Share

Bab 444

Author: Abimana
Andi melirik seorang lelaki tua yang tidak mencolok di antara para prajurit.

Orang tua itu adalah Marsekal Agung Penetap Negara di Dinasti Bratajaya.

Selama periode ini, Marsekal Agung Penetap Negara kebetulan ditempatkan di Kota Zerona dengan pasukan sejumlah 100.000 untuk mencegah invasi dari Kerajaan Valmora di bagian selatan.

Kota Zerona dan Kota Perai berdekatan satu sama lain. Ketika Sang Marsekal kembali dari ibu kota setelah melaporkan misinya, dia melewati Kota Perai, lalu mendengar bahwa bandit di Gunung Magmora sedang merajalela. Lantas, dia datang untuk melihatnya.

"Jangan hanya berdiri di sana, berdiri lalu ikut aku. Aku sendiri yang akan membunuh bandit-bandit itu."

Eshan menatap Andi dengan kaget. "Yang Mulia, Anda sendiri yang akan menumpas bandit?"

Andi melirik Eshan tanpa mengatakan apa-apa, dia mengangkat tangannya.

Firhan, komandan Kota Perai, yang duduk di atas kuda berkata, "Semuanya dengar, ikut ke medan, maju secara diam-diam."

Setelah suara Firhan terlontar, Es
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 886

    Disa sengaja menembakkan panah ke betis wanita itu.Panahnya hanyalah panah dengan ujung tumpul, bisa menjatuhkan seseorang tetapi tidak akan melukainya.Alasan Disa melakukan ini adalah untuk menguji apakah wanita itu menguasai seni bela diri.Di saat kritis, lebih baik lebih berhati-hati.Disa memberi isyarat kepada Ayumi dengan matanya, Ayumi segera mengerti. Dia pergi memapah wanita itu berdiri, lalu meminta maaf padanya.Ayumi menggelengkan kepalanya ketika dia kembali ke sisi Disa.Wanita itu hanyalah seorang pelayan kamar tamu biasa....Di kediaman Anggoro, Kota Harmonika.Kamar utama di tengah rumah awalnya adalah kamar Anggoro.Namun, saat ini, Anggoro hanya berdiri di dekat pintu dengan kepala menunduk. Dia tidak boleh masuk dan tidak memenuhi syarat untuk masuk.Yudha bergegas datang dari luar.Begitu kakinya melewati ambang pintu, ekspresi kekhawatiran langsung muncul di wajahnya.Dia berjalan cepat menuju kasur, melihat orang yang ada di atas ranjang.Orang yang ada di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 885

    "Nona, Nona!"Seorang pria berpakaian biru berlari turun dari lantai atas.Melihat pria itu, penjaga penginapan dan pelayan bergegas menyambutnya. Dia adalah pemilik Penginapan Tandjung Sari.Pria itu berlari kecil ke arah Disa lalu berkata, "Pelayanku salah. Semoga Anda bisa memaafkannya."Sambil berbicara, dia menendang pelayan di sampingnya. "Cepat bawa Nona dan Tuan ke kamar khusus di lantai tiga.""Baik, baik!" Pelayan itu buru-buru berkata kepada Disa. "Nona, silakan bayar di sini, kemudian aku akan segera ....""Brengsek!" Pria itu kembali menendang pelayan dengan keras. "Nona itu orang penting dari Negara Pulantara, bagaimana boleh kita menerima uang?"Sekarang adalah masa berkabung nasional, jadi tidak pantas mempromosi secara gencar.Setelah masa berkabung nasional berakhir, mereka akan melakukan promosi.Utusan dari Negara Pulantara tidak tinggal di penginapan resmi, tetapi memilih Penginapan Tandjung Sari.Reputasi Penginapan Tandjung Sari akan makin meningkat.Hal ini jauh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 884

    "Kalian utusan yang dikirim oleh negara lain untuk mengucapkan belasungkawa?" Meskipun para perwira dan prajurit berhenti, mereka masih tampak curiga."Ya." Arjuna menunjuk tas yang ada di atas meja. "Isi tas itu bisa membuktikan identitas kami."Tas itu dibuka, barang pertama yang terlihat adalah setumpuk daun dan kacang emas, lalu beberapa pakaian yang berbeda dari orang-orang biasa di Bratajaya. Sulaman pada pakaian-pakaian itu disulam dengan benang emas dan emas."Daun emas, kacang emas, pakaian yang disulam dengan benang emas dan emas? Mereka dari Negara Pulantara?" tanya seseorang yang tahu tentang Negara Pulantara di penginapan."Hanya beberapa lembar daun dan kacang emas, beberapa set pakaian dari benang emas dan emas, tidak bisa membuktikan bahwa mereka adalah utusan Negara Pulantara."Para perwira dan prajurit segera mengepung mereka lagi. "Ikut kami.""Hehe!"Suara tawa terdengar, lalu seseorang yang bersemangat bergegas ke konter."Wow!"Pak tua berpakaian abu-abu muda itu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 883

    "Apakah kalian mau makan atau menginap?"Begitu Arjuna dan yang lainnya masuk ke Penginapan Tandjung Sari, seorang pelayan datang untuk menyambut mereka.Karena saat ini adalah masa berkabung nasional, suara pelayan terdengar jauh lebih pelan."Menginap.""Mari ikut aku."Pelayan itu membawa Arjuna dan yang lainnya ke konter."Tolong tunjukkan kartu gading kalian."Pertanyaan pertama yang diajukan penjaga penginapan bukanlah jumlah kamar atau jenis kamar yang mereka inginkan, melainkan meminta Arjuna dan yang lainnya untuk menunjukkan kartu gading.Biasanya tidak memerlukan kartu gading untuk tinggal di penginapan.Kartu gading adalah kartu kayu kecil berisi informasi pribadi, mirip dengan kartu identitas di zaman modern."Semuanya, sekarang adalah masa berkabung nasional. Paduka Kaisar mengunjungi Kota Harmonika secara langsung. Takut ada mata-mata dari negara lain, jadi pemerintah menetapkan bahwa setiap tamu yang menginap harus menunjukkan kartu gading."Penjaga penginapan itu pasti

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 882

    Orang-orang di depan yang tak sempat menghindar terinjak dan terdorong oleh kuda-kuda itu, jeritan kesakitan terus berlanjut.Namun, orang-orang di atas kuda sama sekali tidak peduli. Alih-alih melambat, mereka justru mencambuk lebih keras lagi."Hia!""Hati-hati!"Arjuna, yang sudah menghindar ke samping, buru-buru berbalik, lalu menarik Amara yang masih berdiri di tengah jalan dan tampak ketakutan setengah mati."Ah!"Amara yang jatuh ke dalam pelukan Arjuna, berteriak secara naluriah."Hiss!"Terdengar suara kuda yang melengking.Jenderal di tengah tiba-tiba mengencangkan kendali kudanya.Kuku depan kuda itu terangkat tinggi, sang jenderal menarik kendali lalu berbalik dengan tajam."..."Arjuna melihat dengan jelas siapa yang menunggang kuda itu.Dia adalah bawahan Yudha yang paling setia, Rendra, kepala garda ibu kota.Begitu dia berbalik, mata Rendra bagaikan elang, menyapu ke segala arah. Dia segera menyapu ke arah Arjuna.Arjuna merentangkan tangannya, langsung menghampiri Disa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 881

    "Kita tidak bisa masuk ke kota sekarang.""Kenapa?" Disa tampak bingung. "Kalau kita tidak masuk ke kota, bagaimana kita bisa mencari Paduka Kaisar? Beliau pasti sangat sedih sekarang."Manik mata Arjuna yang pekat tertuju pada dua kata besar "Kota Harmonika" di gerbang kota. "Kita akan dan harus masuk ke kota."Runtuhnya penginapan dan Restoran Khazanah Rasa secara tiba-tiba pasti bukan suatu kebetulan."Tapi kita tidak bisa masuk seperti ini."Arjuna berbalik, lalu berjalan keluar."Jangan coba-coba menyelinap pergi, ikuti kami."Saat hendak pergi, Disa mencekal Amara. "Kamu berjanji pada kami, setelah keluar akan beri tahu kami siapa yang memberimu liontin giok itu."Amara melihat ke bawah lalu berkata, "Aku juga tidak berencana meninggalkan kalian."Arjuna menoleh. "Ayumi, awasi dia."Amara datang untuk membunuhnya. Sekarang, Arjuna tak boleh membiarkan beberapa orang di Kota Harmonika tahu bahwa dirinya masih hidup.Arjuna membeli empat set pakaian berkabung bersih di desa luar ko

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status