Share

Bab 8

Author: Abimana
Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."

Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.

Daisha masih bergeming.

Arjuna ... tersenyum padanya.

Apakah dia sedang bermimpi?

"Daisha, Daisha, Daisha."

Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar.

"Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.

Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.

Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.

Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.

Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.

Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.

Harum sekali.

Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.

Dagingnya tidak banyak, lemaknya juga tidak banyak, tetapi ini sudah lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Arjuna menuangkan daging yang tersisa ke dalam panci, bersama dengan sayuran liar.

Saat sayuran liar dituangkan ke dalam panci, cahaya di mata kedua wanita itu tiba-tiba meredup.

Apakah Arjuna bahkan tidak membiarkan mereka memakan sayuran liar?

Arjuna, yang sedang memasak dengan kepala menunduk, tidak memperhatikan perubahan dua bersaudari itu. Setelah memasukkan sayuran liar, dia juga menuangkan sepiring nasi yang tersisa, menumisnya sebentar, menaburi garam, menumis lagi, lalu menggunakan spatula untuk mencicipinya.

Hm, meski tidak enak, rasanya jauh lebih baik daripada hanya makan sayuran liar tanpa rasa.

Arjuna membagi nasi di panci menjadi tiga piring, kemudian menaruhnya di atas meja kecil.

"Ayo duduk dan makan bersama." Setelah Arjuna duduk, dia meminta kedua wanita tersebut untuk makan bersamanya.

"..."

Makan nasi?

Arjuna membiarkan mereka makan nasi?

Reaksi pertama mereka adalah Arjuna mungkin mencampurkan obat dalam makanan agar bisa menjual mereka.

Arjuna tidak memperhatikan ekspresi mereka. Dia mengambil sepiring nasi goreng, kemudian makan sambil berujar, "Sekarang sudah malam, ditambah aku baru datang ke sini, belum akrab dengan lingkungan, jadi kita makan ini dulu untuk malam ini. Besok aku akan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan enak."

Aku baru datang ke sini, belum akrab dengan lingkungan.'

Kenapa omongan Arjuna begitu aneh? Dia asing dengan Desa Embun?

Aish, bukan itu poin pentingnya, melainkan Arjuna tidak hanya membiarkan mereka makan malam ini, tetapi dia juga akan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan untuk mereka besok?

Mereka tidak sedang bermimpi, bukan?

Daisha bahkan mencubit pahanya sendiri.

"Apakah sakit?" tanya Arjuna.

"Hah? Sakit ...." jawab Daisha yang kemudian sadar bahwa Arjuna sedang bertanya padanya.

"Kalau begitu, kamu masih mau mencubitnya?"

"..."

Melihat tatapan lembut Arjuna serta mendengar nada penuh kasih sayangnya, mata Daisha berkedip. Rasa sedih tiba-tiba membanjiri hatinya, air mata langsung mengaburkan pandangannya.

Apakah ....

Apakah Arjuna benar-benar sudah menjadi baik?

Apakah dia benar-benar tidak sedang bermimpi?

Setetes air mata jatuh, kebetulan menetes di atas tangan Arjuna.

Air mata hangat mengalir dari telapak tangan Arjuna.

Arjuna tidak merasa bahwa dia adalah orang lembut, tetapi ketika dia merasakan kehangatan di tangannya, hatinya melunak.

"Bodoh!" Arjuna mencubit wajah Daisha dengan pelan. "Kenapa kamu menangis? Cepat makan."

Dua bersaudari itu masih belum duduk. Salah satunya menangis, sedangkan satu lagi memandang Arjuna dengan curiga.

Tak berdaya, Arjuna pun hanya bisa meninggikan nadanya.

"Kenapa masih diam? Haruskah aku menyuapi kalian?"

Barulah mereka berdua segera duduk.

Ada potongan daging dalam nasi goreng. Disa dan Daisha sudah beberapa tahun tidak makan daging. Akan tetapi, Disa tidak memakannya dengan lahap, dia masih gelisah.

Apakah Arjuna benar-benar berubah menjadi baik? Atau ada tujuan lain?

Arjuna selesai makan dulu, kemudian dia duduk di atas kompor, memejamkan mata untuk beristirahat. Dia merapikan ingatan Arjuna yang sebelumnya sembari memikirkan cara menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya.

Cuaca makin dingin.

"Aduh!"

Disa tiba-tiba berteriak, meninggalkan makanannya, lalu berlari keluar.

"Kak Disa, kamu mau pergi ke mana?"

"Kayu bakarku masih di pintu masuk desa!"

Bukan hanya beras, tetapi kayu bakar di rumah juga sudah habis.

Sekarang sudah memasuki musim dingin, suhu pada siang dan malam hari sangat tinggi. Tanpa perapian, mereka tidak bisa tidur.

Disa bisa melewati malam tanpa kayu bakar, tetapi tubuh Daisha sangat lemah sehingga dia tidak tahan dingin. Demikian juga Arjuna.

Arjuna tidak berolahraga untuk jangka panjang sehingga tubuhnya lemah. Bukan hanya membutuhkan perapian, tetapi perapiannya juga harus besar.

Jika tidak ada api ....

Disa merasa takut ketika memikirkan Arjuna mencambuk mereka. Dia saja tidak bisa menahannya, apalagi Daisha.

Hari ini ketika dia tiba di pintu masuk desa, dia mendengar bahwa Daisha dijual ke Rumah Bordil Prianka. Raditya telah membawa orangnya untuk membawa Daisha pergi. Jadi, Disa langsung meninggalkan kayu bakar yang ada di tangannya, lalu berlari pulang.

"Kak Disa! Kak Disa!" Daisha dengan tertatih-tatih berlari keluar.

"Hei, kalian ...." Arjuna ingin menghentikan mereka, tetapi begitu dia berbicara, mereka berdua sudah menghilang.

Sekarang adalah musim dingin, ditambah tahun ini relatif kering sehingga kayu bakar sulit didapat. Jika dibiarkan begitu lama di gerbang desa, kayu bakarnya pasti sudah diambil oleh orang lain.

Arjuna pergi ke dapur untuk melihat. Kayu bakar di dapur benar-benar sisa sedikit. Jangankan membuat perapian, untuk memasak saja tidak cukup.

Hembusan angin bertiup, Arjuna menggigil kedinginan.

Tubuh ini benar-benar lemah.

Berdasarkan pengalamannya di zaman modern, Arjuna memperkirakan bahwa suhu saat ini di bawah nol dan mungkin akan lebih dingin lagi saat larut malam.

Dengan pakaian katun compang-camping dan selimut tipis di rumah, dia tidak mungkin bisa bertahan tanpa perapian pada malam hari.

Dia harus memikirkan ide.

Dia tidak mungkin bisa menemukan solusi di rumah, jadi Arjuna ikut keluar, kemudian berjalan ke gerbang desa berdasarkan ingatannya yang tidak jelas.

Seperti yang Arjuna tebak, kayu bakar Disa telah hilang. Ketika dia tiba, Disa sedang memaki di depan gerbang desa.

Namun sekeras apa pun makiannya, orang yang mencuri kayu bakarnya tidak akan mengembalikannya juga.

Ada banyak penduduk di desa ini, bagaimana mereka bisa tahu siapa yang mencurinya?

"Disa, jangan berteriak. Aku punya ide. Aku tidak akan membiarkan kalian tidur dalam kondisi kedinginan malam ini."

Dua bersaudari itu tertegun lagi. Mereka membeku di tempat untuk waktu yang lama, kemudian Disa berbicara lebih dulu.

"Dik Daisha, kurasa otaknya pasti mengalami masalah ketika dia jatuh ke jurang."

Kalau tidak, mengapa dia seperti menjadi orang yang berbeda?

"Kak Disa, bagaimana kamu bisa mengatai Tuan seperti itu? Ayo kita pergi." Daisha menarik tangan Disa. "Apakah otak Tuan bermasalah atau tidak, kita akan tahu setelah menyusulnya."

Daisha yang pendiam berbicara dengan cepat untuk pertama kalinya.

Perubahan Arjuna membuatnya merasa senang, tetapi dia tidak berani menunjukkannya karena dia takut ini hanya ilusinya.

Daisha dan Disa menyusul, kemudian menemukan Arjuna sedang berjalan kembali. Dia melihat lantai seolah sedang mencari sesuatu.

Daisha sedikit bingung.

Inikah ide Arjuna?

Akan tetapi, jalan ini adalah jalan desa, bagaimana mungkin ada kayu bakar?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Flagship Testing
good kerennn
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus,sudah mulai adanya kerja sama.lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1062

    "Jangan-jangan kamu ...." Arjuna bangkit, lalu duduk di samping Amira. Tatapannya menjadi waspada saat dia menatap perut wanita itu yang sedikit membuncit. "Hamil?""Ya."Pipi Amira memerah, matanya yang menawan dipenuhi cinta keibuan. Dia kembali menggenggam tangan Arjuna, kemudian meletakkannya di perutnya. "Sudah tiga bulan lebih."Tiga bulan lebih yang lalu, Arjuna akan berangkat ke Kota Phoenix. Amira menempuh perjalanan ribuan mil ke ibu kota Bratajaya, ingin ikut dengannya.Arjuna tidak membiarkannya pergi. Sebelum pergi, mereka menghabiskan dua jam lebih di kereta kuda untuk menghibur Amira yang telah melakukan perjalanan sejauh ini.Bayi di dalam perut Amira pasti hadir sekitar waktu itu.Arjuna menundukkan kepalanya, lalu dengan lembut mencium perut Amira yang membuncit."Kamu sedang hamil, kita memang tidak boleh macam-macam."Saat Arjuna memakaikan Amira pakaian, tak disangka Amira malah meraih tangan Arjuna. Dia menarik tangan Arjuna ke atas hingga meletakkannya di payudar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1061

    "Untuk saat ini, memang hanya aku yang bisa menggunakan. Hendri." Arjuna menoleh ke Hendri lalu berkata, "Setelah makan, ikutlah denganku. Aku tidak familiar dengan jalan di Negara Surgajelita.""Baik, Yang Mulia," jawab Hendri dengan lugas untuk pertama kalinya."Pergi setelah makan?" Amira segera meraih tangan Arjuna. "Aku akan pergi bersamamu.""Tidak boleh."Arjuna langsung menolak, sikapnya tegas."Saat ini Negara Surgajelita sedang menghadapi bencana besar, kamu tidak boleh meninggalkan istana."Merasa dirinya sudah bersikap terlalu keras, Arjuna pun menambahkan kalimat lain."Baiklah, aku akan mendengarkanmu, Arjuna." Amira sedikit cemberut.Hendri tidak jauh lebih tua dari Amira. Dia telah menyaksikan Amira tumbuh dewasa. Untuk pertama kalinya, dia melihat Amira bertingkah seperti wanita pada umumnya.Saat ini, dia tahu dia telah sepenuhnya kalah.Arjuna bukan lebih hebat bertarung darinya, tetapi juga berkali-kali lipat lebih cakap dalam manajemen krisis.Bagaimana dia bisa di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1060

    Karena tidak ada bahan mudah terbakar di sekitar kedua api tersebut, oksigen di pusat api telah benar-benar habis, api pun padam.Arjuna tidak ingin menjelaskan metode memadamkan api dengan api, karena meskipun dia menjelaskannya, orang-orang ini mungkin tidak akan mengerti."Ayah, kurasa Perdana Menteri adalah seorang dewa!"Suara kekanak-kanakan yang jelas bergema dari kerumunan."Aku juga berpikir begitu. Jika dia bukan dewa, bagaimana mungkin dia begitu baik? Dia tidak hanya bekerja bersama dengan kita saat menggali lubang tadi, tapi dia juga bekerja lebih efisien daripada kita.""Benar, dia bekerja dengan efisien, ramah kepada orang-orang biasa. Hanya dalam empat jam, secara ajaib memadamkan api. Yang Mulia pasti dewa."Orang-orang yang telah menggali terowongan di sekitar Arjuna berbicara sambil berlutut untuk memberi penghormatan kepadanya.Saat mereka berlutut, orang-orang di sekitar mengikutinya.Melihat orang-orang berlutut, para prajurit pun ikut berlutut.Akhirnya, para men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1059

    "Jenderal Hendri, apakah kamu terima pertempuran di Kota Sudarana?" tanya Arjuna.Hendri membungkuk kepada Arjuna. "Yang Mulia Perdana Menteri tidak hanya dapat menciptakan granat yang mengerikan, tapi juga memiliki taktik yang luar biasa. Aku kagum, tapi ...."Hendri menatap Arjuna dengan dingin. "Bukankah tidak pantas Yang Mulia mengungkit masa lalu saat ini? Jika Yang Mulia benar-benar menginginkan pujianku, setelah api padam, aku bisa mengunjungi dan memuji Anda selama sepuluh hari, bahkan setengah bulan."Kata-kata Hendri terdengar sarkastis, tetapi Arjuna tidak menghiraukannya. Dia hanya tersenyum tipis."Baiklah, aku akan menunggumu di kediaman. Soal tidak pantas mengungkit masa lalu yang kamu bilang, aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku tidak hanya lebih hebat darimu dalam berperang, tapi aku juga ahli dalam memadamkan api."Lebih tepatnya, ini disebut serangan pengurangan dimensi, tetapi Arjuna menghindari penggunaan istilah itu karena dia takut orang-orang kuno ini tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1058

    Amira berjalan mendekat, lalu berdiri di samping Arjuna.Mata indahnya bersinar dingin.Dia datang untuk mendukung Arjuna.Benar saja.Suara-suara yang menyudutkan Arjuna tiba-tiba berhenti, orang-orang mengamuk tetapi tidak berani berbicara."Terima kasih, sayang."Arjuna menyengir.Rasanya sangat bahagia dilindungi dan dimanja oleh istri.Amira tidak mengerti apa arti "sayang", tetapi Arjuna tersenyum, artinya pasti sebuah pujian. Arjuna senang, begitu pula dirinya.Arjuna tetap diam. Orang-orang di sekitar yang takut pada Amira pun diam. Ratusan ribu orang berdiri di puncak gunung, tetapi begitu hening.Satu-satunya suara yang terdengar hanya suara angin dan derak api yang di kejauhan.Arjuna memegang tangan Amira sambil melihat api yang tak jauh darinya.Api sama sekali tidak mereda, malah makin besar.Seiring api makin dekat, atmosfer yang menyesakkan terasa. Puncak gunung yang sunyi mencapai puncaknya, banyak orang hampir meledak.Tiba-tiba!"Berubah, berubah!"Arjuna berteriak p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1057

    "Dia ... dia itu Perdana Menteri!"Orang-orang yang mengenali Arjuna sangat terkejut."Dia adalah Perdana Menteri?""Perdana Menteri yang menyebabkan amukan Tuhan di Negara Surgajelita?""Diam! Kecilkan suaramu! Apakah kamu sudah bosan hidup?""Tidak apa-apa. Hari ini terlalu berangin. Aku tidak mendengar apa-apa." Arjuna tersenyum.Arjuna menatap para pemuda itu. "Kemarilah, aku akan mengajari kalian. Setelah itu, kalian bisa mengajar orang lain."Arjuna berbicara dengan rendah hati, sama sekali tidak ada gaya seorang pejabat.Pembawaannya yang santai membuat para pemuda lebih rileks.Arjuna mengajar satu demi satu kelompok.Dia mengajar sambil mempraktikkan. Selama mengajar, dia menggali jarak yang cukup jauh.Anak muda belajar dengan cepat. Setelah Arjuna mengajar, para pemuda menguasai tekniknya, kemudian mereka bubar untuk mengajari orang lain.Ketika dia tidak lagi butuh mengajar, Arjuna bergabung dengan orang-orang di sekitarnya untuk menggali."Pak, bukankah kalian disuruh beri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status