Qing Ho segera menemui Master Li Mo yang berada di ruangannya. Di sepanjang jalanan padepokan ia hanya melihat setiap pegawai, para guru, dan murid senior bahu membahu meracik obat-obatan, mempersiapkan senjata, dan melatih setiap jurus baik yang lama atau yang baru diciptakan. Ia memberi semangat kepada semua orang yang ia temui. Tak lama kemudian, dia sampai di ruangan Master Li Mo."Permisi! Master Li Mo! Apa anda berada di dalam?" teriak Qing Ho, "Master! Apa anda ada di dalam, ini aku Qing Ho, aku sudah sampai master!". berkali-kali Qing Ho berteriak, namun tidak ada panggilan dari dalam ruangan. Seketika Qing Ho pun panik, ia pun segera mendobrak ruangan itu. "Master! Master! Masteeeerr!" teriak Qing Ho menggema hingga ke luar ruangan. "Ada apa? Ada apa ini? Qing Ho, ada apa?" tanya Santoso yang kebetulan mendengar teriakan Qing Ho."Master Li Mo, Master Li Mo menghilang!" teriak Qing Ho kembali dengan histeris. "Apa kau bilang? Aku tau tadi beliau baru saja minum obatnya di sin
"Alangkah baiknya, jika kita segera melakukan interogasi terhadap penyusup itu Master Cheng," ujar Master Li Mo. "Tentu saja master, maksud saya, memang saya berniat agar anda saja yang menginterogasi nya. Saya tidak bisa melakukannya Master Li Mo, mohon maaf," jelas Master Cheng. "Lho? kenapa? kenapa anda tidak langsung menginterogasi nya sendiri saja?" tanya Master Li Mo keheranan. "Sebaiknya, anda segera pergi ke penjara, untuk melihatnya langsung," ucap Master Cheng.Tanpa berpikir panjang Master Li Mo segera melangkahkan kakinya menuju penjara. Setibanya di penjara dia dibuat terkejut melihat siapa yang disebut-sebut sebagai penyusup sekaligus pengkhianat. Tak terasa Master Li Mo mulai meneteskan air mata yang semakin lama semakin deras. Master Cheng yang ada di belakangnya juga mulai meneteskan air mata."Master Cheng," panggil Master Li Mo. "Saya Master Li Mo," jawab Master Cheng. "Panggil seluruh dewan master ke sini, suruh mereka agar meninggalkan pekerjaan mereka sementara w
"Tunggu dulu, jika Santoso bukanlah penghianat yang dimaksudkan, lantas siapa orang itu?" tanya Master Lee keheranan. "Entahlah Master Lee, aku sendiri juga bingung mengenai hal itu. Yang pasti, orang itu pasti masih berkeliaran di dalam Padepokan Naga Langit ini," jawab Master Cheng. "Kita harus segera menemukannya secepat mungkin, tidak menutup kemungkinan, dia sudah membocorkan banyak informasi mengenai strategi yang telah kita persiapkan," tegas Master Lee. "Itu betul sekali, namun kita melupakan satu hal, kita belum bisa memastikan atau menemukan tanda-tanda dari orang itu sendiri," celetuk Master Yen. "Kita juga harus memperhatikan tentang masalah mata-mata pengintai yang berada di dalam hutan belantara, kalau salah satu dari mereka atau bahkan semuanya adalah orang-orang yang terbukti menjadi mata-mata dari Bayangan Singa, tentu itu akan sangat merugikan," ujar Master Tung.Master Li Mo hanya terdiam melihat perdebatan antar dewan master. Master Li Mo lebih terfokus kepada Sant
"Tuan Guru! Tuan Guru! Tuan Guru! dimana engkau berada tuan Guru," teriak Bajulgeni sembari menyingkirkan reruntuhan padepokan utama."uhuuuk! uhuuuk! aku disini bajulgeni," jawab Guru Mada sembari melambaikan tangan diantara reruntuhan padepokan."Syukurlah Tuan Guru selamat. Aku sangat senang sekali," ucap Bajulgeni sambil meneteskan air mata kepiluan.Tuan Guru Mada merupakan guru besar dari Perguruan Bela Diri Raja Malam, sedangkan Bajulgeni merupakan Asisten sekaligus murid terbaik di padepokan. Awalnya keadaan Padepokan masih baik-baik saja, sampai kemarin malam padepokan diserang oleh segerombolan orang yang tidak dikenal. Diperkirakan mereka adalah pasukan musuh yang hendak mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Nusa."Apa sebenarnya yang telah terjadi Bajulgeni?" tanya Guru Mada."Kemarin malam ketika latihan rutin dilaksanakan tiba-tiba terdengar suara tembakan di tempat latihan. Saya yang pada waktu itu bersama Tuan Guru yang di padepokan seketika panik, dan langsung pergi ke
Setelah Bajulgeni selesai menggali, satu per satu mayat dimasukkan. Tak henti-hentinya Guru Mada menangisi setiap kali memasukkan para murid dan teman-teman seperjuangannya ke dalam liang lahat. Luka yang begitu dalam tergores di hati Sang Guru begitu pula dengan Bajulgeni, ia merasakan penderitaan hebat yang dialami Guru Mada."Aku masih tidak percaya apa yang kulihat sekarang," seru Guru Mada sembari mengusap air mata diwajahnya."Kita harus bisa mengikhlaskan kepergian mereka semua guru, kita tidak bisa mengembalikan mereka, apa yang telah mati tidak akan pernah kembali." ucap Bajulgeni yang berusaha menghibur gurunya.Sekilas ucapan Bajulgeni tampak menenangkan hati sang guru, namun dibalik itu sang guru juga memendam rasa amarah yang begitu kuat. Sontak ia merasa harus segera bertindak untuk melakukan perlawanan kepada musuh yang menyerang.Setelah selesai menguburkan semuanya, tiba-tiba cuaca berubah. Di saat itu pula Guru Mada bersumpah dengan menghadap ke kuburan besar yang te
Saat Bajulgeni dan Guru Mada menyingkirkan sebuah pondasi rumah yang roboh, dibalik pondasi tersebut ditemukan mayat seseorang. Lalu mereka menyingkirkan pondasi rumah selanjutnya dan ditemukan mayat sebuah keluarga. Begitu seterusnya sampai mereka menyingkirkan reruntuhan sebuah balai pertemuan, mereka terkejut dan seketika senang karena mendapati seorang remaja laki-laki yang masih bernafas.Tanpa banyak pikir Guru Mada dan Bajulgeni segera mendirikan sebuah tenda dan merawat remaja tersebut."Syukurlah masih ada seseorang yang selamat, akibat insiden kemarin malam," Tutur Guru Mada."Ya Guru, ini merupakan suatu keajaiban, seorang pemuda yang tertimpa reruntuhan bangunan masih bisa bernafas," ucap Bajulgeni"Namun kita harus segera memberikan perawatan terbaik untuknya, sekalipun dia masih bisa bernafas, akan tetapi pendarahan yang terjadi di kepalanya tidak dapat disepelekan," Tegas Guru Mada."Saya sudah menyiapkan ramuan obat, perban serta air hangat untuk pemuda ini, semoga saj
"Ah! kepalaku pusing sekali," seru sang pemuda."Minumlah ini, ini adalah ramuan herbal yang baru kubuat, bisa membantu memulihkan tubuhmu dan menyembuhkan rasa nyeri di kepalamu," ucap Bajulgeni kepada sang pemuda."Terimakasih banyak," ucap sang pemuda sembari meminum ramuan yang diberikan Bajulgeni.Setelah minum ramuan itu, pemuda tersebut merasa agak baikan, dan nyeri pusing di kepalanya juga perlahan berkurang. Sang Pemuda masih seperti orang yang baru saja terkena amnesia karena ia benar-benar seperti berada di negeri di antah-berantah. Ia melihat sekeliling dengan tatapan terkejut dan bingung."Apakah kau ingat sesuatu sebelum engkau pingsan?" tanya Guru Mada."Entahlah, kepala ku masih agak pusing, aku akan mencoba mengingat-ingat," jawab sang pemuda sambil mengelus-elus keningnya."Apakah kau diserang atau bagaimana, kau ingat dengan katana, belati, senapan, ataupun bahan peledak?" tanya Guru Mada mengulang."Tunggu dulu, ah... kurasa aku mulai mengingatnya. Kemarin saat sor
Setelah berjalan dan berbincang-bincang cukup lama, ketiga orang tersebut berhenti di pinggiran desa, di sebuah batang pohon yang roboh dekat dengan gapura masuk desa. Mereka duduk berjajar untuk menghilangkan penat."Hai Bagaskoro, apakah engkau sebelumnya pernah belajar tentang seni bela diri?" tanya Guru Mada. "Belum pernah, bahkan tidak pernah terpikirkan olehku untuk mempelajari ilmu bela diri," jawab Bagaskoro sembari menelantangkan kakinya."Apakah engkau punya keinginan untuk mempelajari ilmu bela diri?" tanya Guru Mada dengan tatapan penuh keyakinan kepada Bagaskoro.Guru Mada sangat yakin, bahwasanya Bagaskoro akan mengiyakan pertanyaannya. Hal tersebut sudah diperkirakan oleh Guru Mada, karena bagaimanapun Guru Mada melihat ada percikan amarah dan sebuah tekad yang kuat dari mata Bagaskoro."Entahlah, aku bahkan tidak pernah tertarik untuk mempelajari ilmu bela diri sebelumnya," jawab Bagaskoro dengan keyakinan penuh. Guru Mada sontak terkejut mendengarnya, karena ia dapat