MasukIdentitas Dewi dan Arjuna yang tak jelas tidak hanya diketahui oleh penduduk ibu kota, tetapi semua orang di Bratajaya. Sebelumnya, Dewi adalah seorang "pria", sekarang segalanya berbeda."Tidak bisa!"Orang yang pertama mengajukan keberatan adalah para kerabat kekaisaran, kali ini sikap mereka tegas."Pangeran Maruta, Anda setuju dengan apa yang aku katakan, 'kan?"Yudha bertanya kepada Pangeran Maruta yang tetap diam sampai sekarang. Pangeran Maruta adalah adik mendiang Raja. Jika dia juga keberatan, maka Dewi harus turun takhta.Pangeran Maruta memelototi Yudha dengan ekspresi muram tanpa bersuara.Menghadapi tatapan tajam Pangeran Maruta, Yudha tidak hanya tak takut, tetapi bahkan mengangkat kepalanya lebih tinggi. "Aku sudah tahu. Pangeran Maruta, Anda sungguh luar biasa sebagai ayah mertua. Anda bahkan bisa menyerahkan kerajaan keluarga Alsava."Raut wajah Pangeran Maruta makin muram. Dia sungguh mendukung Dewi sepenuh hati, dia juga menyayangi Arjuna. Dia bahkan bisa memberikan
Saat Pangeran Maruta berbicara, embusan angin bertiup, mengangkat helaian rambut yang jatuh di wajah Dewi. Setelah angin mereda, helaian rambut itu jatuh kembali ke pipinya."Astaga!" seru kerumunan di sekitar. "Paduka Kaisar tampak persis seperti Ibu Suri dalam lukisan Tahun Baru!"Ibu Suri yang dimaksud adalah Permaisuri Selendra, istri mendiang kaisar sebelumnya.Di Bratajaya, potret kaisar terdahulu dan Permaisuri Selendra adalah lukisan terlaris selain potret Dewa Kekayaan. Toko-toko seni mengolahnya menjadi cetakan Tahun Baru, yang dibeDito digantung di rumah-rumah mereka dengan harapan dapat menangkal kejahatan dan bencana, sekaligus untuk memohon berkah leluhur agar keluarga mereka sukses dalam bisnis dan bahagia dalam percintaan."Bukan sekadar mirip, tapi sama persis!""Benar!"Kerumunan di sekitar bersorak sorai. Tak seorang pun yang tidak setuju dengan kemiripan Dewi dan Permaisuri Selendra. Karena Dewi yang rambutnya tergerai memang sangat mirip dengan Permaisuri Selendra.
Melihat para rakyat dan prajurit mengangkat tangan menuntut Dewi bunuh diri, banyak menteri juga mulai mengangkat tangan.Bahkan banyak anggota keluarga kerajaan melangkah maju, mulai melontarkan hinaan."Bisa-bisanya Arga menggunakan seorang wanita haram untuk menyamar sebelum dia mati! Sungguh keterlaluan!""Dia telah menghancurkan garis keturunan keluarga kerajaan Bratajaya! Tuhan tidak bisa menoleransi hal ini.""Bunuh diri terlalu mudah, dia harus dicabik-cabik oleh kereta perang!""Kalian bajingan!" Pangeran Maruta berteriak pada para kerabat kekaisaran. "Kalian semua ikutan membuat masalah! Mundur!"Meskipun Pangeran Maruta tidak dapat mengalah Yudha di istana, sebagai seorang pangeran, dia benar-benar dominan di antara para kerabat kerajaan.Tanpa Pangeran Maruta, penindasan Yudha terhadap mereka akan makin parah. Banyak dari mereka bahkan tidak akan dapat menikmati kekayaan dan kehormatan. Mereka mungkin akan kehilangan nyawa mereka.Semua kerabat kekaisaran menundukkan kepala
Amira menoleh untuk menatap Arjuna, tatapannya mulai menjadi rumit. Saat ini, Amira mengagumi Dewi sekaligus merasa sedikit kecewa.Dilihat dari reaksi Arjuna, dia pasti sudah lama tahu bahwa Dewi adalah seorang wanita.Selain Ratu Negara Pulantara, Amira selalu merasa dirinya paling menonjol dalam hal status dan karakter di antara istri-istri Arjuna, tetapi sekarang ....Amira kembali menatap Dewi.Dewi masih berdiri dengan postur yang sama. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh berbagai tatapan dan kata-kata di sekitar.Tak tergoyahkan!Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, menerbangkan helaian rambutnya yang jatuh, menyebabkan ujungnya sedikit melayang.Amira tak kuasa menahan diri untuk tidak goyah. Wanita yang biasanya angkuh dan sombong itu menundukkan kepalanya kepada seorang wanita untuk pertama kalinya.Karena, saat ini Dewi tampak seperti dewi baginya.Siapa pun yang dihadapinya, tatapan apa pun yang diterimanya, tatapan mata Dewi tetap dingin dan acuh tak acuh. Tatapannya ber
"Jangan!"Arjuna sudah terlambat. Rambut hitam tebal Dewi tergerai seperti air terjun hitam.Bibir merah, wajah cantik, mata berbinar, hidung mancung, dingin nan angkuh, Dewi berdiri dengan tangan di belakang punggungnya, cantik sekaligus gagah."Wah ....""Ini ... ini ....""Paduka Kaisar itu seorang ... wanita?!""Paduka Kaisar Bratajaya adalah seorang wanita!"Tidak hanya orang-orang di sekitar yang tercengang, tetapi semua menteri dan pangeran di tempat terbelalak dan mematung."Pantas saja, pantas saja!"Tubuh Yudha gemetar, dia bergumam tanpa henti. Raut wajahnya terus berubah.Syok, gembira, bingung, mengerti, terkejut.Pantas saja Mahesa, yang terjatuh dari kuda dan jelas-jelas berada di ambang kematian, tiba-tiba tersadar dan naik takhta tanpa cedera sama sekali.Pantas saja Mahesa, yang telah memiliki beberapa putri, tiba-tiba menjadi homoseksual dan tidak mau lagi menginjakkan kaki di harem.Pantas saja Mahesa, yang dulunya sensitif terhadap panas, tiba-tiba menjadi takut di
"Sebenarnya aku yang memfitnah atau bawahanmu yang punya nyali, Komandan Ratna?"Pertanyaan Yudha membuat Ratna terdiam.Kini Dewi memiliki Arjuna, Ardian, Galang dan dukungan Pasukan Patroli, dia bukan lagi boneka yang bisa dikendalikan sesuka hati oleh Yudha. Sejak Arjuna menjadi Perdana Menteri Kiri, Dewi telah mengusir Pengawal Kekaisaran Garda Depan dari istana.Sekarang, hanya Pengawal Kekaisaran Ratna yang tersisa di istana.Dua kalimat pendek Yudha telah melibatkan Ratna. Jika Dewi ingin membunuh Nayla, maka Ratna juga akan mati."Ratna, mohon selidiki secara detail. Jika itu Pengawal Kekaisaranku, aku akan segera mempersembahkan kematianku sebagai penebusan dosa!" ucap Ratna yang segera berlutut.Maksud Ratna jelas. Dia berharap Dewi tidak mempertimbangkan dirinya. Ini adalah kesempatan langka. Jika benar-benar bawahannya yang melakukannya, Dewi bisa saja membunuhnya."Paduka Kaisar, kesempatan ini langka. Sekali hilang, tidak akan ada lagi." Ratna memohon kepada Dewi. Jika ke