Share

Bab 47

Penulis: Abimana
"Hei, istrinya Arjuna, kenapa kalian masih di sini? Cepat bantu di dapur!"

Seorang wanita berteriak pada Disa dan Daisha.

Orang ini adalah neneknya Arjuna, Ranjani.

"Baik, Nenek, kami akan membantu."

Disa dan Daisha buru-buru meninggalkan Arjuna menuju ke dapur.

Arjuna tidak menghentikan mereka. Di era ini, kata-kata orang tua begitu kuat sehingga mengakar kuat di tulang setiap orang. Dalam lingkungan seperti itu, dia baru saja tiba, jadi dia harus beradaptasi terlebih dahulu.

Setelah para istri pergi, Arjuna dengan cermat mengamati neneknya.

Dia tampak seperti berusia lima puluhan. Ada kerutan di dahi dan di sudut matanya, serta bekas kerja jangka panjang di masa mudanya pada kedua tangannya, tetapi tetap bersih.

Pakaiannya sebagian besar berwarna abu-abu muda, dengan sulaman kuning di bagian leher, juga jepit rambut emas di rambut.

Bisa dilihat bahwa Ranjani sangat mementingkan perjamuan hari ini.

Sebagai petani, semua itu sudah merupakan barangnya yang paling berharga.

Orang-orang z
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lidia Muk
sangat menarik ceritanya,lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 976

    Tanpa bangku kecil, mereka akan kesulitan untuk memanjat dari terowongan sedalam itu.Prajurit Surgajelita yang berlari paling cepat telah masuk ke dalam penyergapan Bukit Ayam Jantan."Awas, di depan ada prajurit Bratajaya!"Seorang tentara yang memiliki penglihatan tajam segera melihat tumpukan lumpur terowongan yang besar di jalan dari kejauhan."Eh, kenapa aku merasa bahwa mereka adalah perempuan?""Bukan perasaan, mereka memang perempuan.""Aku pernah mendengar bahwa Bratajaya punya tentara perempuan, ternyata benar."Para prajurit Surgajelita merasa lega ketika melihat bahwa musuh mereka adalah perempuan."Hei, jangan remehkan musuh. Kudengar tentara perempuan Bratajaya sangat hebat."Seseorang memperingatkan, tetapi orang itu langsung disangkal."Sehebat-hebatnya perempuan, apakah mereka bisa lebih hebat dari kita?""Ya, ini adu tinju, bukan adu menyulam."Melihat tentara perempuan di depan, para tentara Surgajelita yang tadinya murung pun menjadi lebih bersemangat."Perempuan p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 975

    Arjuna menuangkan teh dari teko ke baskom arang, kemudian meletakkan teko kosong di atas meja."Ayo pergi!""Ke mana?" Disa buru-buru mengikuti."Bukit Ayam Jantan. Pasukan Surgajelita seharusnya sudah pergi ke Bukit Ayam Jantan sekarang."Disa hendak bertanya kepada Arjuna bagaimana dia tahu bahwa Pasukan Surgajelita akan pergi ke Bukit Ayam Jantan, tetapi Eko sang kepala pengantar pesan telah masuk.Melihat Arjuna, Eko mempercepat langkahnya. Dia berlari mendekat. "Yang Mulia, Pasukan Surgajelita seharusnya bisa mencapai Bukit Ayam Jantan dalam waktu kurang dari satu jam.""Hm!" Arjuna mengangguk, lalu bergegas keluar.Dia akan pergi ke Bukit Ayam Jantan. Penyergapan di Bukit Ayam Jantan adalah yang paling krusial. Pertempuran ini akan menentukan hasil perang serta nasib Surgajelita dan Bratajaya selama dua tahun ke depan.Penyergapan di Bukit Ayam Jantan bukan sekadar serangan di gunung. Ada juga tentara yang menghalangi jalan, bagian tengah jalan adalah yang paling krusial.Haryo y

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 974

    "Kamu ...."Amira gemetar saking marahnya."Putri, tolong segera perintahkan mundur!" ulang Hendri. Kali ini tatapannya makin dalam."Mundur!" perintah Amira menggertakkan giginya.Setelah pertempuran ini berakhir, dia akan menghabisi semua orang itu."Pasukan Surgajelita punya 800.000 orang, sedangkan Pasukan Patroli hanya 100.000 orang. Kenapa kita harus mundur?Dalam perjalanan kembali, Amira tetap tidak menyerah, dia berulang kali menanyai Hendri."Putri, kita sudah tidak punya 800.000 orang," jawab Hendri.Saat pengepungan, Pasukan Surgajelita telah kehilangan banyak orang. Ditambah lagi, tadi mereka baru saja menyerbu Gunung Kayu Permai. Sekarang mereka tidak ada waktu untuk menghitung pasukan. Namun, pengalaman Hendri memimpin pasukan selama bertahun-tahun memberitahunya bahwa Pasukan Surgajelita mungkin berjumlah kurang dari 600.000 orang sekarang."Meski begitu, kalau kita bertahan sedikit lebih lama, guci anggur peledak mereka akan habis.""Putri, Anda benar. Kalau kita berta

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 973

    "Oh, benar, benar. Bertarung sekali, lalu pindah ke tempat lain. Yang Mulia bilang ini namanya ....""Perang bergerak!" Banyak suara menjawab serentak."Mereka datang!" teriak seseorang."Pasukan Surgajelita datang lagi!""Saudara-saudara!" Tirta meraih granat. "Ledakan mereka!""Boom!"Sebuah ledakan keras terdengar.Ledakan keras di lereng gunung itu bukan disebabkan oleh Tirta. Dia bahkan belum sempat melempar granat yang ada di tangannya."Siapa yang secepat ini? Aku bahkan belum mulai!"Wajah Tirta dipenuhi amarah.Dia punya kebiasaan selalu memulai perkelahian sebelum orang lain."Tirta, siapa yang kamu marahi? Kamu selalu bicara omong kosong. Kalau kamu tidak berubah, aku akan menamparmu!""Siapa yang ...." Raut wajah Tirta tiba-tiba membeku. Dia menatap Galang dengan senyum yang lebih buruk daripada menangis.Ajudan di sampingnya berusaha keras menahan tawa."Jenderal, kenapa Anda ke sini? Bukankah Anda disuruh untuk istirahat?"Tirta benar-benar ingin menangis.Hukuman Galang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 972

    Terus-terusan ada beras untuk dipungut, Pasukan Surgajelita melangkah maju dengan penuh kegembiraan dan segera mencapai Gunung Kayu Permai.Gunung Kayu Permai adalah benteng militer klasik.Gunung-gunung tinggi berdiri di kedua sisi, dengan lorong sempit selebar belasan meter membentang di tengah.Makin jauh Hendri mengejar, makin dia merasa ada yang salah.Jika orang-orang di depan hanyalah warga sipil yang mengangkut makanan. Setelah sekian lama mengejar, mereka seharusnya sudah berhasil mengejar.Bukan hanya tidak berhasil menyusul, mereka bahkan tidak melihat satu orang pun.Menatap puncak-puncak yang menjulang tinggi di depan dan lorong selebar belasan meter, Hendri tiba-tiba menarik tali kekang."Berhenti, berhenti!""Hendri, ada apa denganmu? Kenapa kamu menghentikan pasukan?" Ekspresi Amira dipenuhi kebingungan."Putri, kita mungkin sudah dijebak. Cepat, mundur!""Serang!""Tong, tong, tong!"Sebelum kata-kata Hendri sepenuhnya terucap, teriakan pembunuhan yang menggelegar dan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 971

    "Jangan rebutan. Di depan masih ada."Begitu mendengar "di depan masih ada", para Prajurit Negara Surgajelita makin bersemangat."Bung, kejar, ikuti beras-beras yang ada di lantai ini. Mereka pasti belum lari jauh."Sambil mengejar, para Prajurit Negara Surgajelita memunguti beras yang jatuh dan memasukkannya ke dalam mulut. Para prajurit yang telah memakan beras itu berlari makin cepat.Orang yang tidak kebagian beras merasa iri, lalu berlari gila-gilaan.Para Prajurit Negara Surgajelita saling mengejar dan segera melewati titik penyergapan pertama yang dijaga oleh Ayumi dan Mossen.Mossen berdiri di puncak bukit, memerhatikan para Prajurit Negara Surgajelita yang mundur, kemudian menghela napas. "Para Prajurit Negara Surgajelita ini sudah lapar berapa hari? Kenapa seperti hantu kelaparan saja?"Mossen masih gugup ketika para Prajurit Negara Surgajelita masuk ke penyergapan mereka. Saat mereka lewat, dia mengeluarkan beberapa perintah, menyuruh anak buahnya untuk tetap bersembunyi dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status