Dua pria berbadan tinggi tegap berdiri menutup jalan ketika Haven memasuki pintu masuk perusahaan Galaxi Company, tepat di dekat bagian resepsionis perusahaan.
"Aku kemari ingin bertemu dengan CEO Garrick Blackton, kami sudah janjian pagi tadi," ucap Haven.
Kedua pria security saling pandang memandang setelah mendengar ucapan seorang pria berpakaian lusuh, yang mirip gelandangan dan mangaku-ngaku akan bertemu CEO mereka yang begitu terhormat.
Sangat mustahil seorang CEO Garrick Blackton ingin bertemu dengan seorang gelandangan kan?
"Hey, jangan mengada-ngada. Memangnya siapa kau? Cepat keluar dari sini sebelum kami menyeretmu keluar dengan cara kami sendiri!" perintah pria security berbadan gempal.
Haven menghembuskan napasnya pelan, wajahnya mencoba seramah mungkin sambil tersenyum.
"Aku tidak akan pergi sebelum bertemu dengan CEO Garrick Blackton! Jika kalian tidak mengijinkanku masuk, tolong beritahu dirinya jika pria bernama Haven Clark sudah berada di loby," ucap Haven.
"Dasar orang gila! Memangnya siapa dirimu sampai kau ingin bertemu dengan Tuan CEO terhormat kami!" kata pria security yang lainnya dengan ekspresi marah. "Pergi saja sana! Orang sepertimu tidak layak bertemu dengannya!"
Ketika itu, dentuman langkah sepasang sepatu high heels di lantai terdengar semakin mendekat, suara itu berasal dari langkah kaki jenjang seorang wanita berambut pirang, dengan wajah cantik dan bertubuh seksi. Bibirnya merah, agak tebal, dan seksi.
Beberapa security yang berada disana membungkukkan tubuhnya memberi hormat, lalu menyapa, "Bu Rosei."
"Ya ampun, ternyata kau, Haven Clark?" sebuah suara keluar dari mulut wanita berbibir tebal dan seksi itu. Dia melangkah mendekat sembari membawa sebuah gelas Brandy Snifter berisi minuman.
"Rosei Axim, untunglah aku bisa bertemu denganmu." Haven kemudian menunjuk ke arah kedua security yang menutup langkahnya. "Tolong beritahu mereka bahwa aku ingin bertemu dengan CEO kalian."
Rosei Axim adalah sahabat Alice Lee. Tentu saja Haven sangat mengenal sosok Rosei yang tidak jarang berkunjung menemui Alice di kediaman keluarga Lee.
Wanita itu memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan Galaxi Company, dengan jabatan sebagai HRD. Dengan jabatan itu, sebagian besar karyawan perusahaan tunduk padanya.
Rosei Axim mengangguk sembari menaikkan alisnya sebelah, lalu dia menoleh ke arah dua security dengan wajah serius. "Siapa yang meminta kalian untuk tidak memperbolehkan si miskin ini untuk menemui CEO Garrick Blackton yang terhormat?"
Deg!
Haven tersentak, dia mengira jika Rosei akan membantunya untuk menemui CEO Garrick, karena mereka saling mengenal, tapi ternyata Rosei bertingkah sebaliknya.
Wanita itu pun tertawa mengejek. "Hahaha, Haven. Kenapa aku melihat wajahmu seolah berharap aku membantumu? Sepertinya kau salah besar. Memangnya seorang pria miskin seperti dirimu ada perlu apa dengan Tuan Garrick Blackton?!"
"Kau bahkan sekarang adalah pria tidak berguna yang baru saja diceraikan oleh sahabatku!" Rosei lalu memincingkan mata sembari meminum minumannya, seolah memikirkan sesuatu. "Oh, atau jangan-jangan kedatanganmu kemari ingin mengajukan proposal untuk membiayai sisa hidupmu nanti beberapa tahun kebelakang?"
Dua security yang lainnya ikut tertawa terbahak-bahak mendengar cemohan dari Rosei yang tertujukan kepada Haven.
Haven menarik napasnya dalam-dalam. Penampilannya saat ini cukup membuat semua orang menyangka jika dirinya ingin mengemis.
Rosei lalu berkata. "Keamanan, cepat kemari dan usir sampah ini!"
Seketika delapan pria berpakaian keamanan berlari dari luar menuju ke bagian resepsionis perusahaan, tempat dimana Rosei berada.
"Rosei, kau keterlaluan," ucap Haven memendam amarah. Haven sudah berpikir untuk membalas budi dikemudian hari kepada Rosei jika wanita itu mau mempertemukannya dengan CEO Garrick.
Tapi Rosei malah membuang keberuntungan itu. Jika saja Rosei mau membantunya, Haven sebagai seorang dewa perang, akan memastikan tidak akan ada seorangpun yang mampu menyakiti wanita itu.
Sepuluh pria keamanan perusahaan berdiri mengelilingi Haven Clark. Sorot mata mereka seakan ingin membunuh.
Rosei melangkah mendekat dan menyiramkan minuman di gelasnya ke arah pakaian Haven, untunglah Haven sigap dan minuman itu hanya mengenai sebagai kecil baju bagian bawah.
Rosei lalu berkata kepada para security. "Patahkan kaki dan tangan pria ini, lalu buang untuk makanan anjing jalanan!" perintah Rosei dengan suara keras.
Haven hanya diam dan tetap tenang, namun aura mengintimidasi keluar dari sorot matanya yang menyapu kesepuluh pria keamanan perusahaan. Bajunya sebagai basah, dia terasa sangat terhina.
Rosei yang melihat perubahan pada tubuh Haven, dia merasakan ketakutan yang menjalar ke seluruh tubuhnya, namun kebenciannya dan rasa jijik pada Haven mampu menutupi rasa ketakutannya.
"Apa kalian semua tidak ada yang mau memanggil CEO Garrick?" tanya Haven dengan pandangan mata menyapu.
Hanya tawa dan tolakan yang keluar dari bibir semua orang.
"Jangan mimpi! Pengemis sepertimu sebaiknya pergi saja dari sini!"
Namun, seorang wanita yang berada di meja staf berkata. "Jika CEO Garrick Blackton memang mengundang anda, tidak ada salahnya jika saya menemuinya atas nama anda, Tuan Clark."
Semua menatap ke arah wanita itu dengan heran, tak terkecuali Rosei yang seolah membenci wanita itu. Rosei berharap staf wanita itu mendapatkan hukuman karena telah lancang memanggil CEO Garrick hanya karena permintaan seorang Haven yang tak lebih dari omong kosong orang tidak waras.
Disana, Haven merasa sangat lega. Setelah ini dia akan memastikan wanita karyawan staf itu mendapatkan balasan baik darinya.
Staf wanita itu pun pergi menunju lift, naik ke lantai 17 tempat keberadaan CEO Garrick.
Di ruangan Presiden Direktur ….
CEO Garrick hampir terlonjak dari tempat duduknya. Baru saja dia menenangkan dirinya dan menunggu seseorang yang begitu terhormat, kini keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.
"A-apa? Dia sudah datang?"
"Ya, Tuan. Bu Rosei Axim bagian HRD perusahaan sudah berusaha mengusir pria muda itu, tapi tampaknya pria itu bersikukuh untuk bertemu dengan anda, Tuan Garrick," ucap staf wanita sambil sedikit menundukkan kepalanya, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan CEO Garrick.
Tubuh CEO Garrick bergetar hebat, jantungnya hampir meledak karena terlalu cepat dalam memompa darah yang mengalir ke seluruh tubuhnya.
Persetan! Aku benar-benar sangat bodoh dan ceroboh!
CEO Garrick terus mengumpat dan merutuki kebodohannya dalam hati. Dia lupa memberitahu kepada semua karyawannya bahwa pagi ini akan kedatangan seorang pria muda yang memakai pakaian sederhana.
Dengan tubuh gempalnya, sosok CEO Garrick berlari menuju lift. Jari besarnya menekan tombol lift dengan tergesa-gesa. Merasa pergerakan lift sangatlah lambat. "Sial! Aku salah mempekerjakan teknisi lift yang sangat bodoh!"
Di lantai satu ….
"Tunggu apa lagi! Pukuli gembel ini dan buang untuk makanan anjing jalanan!"
Haven menatap wanita itu dengan tajam. Tangannya memberi isyarat kepada para security untuk diam dengan auranya yang cukup menyiutkan nyali. "Rosei, akan kupastikan kau berada dalam masalah besar setelah pemimpinmu datang."
"Hahaha, memangnya kau ini siapa? Punya pangkat apa dirimu sampai pemimpin kami sudi mendatangimu?" cecar Rosei dengan sangat yakin.
Namun, ada hal yang tidak mereka tahu. Lift lantai satu terbuka, seorang pria penuh kharismatik berlari dengan tergesa-gesa seperti orang kesetanan.
Rosei terkejut dengan kedatangan CEO Garrick, dia pun menundukkan tubuhnya sembilan puluh derajat. "Tuan Garrick Blackton."
Garrick Blackton sama tak menghiraukan sedikitpun Rosei, pria berkharismatik itu berjalan lurus dan berhenti tepat di hadapan Haven.
"Kakak Clark, maaf atas keterlambatan saya menemui anda." CEO Garrick membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat dengan sangat sempurna.
Rosei membelalakkan mata, mulutnya mengangga lebat hingga rahangnya hampir jatuh ke lantai. 'Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?'"Tuan CEO Garrick Blackton, apa yang anda lakukan? Pria ini adalah mantan suami sahabatku. Aku mengenal betul dia siapa. Dia hanyalah pria miskin tidak berguna yang selama hidupnya bergantung pada keluarga istrinya!" ucap Rosei. "Dia itu tidak lebih dari seorang pria sampah yang menjadi budak selama hidupnya sebagai seorang menantu Jadi, kau tidak perlu menghormatinya karena---"
"DIAM!"Garrick Blackton kembali berdiri, dia melihat pakaian Haven tampak basah dan ada sebuah gelas di tangan Rosei. Tubuh pria berbadan gempal itu bergetar hebat, giginya gemeletukkan menahan amarah. Sebuah bencana besar akan dia rasakan akibat dari perbuatan pegawai perusahaannya itu. Pria dengan wajah garang dan rambut disisir ke belakang itu membalikkan tubuhnya ke belakang. Dia lalu menampar wajah Rosei dengan sangat kuat. "Tutup mulut kotormu itu, Rosei! Kau benar-benar wanita berotak bintang! Apa yang telah kau perbuat kepada Kakak Clark? Apa kau tidak tahu siapa Kakak Clark? Dia adalah-" Ketika akan menyebutkan identitas Haven yang sesungguhnya, CEO Garrick teringat jika identitas sosok Clark sangat dirahasiakan. Jika sampai mulut busuknya keceplosan, tamat sudah riwayatnya. Camela Wycliff meminta Garrick Blackton untuk tetap menutupi identitas Haven Clark yang sesungguhnya, atas permintaan Haven sendiri kepada Camela. Karena dia lebih suka sebagai pria biasa meski memiliki l
Meskipun Rosei terus berusaha bernegoisasi, tapi sosok Garrick bukanlah pria yang mudah begitu saja memaafkan seseorang. Pukulan dan tamparan terus melayang. Rosei layaknya seekor kuda betina yang dipacu keras oleh penunggangnya. Rosei menyadari bahwa apa yang dia lakukan terhadap Haven salah di mata Garrick. Untuk itu dia mencoba memohon kepada Haven untuk membujuk CEO Garrick agar mau mengampuninya. Rosei berusaha bernegosiasi. Haven acuh tak acuh tersenyum. "Kurasa kau menikmatinya." "Tak kusangka ternyata kau lebih menjijikkan daripada seorang menantu sampah," ucap Haven. Suara desahan Rosei semakin tidak nyaman untuk didengar dan sangat liar. Wanita itu kini semakin tak punya malu lagi untuk mengekspos kenikmatannya. CEO Garrick kemudian mengajak Haven untuk naik ke ruangannya agar telinga mereka tidak terkotori oleh suara dari mulut wanita murahan. "Mari, Kakak Clark, saya akan membawa anda ke ruanganku untuk membicarakan hal penting." Haven menganggukkan kepala. "Ya,
Wajah segerombolan pria itu sedikit terkejut ketika melihat aura Haven Clark seperti seorang pembantai. Sebagai seorang pengawal, tentu saja mereka tak boleh takut meski makhluk pencabutan nyawa datang sekalipun. Pria berbadan gempal yang berdiri paling depan mencoba bersikap berani dan tegas. "Apa? Kau ingin bertemu dengan pengacara Bliss? Hmm, baiklah, tapi sebutkan dulu siapa namamu dan kami akan memberitahumu apakah kau boleh masuk atau tidak!" "Namaku Haven Clark, menantu keluarga Lee." Haven mengulangi namanya lagi. "Katakan kepada pengacara Bliss jika aku ingin menemuinya hari ini," ucap Haven dengan tatapan dingin. "Aku tidak mau mendengar alasan dia tidak mau menemuiku!" Pria berbadan gempal mengerutkan setelah mendengar jawaban itu, yang dia tahu, pengacara Bliss adalah mantan pengacara sekaligus kepercayaan keluarga Lee. Seseorang dari mereka berjalan masuk setelah mendapat perintah dari pria berbadan gempal. Beberapa menit kemudian, pria itu keluar mengatakan
"Winnie Lee, dia adalah salah satu cucu perempuan Tuan Lee," ucap pengacara Bliss. "Bicaralah dengan benar, Tuan Bliss!" Haven mencengkeram semakin erat. Kepalan tangan kiri Haven berhasil membuat pengacara Bliss membongkar kejahatannya sendiri. "Turunkan aku dulu, Haven! A-aku kesulitan bernapas." Haven menuruti pria itu, setelahnya pengacara Bliss menjelaskan jika dia melakukan semuanya demi sebuah uang dan kedudukan. Tiga tahun lalu, pengacara Bliss telah mengganti nama Winnie Lee menjadi Alice Lee. Dia juga pelaku dibalik kecelakaan yang merenggut nyawa kakek Lee setelah sang kakek membuat surat wasiat. Pengacara Bliss melakukan itu semua karena membutuhkan uang yang banyak untuk anak dan istri hasil dari selingkuhannya, sedangkan perekonomiannya dulu sangat terbatas, itulah sebabnya dia menerima permintaan dari Robert Wallace, putra sulung keluarga Lee. Robert adalah tipikal manusia gila harta. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau, meskipun
Golden Light Club, Haven melangkahkan kakinya menaiki tangga kecil bagian depan. "Tunjukkan kartu membermu?" cegat seorang pria. "Aku tidak punya, Pak. Tapi kedatanganku kemari hanya ingin menemui seseorang." "Hanya para member klub saja yang diperbolehkan masuk. Jadi, pergilah dari sini dan jangan coba-coba membohongi kami!" ucap pria itu. "Bahkan jika kau ingin menjadi bagian dari member klub agar memiliki akses untuk masuk Golden Light Club kami, itu tidak akan bisa!"Ya, karena pendaftaran member hanya dibuka oleh Golden Light Club setiap bulannya. Jika seseorang ingin menjadi member, dia harus menunggu satu bulan lamanya. Klub telah lama menerapkan sistem itu. Golden Light Club baru saja membuka member beberapa minggu lalu, setidaknya harus menunggu seminggu lagi agar dibuka kembali. "Pak, bisakah kau mengijinkanku masuk sebentar saja. Ada hal penting yang mengharuskanku untuk menemui seseorang di dalam sana," ucap Haven, berharap beberapa pria di pintu masuk klub itu tidak
"Tuan Storm, pertemuan kita tidak lebih untuk sebuah negoisasi kerjasama, jadi jangan macam-macam," ucap Winnie penuh ketakutan. Winnie duduk dan meringkuk ketika Storm mendekatkan wajahnya yang begitu jelek dan menakutkan ke arah bibirnya. Storm berbicara tepat di depan wajah Winnie yang memucat. "Asal kau tahu, Winnie. Aku telah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mendapatkanmu."Storm tertawa terbahak-bahak. Sementara Winnie bergetar ketakutan sampai ingin menangis. Tetapi sebagai wanita tangguh, Winnie mencoba menahan air matanya. Winnie tak menyangka jika pertemuan dengan Storm McKay akan seperti ini. Dia masih tidak rela jika kesucian yang dia jaga selama ini direnggut oleh pria yang bukan impiannya, apalagi tuan muda McKay sangat mengerikan dan terkenal sangat brutal. Storm mencengkeram Winnie dan menjepitnya ke sisi ranjang, lalu menaikkan dagu gadis itu dan mendekatkan wajahnya yang ketika tersenyum tak ubahnya mirip kuda nil. "Tuan Storm, tolong lepaskan saya." W
Sembilan pria mengepung Haven, di tangan mereka masing-masing membawa tongkat besi seberat sepuluh kilogram. Hanya dalam sekali pukulan saja, akan mematahkan tulang manusia. "Hanya ini saja jumlah kalian?" tanya Haven sembari menyilangkan tangannya di depan dada. Dia berdecak. "Berani juga kau kepada kami," ucap pria berbadan kekar yang memiliki kepala botak. Si kepala botak lalu menyerang dengan cepat, dia mengayunkan tepat di kepala Haven. Tetapi tongkat itu tak berhasil mengenai, melainkan mengenai kepala si botak sendiri. "Ahkk …." Dalam sekali benturan, kepala si kepala botak menampakkan garis yang mengalirkan darah dari kepalanya. Pria itu menjerit dan berguling-guling di lantai. Melihat itu, yang lainnya segera menyerang bersamaan dengan mengayunkan serangan tongkat besi mereka, tetapi dalam waktu singkat, suara gedebukan mengakhiri perkelahian itu. Sembilan pria kekar para petarung senior milik Storm sudah tergetak di lantai bagai tumpukan karung beras. Storm bergetar
Windle, si kepala rumah sakit tersentak, dia memalingkan pandangannya ke arah Haven yang saat ini berdiri di belakang Winnie.Beberapa detik kemudian, kepala rumah sakit tersadar setelah menyadari penampilan Haven yang tampak tidak memiliki jabatan apapun tetapi ingin mengadu kepada Direktur Kesehatan? "Siapa dirimu? Beraninya masuk tanpa permisi," tanya Windle dengan marah. "Pak Wendle, tidak sepantasnya kau memperlakukan pasien dengan cara seperti ini. Bukankah jika seseorang tidak bisa membayar biaya, rumah sakit akan memberikan waktu hingga beberapa bulan kedepan?" Haven berbalik bertanya dan memberi teguran yang halus. "Hei, anak muda bau kencur, tahu apa kau tentang peraturan yang dibuat oleh rumah sakit? Semua peraturan disini adalah aku yang berwewenang, tidak ada seorangpun yang bisa merubahnya termasuk Direktur Kesehatan sekalipun," ucap Windle dengan angkuh lalu meneguk kopi panasnya di cangkir. Haven menyinggungkan senyumnya, seolah dia adalah orang bodoh yang tidak