Miko, yang sudah lama berhati-hati dan bergantung pada belas kasihan negara lain, telah terbiasa ditindas. Jadi, ketika Negara Kalima menawarkan untuk mengembalikan Kota Phoenix dengan 10 juta tael perak, Miko sungguh senang."Ya, 10 juta tael perak sebagai biaya hunian. Tidak boleh kurang sedikit pun!" Suara Arjuna terdengar tegas dan penuh tekad."Baik, Yang Mulia, aku pergi sekarang."Miko, yang merasa sangat gelisah, pergi ke aula samping untuk melanjutkan negosiasi dengan utusan Negara Kalima.Tak lama kemudian, Miko kembali dengan ekspresi muram."Yang Mulia, Paduka Kaisar, Negara Kalima tidak setuju dan bersikeras meminta 10 juta tael perak. Kalau tidak, pasukan mereka tidak akan mundur. Selain itu ...."Miko melirik Arjuna. "Negara Kalima juga mengatakan, 10 juta tael perak, tidak boleh kurang sedikit pun."Setelah mendengar kata-kata Miko, Yudha yang sedari tadi diam akhirnya tersenyum tipis.Setelah menjabat sebagai Perdana Menteri Kiri selama beberapa hari dan mengalahkan Ne
"Apa syaratnya? Cepat katakan, Paduka Kaisar pasti akan mengambil keputusan," kata Yudha."Utusan Negara Kalima mengatakan bahwa Kota Phoenix sedang kacau belakangan ini, bandit merajalela dan rakyat menderita. Rakyat Kota Phoenix datang ke Negara Kalima untuk meminta bantuan Raja Kalima. Raja Kalima berbaik hati. Melihat Bratajaya dan Negara Surgajelita sedang berperang dan terlalu sibuk untuk mengurus kota, jadi beliau mengambil alih pengelolaan untuk sementara.""Setelah Negara Kalima mengambil alih Kota Phoenix, mereka menginvestasikan sumber daya militer dan keuangan, membalikkan situasi yang kacau dan menyedihkan.""Sekarang, jika Bratajaya bersedia membayar Negara Kalima 10 juta tael perak, Raja Kalima akan mengembalikan Kota Phoenix kepada kita. Utusan itu mengatakan bahwa Raja Kalima menekankan bahwa 10 juta tael perak ini bukan minta dari Bratajaya, tapi hanya meminta kembali uang yang telah diinvestasikan Negara Kalima di Kota Phoenix selama beberapa bulan terakhir.""Raja K
Dia merasa Arjuna bukan tipe orang seperti itu. Dia berdebat dengan orang lain, tetapi tidak memenangkan perdebatan itu, alhasil dia marah. Kemudian tanpa disadari, dia datang ke depan rumah Arjuna."Apakah kamu tidak tahu bagaimana tuan kami memperlakukan saudara-saudara di Pasukan Patroli? Kalian mengatakan hal seperti ini di belakangnya benar-benar mengecewakan. Terutama kamu, Junaid. Memangnya kamu tidak tahu bagaimana tuanku memperlakukanmu?"Tidak puas, Disa terus mengomel. Wajah Junaid makin merah, akhirnya dia pun berlutut di hadapan Arjuna."Yang Mulia, aku salah. Aku seharusnya tidak memercayai omongan orang lain dan salah paham terhadap Anda. Aku pantas mati!"Saat berbicara, Junaid menampar wajahnya sendiri."Junaid, hentikan!" Arjuna mencondongkan tubuh, mencekal tangan Junaid, lalu memapahnya berdiri.Karena terlalu sibuk, Arjuna tidak pergi ke pemakaman para prajurit Pasukan Patroli yang gugur atau memberikan kompensasi kepada keluarga mereka. Dia meminta Galang untuk me
Awalnya, Yudha ingin memanfaatkan kekurangan orang untuk menyulitkan Arjuna. Alhasil, Amira menyediakan tenaga kerja.Bratajaya telah mengalokasikan sejumlah gandum untuk Negara Surgajelita, tetapi warga Negara Surgajelita menawarkan diri untuk datang ke Bratajaya guna membantu membangun kanal karena takut kelaparan. Mereka tidak butuh dibayar, yang penting memberi mereka makan tiga kali sehari.Selain itu, para wanita Bratajaya dikenal akan keterampilan memasak mereka.Mereka datang untuk bekerja, jika beruntung mungkin bisa mendapat seorang istri. Seandainya tidak pun, mereka bisa menikmati makanan lezat selama beberapa bulan.Hari ini, Arjuna baru kembali dari Kementerian Pekerjaan Umum.Dia pergi ke sana setiap hari untuk membahas pembangunan kanal.Ketika dia pulang, hari sudah gelap."Bang!" Sebuah batu menghantam kereta Arjuna dengan keras, dua sentimeter dari Arjuna.Meskipun batu itu tidak besar, jika mengenai kepala Arjuna, Arjuna pasti akan berdarah."Siapa?"Ayumi bergegas
Arjuna menampar bokong montok Amira. "Sudahlah, jangan berpura-pura lagi.""Aku tidak berpura-pura, aku benar-benar ...."Suara Amira tiba-tiba terhenti, karena ...."Aku sudah meninggalkan ibu kota Bratajaya selama hampir dua minggu, istri dan anak-anakku sangat merindukanku. Aku tidak bisa pergi ke Negara Surgajelita bersamamu untuk melakukan upacara pernikahan, jadi lakukan saja di sini, Kota Sudarana.""Benarkah? Bagus sekali!"Amira tiba-tiba menghambur ke arah Arjuna."Arjuna, sekarang ini momen yang indah, bagaimana kalau kita ...."Tangan Amira mulai bergerak dengan nakal lagi.Arjuna mencubit pinggang ramping Amira."Dasar centil!"Lalu terdengar lagi suara-suara vulgar....Ketika Dewi mengantar Amira pulang, dia bertanya mengapa Amira bersikeras menikahi Arjuna.Jawaban Amira sangat sederhana.Pertama, dia mencintai Arjuna.Kedua, jika Negara Surgajelita memiliki Arjuna, maka bisa selamanya jaya."Alasan keduamu berlebihan sekali," komentar Dewi."Apakah aku berlebihan, buka
"Kalau ini saja tidak menarik bagimu, berarti kamu pengecut. Jangan-jangan rumor bahwa keempat putramu adalah hasil benih pria lain itu benar?" Amira mendesak dengan agresif."Amira, apakah kamu tahu apa yang sedang kamu katakan?"Dewi-lah yang geram dulu, ekspresinya yang dingin dan elegan berkobar-kobar karena amarah."Apakah aku salah bicara? Bratajaya kekurangan pria. Sebagai seorang perdana menteri, istrinya tidak lebih dari sepuluh. Kalau dia bukan pengecut, bagaimana mungkin istrinya begitu sedikit?""Dia punya banyak istri, dia ....""Dia apa?" Amarah Amira memuncak, wajahnya dipenuhi sarkasme."Dia ...." Wajah Dewi sedikit memerah, murni karena marah.Seluruh harem Bratajaya adalah milik Arjuna.Namun, Dewi tak boleh berkata demikian."Paduka Kaisar, jangan marah. Biar aku beri dia pelajaran, maka dia akan diam."Sebelum selesai bicara, Arjuna menggendong Amira menuju ruang dalam.Tak lama kemudian ....Jeritan wanita dan geraman pria mulai terdengar."Sudah tahu salah?""Aku