"Bratajaya tidak akan menyetujui syarat yang mempermalukan negara!"Yudha tiba-tiba bersikap keras dan meneriakkan slogan-slogan dengan lantang."Jika kita setuju, bagaimana kita bisa menghadapi kaisar-kaisar terdahulu Bratajaya dan jutaan rakyat?""Berperang! Berperang dengan Negara Surgajelita!"Situasi sudah berkembang hingga titik ini, Yudha tiba-tiba merasa sangat gembira.Akan sangat bagus jika Pasukan Patroli pergi ke Kota Sudarana untuk melawan 300.000 pasukan Negara Surgajelita.Jika Pasukan Patroli musnah, dia tidak perlu takut pada Arjuna lagi."Berperang! Berperang dengan Negara Surgajelita!""Berperang! Berperang dengan Negara Surgajelita!"Para pengikut Yudha juga berteriak."Kembali ke Negara Surgajelita! Bratajaya tidak menerimamu!"Para pejabat Bratajaya yang marah mulai mengusir Amira."Huh, beginikah cara Bratajaya memperlakukan tamu? Baiklah!" Amira langsung berkata, "Kalau begitu ....""Putri benar, benar!" Arjuna menghampiri Amira. "Tidak pantas Bratajaya memperla
"Kesalahpahaman sudah diselesaikan, kalau begitu mari kita lanjutkan urusan kita."Bagaimanapun, Amira adalah orang yang mengendalikan sebuah negara, dia dengan cepat menenangkan diri, kembali ke sikap arogannya."Benar, benar. Mari kita lanjutkan urusan kita." Yudha segera menimpali, "Putri datang ke sini karena negara kami belum memesan senjata dari negara kalian. Lebih baik melakukannya sekarang daripada menunggu lain hari. Negara kami akan memesannya sekarang.""Senjata yang semula 150.000 unit diubah menjadi 300.000 unit. Semua senjata Negara Surgajelita sangat indah. Putri dapat mengirimkannya sesuka hati. Bagaimana?"Mengirimkannya sesuka hati berarti Negara Surgajelita dapat terus mengirim sampah.Termasuk Dewi, semua orang di aula yang merupakan warga Bratajaya sangat marah ketika mendengar hal ini.Namun, mereka hanya bisa menahannya.Siapa suruh penduduk laki-laki Bratajaya makin berkurang?"Bagaimana?"Amira tersenyum, tetapi senyumnya tampak mengerikan."Jika kalian mengaj
Namun, jika Negara Surgajelita mengerahkan pasukan untuk menyerang Kota Sudarana, itu sama sekali tidak akan menguntungkannya.Kota Sudarana adalah ibu kota terbesar di Bratajaya sekaligus basis Yudha yang paling stabil. Jika Negara Surgajelita menduduki Kota Sudarana, itu sama saja dengan menghancurkan basisnya.Selain itu, Amira sangat tidak menyukai Yudha.Sebagai penguasa Negara Surgajelita yang sebenarnya, Amira paling membenci menteri pengkhianat seperti Yudha. Amira sama seperti Dewi.Jika pada akhirnya Bratajaya dianeksasi oleh Negara Surgajelita , Amira akan menjadi orang pertama yang menangani Yudha."Putri Amira memang salah paham. Maaf karena sudah membuat Putri Amira salah paham."Bibir Dewi bergetar saat mengatakan ini.Jika ada lebih banyak pria di Bratajaya, dia pasti sudah bertarung langsung dengan Amira."Salah paham? Kurasa tidak." Tujuan kedatangan Amira adalah Kota Sudarana di Bratajaya. Akhirnya dia memancing deklarasi perang, dia tidak akan menyerah begitu saja.
"Yang Mulia Yudha, senjata Negara Surgajelita memang berkualitas baik, tapi Negara Surgajelita tidak punya senjata bagus untuk dijual kepada kita," kata Arya tanpa daya.Galang yang sudah tak tahan dengan agresivitas Amira, tetapi tak punya kesempatan untuk bersuara akhirnya menyahut, "Aku dapat bersaksi bahwa Negara Surgajelita sengaja menjual senjata berkarat yang tak dapat dipakai kepada Bratajaya."Setelah kembali ke ibu kota, Galang pergi menemui Arya untuk mengisi kembali senjatanya, tetapi Arya tidak bisa mengeluarkannya.Dengan tergesa-gesa, Galang pergi ke gudang senjata sendiri, lalu melihat tumpukan senjata berkarat yang dikirim oleh Negara Surgajelita .Galang sudah lama ingin bicarakan masalah ini kepada Arjuna dan Dewi, tetapi Arjuna dan Dewi sedang fokus pada masalah kurangnya laki-laki.Masalah laki-laki lebih penting daripada apa pun, jadi Galang menahannya, tidak mengatakan apa-apa."Paduka Kaisar, lihat."Ratna menghampiri Dewi sambil membawa masing-masing sebuah pis
"Hanya seorang menteri pun, tak rela kamu berikan ...." Amira tampak mengerti."Ada rumor bahwa Kaisar Bratajaya itu homoseksual. Sekarang tampaknya rumor itu benar. Aish!"Amira menghela napas, sudut mulutnya sedikit terangkat. "Aku tidak suka mainan bekas orang lain. Kaisar Bratajaya, tadi kamu menyuruhku untuk mengatakannya kalau ada masalah, 'kan?"Di akhir kata-kata itu, ekspresi Amira berubah dingin."Kaisar Bratajaya, di mana kontrak pemesanan senjata Bratajaya tahun ini?"Ketika kaisar Bratajaya sebelumnya sakit parah, Negara Surgajelita memanfaatkan kekacauan di Bratajaya dengan mengirim utusan ke Bratajaya. Mereka meminta Bratajaya untuk memesan senjata setidaknya senilai 10 juta tael perak setiap tahun.Kaisar Bratajaya saat itu hanya bisa setuju, karena jika dia tidak setuju, Raja Negara Surgajelita akan menyerbu.Pada saat itu, Bratajaya tidak hanya menderita bencana alam, tetapi juga mengalami ketidakseimbangan yang serius dalam rasio pria dan wanita, populasi pria mulai
"Sebagai pemimpin suatu negara terlalu banyak omong kosong. Pantas saja Bratajaya menjadi seperti ini sekarang."Amira makin arogan saat berbicara. Dia sama sekali tidak menghargai Dewi dan malah mempermalukannya.Di istana Bratajaya, di hadapan semua pejabat sipil dan militer, Amira, seorang putri dari negara lain, mempermalukan Kaisar Bratajaya.Amira tidak takut, melainkan merasa puas. Dia yakin sekasar apa pun omongannya, para pejabat Bratajaya hanya berani marah, tetapi tidak berani bicara.Benar saja.Amira menyapukan pandangannya ke sekeliling aula, lalu menarik kembali pandangannya dengan puas.Banyak orang di aula dipenuhi amarah, terutama para jenderal militer. Akan tetapi, mereka hanya berani marah, tidak berani bicara.Meskipun wilayah Negara Surgajelita kecil, Negara Surgajelita adalah Negara Solmora paling tidak kekurangan laki-laki saat ini. Terlebih lagi, Negara Surgajelita memiliki banyak tambang besi, teknologi penghancur besi yang canggih, serta persenjataan kelas sa