Beranda / Romansa / Sang Janda dan Para Pria Penggoda / Chapter 1 : Selamat Tinggal Masa Lalu

Share

Sang Janda dan Para Pria Penggoda
Sang Janda dan Para Pria Penggoda
Penulis: VERARI

Chapter 1 : Selamat Tinggal Masa Lalu

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 21:16:04

Suara tiga ketukan palu bergema di seluruh ruangan. Saat ini Renata Cahyani yang belum lama menginjak usia dua puluh lima tahun resmi berstatus janda cerai. Setelah menjalani rumah tangga dengan Dhani Adrian yang hanya bertahan satu setengah tahun.

Duduk di sampingnya, sang mantan suami tersenyum lebar setelah mendengar putusan hakim. Rena berusaha keras memasang wajah datar.

Bagaimanapun juga, Rena pernah sangat mencintai pria itu. Tidak mungkin ia tak merasa sakit hati.

"Makasih, Sayang- Ups, maksudku Rena. Semoga hidupmu jadi lebih baik tanpa aku."

Rena berlalu tanpa sepatah kata pun. Bagaimana bisa orang yang dulu bersumpah setia sehidup semati semudah itu mencampakannya?

"Dasar laki-laki nggak tahu diri!"

Setiap langkah meninggalkan pria itu, ia kembali teringat kenangan indah saat masih bersama. Ketika pertama kali Dhani mengucap kata cinta di depan banyak orang di kampus mereka berdua menempuh pendidikan.

Setelah satu tahun berpacaran, Dhani mengenalkan Rena kepada keluarganya. Bukan hal yang mudah bagi Rena mengingat keluarga Dhani yang cukup terpandang di kota. Sedangkan ia hanya seorang yatim piatu yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah.

"Nak Rena, kami akan mendukung kalian. Jangan merasa minder walaupun keluarga Nak Rena nggak punya status apa-apa," ujar calon sang ibu mertua.

"Ibu! Nak Rena sudah nggak punya orang tua!" balas ayah mertua.

Sebelumnya Rena berpikir kata-kata mereka merupakan sebuah bentuk perhatian. Namun sekarang hanya terdengar seperti hinaan menyakitkan.

Setelah menikah, baik ibu atau ayah mertua selalu tak puas dengan apa pun yang ia lakukan. Terlebih karena mereka hidup seatap selama berbulan-bulan.

Dari hal kecil seperti masakan kurang garam, setitik debu yang belum dibersihkan atau cucian yang masih sedikit bernoda. Semua menjadi kesalahan Rena.

"Kalau dipikir-pikir lagi, mereka sampai memecat pembantu sejak aku jadi menantu. Dan sejak awal jadi suamiku pun Dhani nggak melakukan apa-apa untuk membela." Rena tersenyum getir.

Untungnya Dhani mendapat pekerjaan baru di kota sebelah. Ia akhirnya terlepas dari belenggu sang mertua.

Kala itu Rena sungguh bahagia. Tak kurang dari enam bulan ia diperlakukan layaknya pembantu. Akhirnya ia bisa bebas melakukan banyak hal yang tadinya tak boleh dilakukan.

Berpakaian sedikit terbuka dikata perempuan tak punya aturan. Pakai uang belanja hanya lebih beberapa ribu saja dibilang istri pemboros. Bahkan Rena membeli semua kebutuhan pribadi menggunakan uangnya sendiri.

Benar, orang tua Dhani cukup kolot!

Meskipun demikian, ayah Dhani tetap membelikan rumah baru untuk mereka. Awalnya Rena mengira rumah itu menjadi lembaran baru kehidupan rumah tangganya.

Seperti pasangan baru menikah pada umumnya, hubungan mereka semakin dalam dan penuh kemesraan. Setiap pagi, selepas suami pulang kerja dan malam sebelum beristirahat mereka selalu bercumbu.

Namun setelah sepuluh bulan menikah, tingkah laku sang suami berubah. Dhani jarang menyentuh Rena dan sering lembur sampai malam.

Hubungan suami istri yang dilakukan sehari berkali-kali berkurang menjadi sekali setiap hari. Lalu berkurang lagi jadi tiga kali seminggu. Dan akhirnya dari seminggu sekali, sang suami tak lagi menyentuhnya.

"Mau langsung tidur lagi, Mas?"

Dhani tak menjawab. Rena tahu suaminya hanya berpura-pura tidur. Tapi hari itu ulang tahunnya dan ia ingin pelukan sang suami tercinta.

"Mas kan tahu sekarang hari apa." Rena memeluk suaminya dari belakang.

Dhani menghempaskan tangan Rena dengan kesal. "Tadi sudah dirayain bersama kan! Sudah dibeliin kalung, dikasih kue, mau apa lagi?!"

Rena terkejut dengan jawaban kasar suaminya. Selama ini Dhani selalu bersikap baik. Meskipun lelah, belum pernah ia meninggikan suara.

Matanya berkaca-kaca menyadarkan sang suami. Tapi Dhani hanya kembali tidur setelah minta maaf sekedarnya.

Rena tak menyerah begitu saja. Ia kembali mendekap sang suami. Dhani yang kian jengkel akhirnya mencumbu Rena dengan kasar malam itu. Dan sekaligus menjadi cumbuan yang terakhir.

Beberapa bulan kemudian Dhani sering dinas ke luar kota. Terkadang sampai berhari-hari tak pulang ke rumah. Komunikasi mereka juga menjadi semakin berkurang.

Pada suatu sore, entah apa yang membuat Rena tiba-tiba datang ke kantor suami. Di sana pula ia melihat Dhani sudah ada di kantor bersama seorang perempuan yang dipikirnya hanya rekan kerja saja.

Rekan kerja yang terlalu dekat dengan sang suami.

Si perempuan mendekat kepada Dhani. Entah apa yang ia bisikkan, Dhani lalu melingkarkan lengan di pundak perempuan itu. Mengelus rambut panjangnya dengan penuh kasih sayang.

Rena buru-buru menelepon Dhani. "Mas pulang kapan?"

"Besok. Kenapa?"

Tubuhnya bergetar, air mata mulai menetes. Namun ia berusaha mempertahankan nada suara.

"Kok ada suara perempuan?" tanya Rena bohong.

Jelas-jelas Dhani tengah menutup mulut si perempuan dengan jemarinya. Perempuan itu lantas mencium telapak tangan suaminya.

"Ya lagi kerja di tempat umum masa semua harus laki-laki?! Sudah, nanti telepon lagi! Masih banyak kerjaan di sini!"

Dunianya seakan runtuh hari itu. Ia mencoba untuk bersikap tenang namun gagal. Rena menangis sejadi-jadinya tak peduli dengan orang-orang lewat yang menatap aneh padanya.

Seseorang berhenti untuk memberikan sapu tangan. "Mbak, nggak apa-apa? Apa ada yang sakit?"

Ia tak memedulikan pertanyaan orang itu. Langkahnya hanya mengikuti sang suami yang meninggalkan tempatnya dengan si perempuan yang bergelayut manja.

Wajah Rena memucat tatkala mendapati pria yang merupakan cinta pertamanya memasuki hotel dengan si perempuan. Dari kejauhan ia bisa melihat sang suami dan perempuan itu memasuki kamar yang sama. Di ambang pintu Dhani mencium bibir perempuan itu.

Rena segera berlari keluar hotel. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa seperti tertusuk ribuan jarum.

Kakinya tak sanggup lagi untuk melangkah. Ia hanya bersimpuh seperti anak kecil yang tersesat.

"Mari saya antar pulang saja, Mbak."

Pria tadi ternyata masih membuntuti. Dan pria itu juga yang mengantar kembali ke rumah dengan selamat.

Sampai sekarang Rena menyesal tidak memperhatikan orang itu dan belum sempat mengucap terima kasih. Hanya tersisa sapu tangan si orang asing yang masih disimpannya.

Hari berikutnya, Rena mengatakan apa yang ia lihat kemarin. Ia ingin mendengar penjelasan suaminya.

"Ka- kamu pasti salah lihat." Dhani membuang muka untuk menutupi ekspresinya.

"Aku nggak buta, Mas! Jelas-jelas itu kamu! Aku lihat sendiri kamu mencium pelacur itu!"

"A- apa?!" Dhani memandangi Rena dengan sikap mengancam, "Siapa yang kamu panggil pelacur?"

"Kalau bukan pelacur apa namanya?! Pelakor nggak ada bedanya dengan pela-"

Tamparan keras mendarat di pipi Rena sebelum ia bisa menyelesaikan ucapan. Rena menitikkan air mata.

Seumur-umur baru kali ini ada orang yang menamparnya. Dan itu suaminya sendiri!

"Jaga mulutmu! Dia perempuan baik-baik!" Dhani kelepasan bicara.

"Mas... Bisa-bisanya kamu setega ini sama aku!"

Rena menangis histeris memukul dada suaminya. Dhani menggertakkan gigi melihat tingkah sang istri. Sesaat kemudian Rena sudah terkapar di lantai.

Benar, Dhani memukulnya dengan keras waktu itu. Menendang perutnya sambil mengucap sumpah serapah. Lalu pergi dari rumah dan tak kembali lagi.

Seminggu setelahnya, surat perceraian dari pengadilan dikirim ke rumah. Tanpa melalui mediasi panjang, Rena menerima talak suaminya.

Dhani memberikan rumah tempat tinggal mereka sebagai kompensasi. Agaknya orang tua sang mantan tak terima dan saat ini berusaha meminta rumah itu kembali.

"Maaf, Bu. Rumahnya sudah laku saya jual."

"Kamu tuh nggak tahu diri sekali rupanya!"

"Yang nggak tahu diri itu anak ibu! Sudah selingkuh, ibu masih membelanya?!"

"Dhani selingkuh pasti ada sebabnya! Pokoknya uang hasil jual rumah ditransfer ke rekening bapak!"

Rena mendecak, "Kalau gitu ibu sewa pengacara buat nuntut saya saja!"

Ia menutup telepon, tak mau mendengar suara mantan mertuanya. Karena gigih menghubungi, akhirnya ia memblokir semua nomer yang berhubungan dengan mantan suami.

Sebenarnya Rena belum menjual rumah yang tak seberapa besar itu. Ia baru saja akan pergi ke kantor real estate sebelum ibu mertua menelpon. Dan tak peduli berapa pun yang akan didapatkan, yang jelas ia tak ingin melihat rumah itu lagi!

Rena ingin menghapus semua kenangan dengan sang mantan. Rumah pernikahan berisi kebohongan itu tak layak untuk ditempati!

"Detik ini juga aku sudah melupakanmu! Aku akan membuang semua tentangmu, entah itu barang maupun semua kenangan!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Luar biasa... Wanita yang kuat...
goodnovel comment avatar
Usman
wjwjeiejejoaia
goodnovel comment avatar
chick
suka bgt sama Rena. suami selingkuh buang aja ke laut gk perlu ditangisi lama"
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 103 : Akhir yang ...

    "Nggak... Itu nggak mungkin.""Apanya yang nggak mungkin? Kenapa kamu ke sini?""Aku pikir ada masalah karena Billy meliburkan semua orang. Ternyata bukan hanya masalah. Tetapi masalah besar!" Kilatan di mata Aurora berubah. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu situasi."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" Billy muncul dari pintu."Kamu juga ada di sini? Jangan bilang... Kamu nggak mengejar Rena lagi karena...." Aurora kehilangan kata-kata."Apa yang mau Mama katakan?""Nggak, itu nggak mungkin." Aurora menggeleng-geleng tak percaya.Ingatan Aurora kembali ke malam itu. Ketika ia menemui Widya untuk mengatakan jika ia telah memenangkan David.Widya tengah menunggu di seberang jalan stasiun yang saat itu belum begitu ramai. Wanita itu terkejut melihatnya alih-alih David yang telah lama dinanti."Mau apa kamu ke sini, Aurora?""Untuk membayar kesalahan suamiku padamu.""Apa maksudmu?""David nggak akan pernah kembali padamu, Widya. Dia nggak akan mau meninggalkan semua fasilitas yang ia milik

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 102 : Piknik Keluarga

    Rena gemetaran dalam dekapan Joshua di sampingnya. Ia takut menunggu reaksi ayah kandungnya.David hanya membuka mulut tak begitu percaya kata-kata Billy. Kemudian Billy menyodorkan hasil tes DNA yang diberikan Oliver saat di pulau waktu itu.Semua orang bisa tahu, Billy lah yang meremas-remas kertas itu sampai kusut dan sobek di beberapa bagian. Untungnya, hasil tes DNA masih bisa terbaca.Probabilitas David Ethan sebagai ayah biologis dari Renata Cahyani adalah 99,999%."A-apakah ini nyata?" David berdiri sambil memandangi Rena."Si tua Oliver itu yang melakukan tes DNA diam-diam. Nggak tahu dapat sampel dari mana."Air mata David kembali meleleh. "Kamu... Rena... Kamu anakku dan Widya? Oh Tuhan, ini pasti keajaiban!" David bersimpuh seperti orang yang sedang berdoa.Reaksi David membuat hati Rena bergejolak. Ia menyembunyikan wajah ke dalam jaket suaminya. Ada rasa senang sekaligus malu."Jadi... Bayi ini cucuku?""Iya, Pa. Tadinya dia akan menjadi anak tiriku, ternyata malah jadi

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 101 : Rahasia Aurora

    "Papa menyesal selama ini hanya diam saja, sedangkan papa tahu semua perbuatan burukmu." Mata David berkaca-kaca. "Papa merasa gagal sebagai seorang ayah. Maafkan papa, Bill."Mulut Billy sedikit terbuka, hampir mengucap sesuatu. Tapi David lebih cepat memotongnya."Papa tahu perbuatanmu dan Aurora demi untuk mendapatkan keinginan kalian. Tapi ini nggak benar, Billy. Belum ada sejarahnya seorang pria di keluarga kita menjadi suami kedua."Billy terkekeh-kekeh. "Aku hampir tergoda dengan usulmu, Pa.""Maaf, mengecewakan, Om. Tapi saya nggak akan pernah rela membagi istri saya dengan lelaki lain," tegas Joshua."Lalu..."Rena segera memotongnya, "Mari kita selesaikan makanannya dulu. Setelah ini baru bicara."Tiga puluh menit kemudian, di atas meja makan hanya tersisa minuman. Tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan.Suara khas bayi milik Ethan dari dalam kereta dorong bayi memecah keheningan. Joshua menirukan suara anaknya. Lagi-lagi sibuk memeriksa gigi Ethan dan tak m

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 100 : Bertemu Ayah Kandung

    Joshua mencengkeram kemudi dengan erat ketika melihat istrinya memeluk pria lain. Meskipun tahu siapa Billy bagi istrinya."Ah, bikin nggak tenang."Joshua membanting pintu mobil dengan kencang. Ia pun berjalan menghampiri mereka berdua yang tak sadar oleh kehadirannya.Setelah mendengar pengakuan Billy dan Rena, Joshua mundur teratur agar tak ketahuan mencuri dengar. Ia menyesal sudah marah-marah dan curiga berlebihan."Mereka lagi shooting sinetron? Mantan pacarku tercinta ternyata anak kandung Papaku?" Joshua terkekeh oleh leluconnya sendiri."Itu sama sekali nggak lucu, Josh! Istrimu sedang sedih!" Ia membentak dirinya sendiri.Sementara itu, Rena tengah menyeka air mata Billy. "Sudah, jangan menangis lagi.""Apa yang kamu inginkan sekarang, Rena?""Maksudmu? Tentang apa?""Mamaku. Dia yang sudah...""Aku nggak tahu, Bill. Aku marah sekali waktu tahu ibuku meninggal karena mamamu. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya dan memanggilnya ibu." Rena kembali terisak."Katanya janga

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 99 : Kakak Adik

    Tangan Rena bergetar hebat dan hampir menjatuhkan satu ikat kertas di tangannya. Joshua sigap menggenggam kedua tangan istrinya."I- ini... I -ini pasti salah. Nggak mungkin mereka orang tuaku, Josh!""Shhh, shhh... Mau dibaca dulu keterangan di belakangnya? Haruskah aku yang membacakannya untukmu?"Rena mengangguk.Joshua mengambil kertas itu dengan posisi duduk yang masih sama. Membalik foto pernikahan Aurora dan David, lalu mulai membaca isi dalam dokumen itu."Nama ayah kandungmu David Ethan dan nama ibumu Widya Cahyani."Rena membungkam mulut dengan kedua tangannya sendiri. "Apa ibuku...." Rena terisak."25 tahun yang lalu, David melayangkan gugatan perceraian kepada Aurora. Karena David mengetahui perselingkuhan Aurora dengan..." Joshua tiba-tiba mengumpat."Dengan siapa, Josh?""Aditya Wijaya, ayah Gladis."Rena menatap sang suami tak percaya."Sejak itu, David sering tak pulang. Dia bahkan membeli rumah sendiri. Dan selama satu tahun, David diam-diam berhubungan dengan Widya,

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 98 : Orang Tua Rena

    Di ruang keluarga Gavin, para anggota keluarga masih berbincang-bincang. Kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tak terduga."Aurora Volker! Bagaimana dia bisa masuk ke sini?!" Teriak James."Aku nggak pernah mengundangmu ke rumahku, Nyonya Volker," kata Peter."Aku yang menyuruhnya datang!" Seruan Oliver membuat semua orang terdiam. "Ikut aku, Nyonya Volker."Aurora membuntuti Oliver ke arah ruang kerja Peter. Wanita itu sama sekali tak memandang satu pun anggota keluarga Gavin yang lain. Jika bukan karena Oliver memiliki kartunya, mana sudi ia menginjakkan kaki di tempat ini."Langsung saja, katakan apa yang ingin Anda sampaikan," kata Aurora dengan sikap menantang."Kamu memang Volker sejati. Nggak terlihat gentar walaupun dalam hati ketakutan." Oliver terkekeh-kekeh."Aku sibuk, Tuan Besar Gavin. Kalau hanya mau basa basi, bilang saja ke sekretarisku.""Baik, baik." Oliver duduk berhadapan dengan Aurora. "Aku sudah memberi tahu Billy Volker tentang rahasiamu.""

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status