina.

"Ya Tuhan, kenapa banmu bisa meletus?" tanya Kasih.

"Ketancap paku, Bu."

"Untung kamu baik-baik saja. Karina Karina… ada aja masalah yang terus menimpa kamu. Semoga kamu tetap kuat dan tegar menghadapi semuanya," ujar Suri.

Kasih sampai meneteskan air mata yang membuat hati Karina teriris. Karina pun memaksakan diri untuk berjalan mendekati Kasih dan memeluknya. "Maafkan Karina yang selalu membuat Ibu khawatir," ucapnya.

Kasih tidak menjawab apa-apa. Sebenarnya banyak hal yang ingin ia katakan kepada Karina. Namun ia malu karena ada Elard.

•••

Karina dan Kasih berterima kasih kepada Elard saat mereka sudah sampai di rumah. "Boleh aku minta nomor teleponmu?" pinta Elard kepada Karina.

Karina pun dengan senang hati memberikannya. Setelah itu, Elard berpamitan pulang dan meninggalkan rumah Karina. Karina pun memapah Kasih memasuki rumah.

Karina lalu menidurkan Kasih di kasur. Ia mengambil makanan di dapur lalu kembali ke kamar dan menyuapi Kasih. Setelah itu, Karina membantu Kasih meminum obat.

"Bagaimana kuliah dan kerjamu, Karina?" tanya Kasih.

"Syukurlah lancar, Bu." Karina sedikit berbohong, ia jelas tidak bisa mengatakan tentang berbagai kesulitan yang ia alami saat bekerja menjadi baby sitter. Ia tak ingin membuat Kasih kepikiran dan drop.

"Syukurlah kalau begitu. Ibu doakan pekerjaan dan kuliah kamu semakin lancar."

"Terima kasih doanya, Bu. Maad Karina belum bisa membahagiakan Ibu."

"Kamu bicara apa? Kamu anak yang sangat berbakti dan itu sudah sangat membahagiakan Ibu. Tidak perlu berpikir macam-macam. Fokus kuliah dan kerja agar segera sukses."

Karina pun memeluk Kasih. Ia menumpahkan tangis di pelukan Kasih. Seluruh beban yang selama ini ia tanggung luruh bersama dengan tangisnya.

Setelah beberapa menit, Karina pun melepaskan pelukannya. "Bu, aku mau menyelesaikan pekerjaanku. Ibu segera tidur, ya."

Kasih mengangguk, lalu memejamkan matanya. Karina pun mengambil piring keluar kamar menuju dapur. Ia pun mencuci peralatan makan dan bersih-bersih sebentar.

Setelah itu, ia memasuki kamarnya. Ia melanjutkan pekerjaannya membuat sebuah gaun rancangannya sendiri. Butuh waktu dua jam sampai rancangan itu selesai.

Karina lalu memfoto gaun rancangannya dan meng-uploadnya ke sosial medianya. Tiba-tiba ia mendapat pesan dari akun seorang artis bernama Melinda. Melinda sangat tertarik dengan gaun rancangan Karina dan berniat membelinya.

Tak tanggung-tanggung, Melinda berani membayar seharga dua ratus dollar. Itu jauh dari harga yang ditentukan oleh Karina sebesar seratus dollar. Karina pun senang bukan main.

Ia lalu melipat gaun tersebut dan memasukkannya ke dalam kotak kardus dan mem-packingnya. Bertepatan dengan itu, Melinda mentransfer uang kepada Karina. Karina merasa sangat bersyukur dan terharu.

Tiba-tiba ada pesan dari nomor tak dikenal.

08123456789: Aku Elard, simpan nomorku, ya

Karina: Oke, siap

Karina pun menyimpan nomor Elard. Beberapa menit kemudian, ada pesan masuk lagi dari Elard.

Elard: ayahku tertarik dengan gaun rancanganmu. Maukah kamu bekerja sama dengan butik ayahku?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status