Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 083. BERTUKAR KISAH

Share

Bab 083. BERTUKAR KISAH

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-22 00:06:23

“Duh Gusti..! Maturnembahnuwun ..! Nama lengkapmu pasti Elang Prayoga cucuku..! Tsk, tsk..! Huhuhuu..” tak terbendung lagi sang nenek mempererat pelukannya pada Elang, sambil mengucapkan terimakasihnya pada Sang Pencipta.

Air mata membanjiri pipi keriputnya tanpa henti. Sudah hampir habis rasanya upaya sang Nenek. Dalam mencari Wulandari, Putri kesayangannya selama puluhan tahun.

Hampir seluruh waktu, harta benda, bahkan status dia korbankan. Demi untuk menemukan putrinya, yang hilang tak tentu rimba itu.

Wulandari adalah anak pertama dari ke 3 anaknya. Putri yang merupakan tumpuan dan harapan, serta kebanggaan bagi keluarga mereka.

Kehidupan keluarga sang nenek dulu sangatlah berkecukupan. Baroto suaminya adalah seorang pemborong yang cukup ternama di kota Jogja.

Namun setelah hilangnya kabar tentang putri mereka Wulandari. Maka gonjang ganjing dalam keluarganya pun dimulai.

Setiap telepon mereka tak pernah diangkat oleh putrinya. Menantunya Sukanta pun tak pernah lagi datang k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 084. TAGIHAN SEWA KONTRAK

    "Tidak Nenek. Kalian sudah cukup lama menderita, karena mencari kami. Kini saatnya Elang atas nama Ayah dan Ibu, membalas perhatian dan kasih sayang kalian. Mohon jangan menolak ya Nenek sayang,” ucap Elang penuh haru, sambil mencium kedua pipi sang nenek. Pipi keriput sang Nenek yang kembali merembeskan air mata. Melihat keberuntungan putrinya Wulandari, memiliki anak yang berbudi seperti Elang. Sang Nenek demikian bahagia. Walau di satu sisi dia bersedih, mendengar kabar kematian putri dan menantunya. Namun dia memang sudah lama bersiap mendengar kabar terburuk sekalipun, soal putrinya itu. Yang penting baginya saat ini, adalah kejelasan soal keadaan putrinya telah terjawab. Hal ini sangat melegakan tanda tanya bathinnya selama ini. Dan hal yang terpenting saat ini, dia kini mempunyai seorang cucu yang bisa di banggakan. Untuk menggantikan putrinya yang telah tiada. Kemarau selama belasan tahun dalam pencarian Setyowati. Kini bagai hilang tersapu musim semi yang menghangatkan

    Last Updated : 2025-02-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 085. KELUARGAMU ADALAH KELUARGAKU

    "Wah..! Kamu sudah kembali Elang..? Cepat sekali,” ucap Darman, yang datang bersama Wiwik. Darman baru saja membawa Wiwik ke warung, untuk jajan es krim kesukaannya. “Iya Paman,” sahut Elang. “O iya, Paman. Apakah paman menguasai seluk beluk seni ukir kayu dan woodpanel?” tanya Elang. “Wah, kebetulan dulu paman suka membuat woodcarving dan woodpanel Elang. Saat mendiang Ayah masih jadi pemborong. Ada apakah menanyakan hal itu pada paman, Elang?” tanya Darman heran. “Ahh, nggak kok Paman. Siapa tahu Paman berminat bekerja di perusahaan teman Elang,” sahut Elang senang, mengetahui pamannya menguasai tehnik woodcarving dan woodpanel. “Wah, kalau memang tenaga paman di butuhkan, paman siap Elang,” ucap sang paman, yang dulu memang pernah bercita-cita menjadi seniman kayu. “Iya Paman, coba nanti Elang tanyakan pada teman Elang,” ucap Elang. “Baik Elang, semoga saja masih ada lowongan buat orang seumuran paman ini,” ucap sang paman, terlihat agak pesimis soal umurnya. “Mudah-mudah

    Last Updated : 2025-02-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 086. JAMBRET DAN GANK STREETS BAT

    "Baiklah Nadya, semoga tidak merepotkan ya,” ucap Elang menyetujui usulan Nadya. “Ya nggaklah Mas Elang,” ucap Nadya tersenyum. *** Ke esokkan harinya, Elang, Nadya, Nenek, dan Darman serta Wiwik telah berada dalam mobil Nadya. Mereka meluncur ke bank yang telah disepakati dengan pemilik rumah. Setelah beberapa lama, transaksi senilai 860 juta rupiah pun berhasil di pindah rekeningkan, ke rekening pemilik rumah. SHM atas tanah dan bangunan serta kunci rumah pun langsung diserahkan pada Nenek. Dan selanjutnya mereka langsung ke tempat Notaris PPAT, yang letaknya tak jauh dari bank tersebut. Tak lama kemudian urusan pun selesai, rumah itu sudah syah menjadi milik Nenek. Kini mereka tinggal menunggu Akta Jual beli yang dibuat petugas PPAT selesai. Nenek dan Wiwik tampak akur dengan Nadya. Sementara hati Darman juga bertambah kagum, dengan Elang keponakkannya ini. ‘Elang, kamu memang gagah, ganteng, dan berkharisma seperti Ayahmu. Pantaslah jika banyak wanita

    Last Updated : 2025-02-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 087. KEINA YOSHIDA

    Elang mengambil tiga buah kerikil seukuran kelereng. Dialirkannya seperempat saja tenaga dalamnya, ke arah jari tangan kanannya. Dan saat Elang merasa ke tiga motor itu, sudah berada dalam jarak lentingan tenaga dalamnya. Maka... Sethh..! Slekh..! Seeth..!Tiga butir kerikil agak tajam melesat cepat bagai cahaya. Lalu menghantam keras ketiga helm, pengendara motor anggota gank ‘Streets Bat’ itu. Praghh..! Pragh..! Pragk..!Ketiga kaca helm visor transitions, yang dikenakan ketiga pengendara itu pun langsung berlubang. Nampak retakkan menjalar disertai rona merah darah, di sekitar lubang masuknya kerikil. Braaghks..!! Sraaghkks....! Sraakg..ghs..!!“Arrghkss..!! Aaarkhhs..!! Addaawwhsk..!!” Motor ketiga berandalan itu jatuh terseret deras di aspal, bersama pengendara dan yang memboncengnya. Akibat ketiga pengendaranya lepas kendali. Karena tangan mereka reflek memegangi bagian wajah mereka, yang terasa sangat perih, pedih, dan berlumuran dengan darah. Kejadian itu berlangsung

    Last Updated : 2025-02-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 088. MAKSUD BAIK TAPI SALAH ORANG

    Slekh..! “Wahh..! Indah sekali cincin ini,” Keina berseru takjub, melihat kilau biru dan merah pada mata cincin yang dikenakan Elang. Sejenak pandangannya terpaku menatap cincin Elang, lalu perlahan matanya pun menjadi sayu. Cepat sekali reaksi kutukkan Naga Asmara merasuk pada diri Keina. Karena Keina langsung merasakan sesuatu yang geli dan menghangat, di bagian bawah tubuhnya. Buah dadanya pun perlahan mengeras dan mencuat kencang ke atas. Wajah cantik Keina pun nampak semakin segar, dengan bibir merah merekah, serta lesung pipit samar yang menghias kedua pipinya. Dengan rambut basah yang sedikit berombak terurai sebatas bahu. Rona pipinya juga sedikit memerah, menandakan ada bagian tubuhnya yang memanas. Hmm, Keina semakin tampak menggairahkan malam itu.Sebagai putri kesayangan dari Hiroshi Yoshida, pemilik ‘Yoshida Corporation’. Perusahaan yang termasuk 5 perusahaan terbesar di Jepang. Tentulah biaya perawatan kondisi tubuh dan kulit Keina, bukanlah soal besar baginya. K

    Last Updated : 2025-02-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 089. YOSHIDA CORPORATION

    "Maksudnya sih baik, tapi sayang dia bertemu dengan orang yang salah’, bathin Elang, agak menyesal juga tadi dia mengerjai Keina. Sementara itu ‘burung’nya masih menancap kokoh di liang basah milik Keina. Elang mendiamkan saja kondisi itu, sambil perlahan mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Di ciumnya bibir merah Keina yang membalas dengan lumatan hangat, lambat laun lumatan itu pun kem,bali menjadi panas kembali. “Mmfhh...mas El..langg..Keina enak lagihh..uhhss!” seru Keina sambil mulai menggoyangkan kembali pinggulnya, mengimbangi goyangan pinggul Elang di bawahnya. Elang berdiri sambil kedua tangannya mengangkat bokong Keina yang bergayut erat di belakang leher Elang. Elang membawa tubuh Keina ke atas ranjang hotel. Direbahkannya tubuh putih mulus dan kencang milik Keina di ranjang. Elang mulai menyusuri tubuh Keina dengan bibir dan lidahnya. Disedotnya kuat-kuat puncak gunung kembar Keina bergantian. Dan desahan Keina pun terdengar, dengan tubuh tersentak-sentak menahan

    Last Updated : 2025-02-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 090. JATIDIRI DAN JANJI

    "Barusan Ayah Keina menelpon ya?” tanya Elang, yang baru keluar dari kamar mandi. Kini tubuhnya terasa sangat segar. “Iya Mas Elang. Mas Elang alamatnya di mana ya?” tanya Keina. “Saya tak punya tempat tinggal tetap Keina. Saya cuma seorang perantau,” sahut Elang apa adanya. “Wah, Enaknya bebas lepas Mas Elang. Keina jadi iri.” “Untuk apa iri Keina. Kehidupanmu sudah nyaman kelihatannya.” “Yang terlihat dari luar, kadang tak seperti yang dirasakan oleh hati, Mas Elang,” ucap Keina dengan wajah agak muram. “Nampaknya memang begitu Keina,” Elang membenarkan ucapan Keina. Dan diam-diam Elang mulai menerapkan aji wisik sukmanya, untuk menyelami isi hati Keina. Elang pun mulai menatap Keina. ‘Andai kau tahu Mas Elang, kehidupanku sangatlah membosankan. Ayah dan Ibuku adalah orang-orang pekerja keras. Waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup untuk mereka. Bahkan bisa makan bersama dalam satu meja saja, adalah hal yang ‘aneh’ jika bisa terjadi. Kami serumah, tapi hati kami masing-masi

    Last Updated : 2025-02-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 091. HADIAH NADYA BUAT NENEK

    "Wah, sudah pulang kuliahnya Nadya.?" tanya Elang tersenyum. “Nadya sudah tak ada kuliah kok Mas Elang. Hanya konsultasi seputar penyelesaian skripsi saja.” “Semoga cepat selesai skripsinya ya Nadya.” “Aamiin, makasih doanya Mas Elang. Masuk yuk Mas. Bi Yuli dan Nadya sedang masak rendang dan sop iga sapi Mas Elang,” ajak Nadya. “Kedengarannya sedap nih, hehe,” Elang terkekeh senang, sambil mengikuti Nadya ke dalam rumah. “Elang, kamu sudah kembali tho,” sapa Sundari tersenyum, dia tengah duduk menonton TV di ruang tengah. “Iya Bu, di suruh pulang makan dulu sama Nadya. Hehe,” Elang terkekeh bercanda, sambil mendekati Sundari dan mencium tangannya. “Huhh, kalian ini ada-ada saja. Hihi,” Sundari tersenyum geli. “Biarin, habisnya Mas Elang suka jajan makanan di jalan sembarangan sih,” balas Nadya, sambil menjebikan bibir merahnya yang menggemaskan itu. Usai makan siang bersama, Elang dan Nadya pergi mengunjungi rumah baru sang nenek di Sedayu. Nampak Nadya kini sudah bisa melu

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 345.

    "Ahh..!" terdengar seruan Nalika, yang sejak tadi memejamkan kedua matanya. Dia memang sangat terkejut dan jerih, melihat betapa cepatnya lesatan Elang membawa tubuhnya. Suatu kecepatan yang baginya tak mungkin, dimiliki oleh seorang manusia. Dan Elang memang sengaja membawa Nalika, ke tempat sunyi ini lebih dulu. Untuk memberikan sedikit peringatan pada Nalika. Agar tiada lagi 'keinginan' berkhianat di hatinya, terhadap kerajaan. "Nalika..! Inilah yang akan terjadi pada tubuhmu, jika kau berani berkhianat. Kau lihatlah bukit batu di kejauhan itu," seru Elang, seraya menunjuk sebuah bukit batu. Bukit batu itu terletak sekitar ratusan langkah, dari posisi mereka berada. Seth! Daambh..! Elang acungkan genggaman tangan kanannya ke atas, lalu hantamkan kaki kanannya deras ke bumi. Grghks..! Grrghkkh..!! Bumi di sekitar area itu pun berguncang dahsyat bak dilanda gempa. Gemuruhnya bagai puluhan ekor gajah, yang berlarian menabrak pepohonan. "Jagad Dewa Bhatara..!" Seth..! Nalika

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 344.

    "Nalika..! Kau sudah dengar apa yang dikatakan Elang. Apakah kau masih hendak berkhianat atau tidak, itu terserah kau..! Namun jangan salahkan pihak kerajaan. Jika sampai seluruh keluargamu kami babat habis..! Kau mengerti..?!" seru sang Prabu, memberikan peringatan keras pada Nalika. "Ba-baik Paduka Prabu! Hamba mengerti," sahut Nalika, terbata penuh rasa gentar. "Pengawal..! Lepaskan ikatannya.!" perintah sang Raja, pada kedua pengawal yang berdiri di belakang Nalika. "Baiklah Paduka Raja. Hamba mohon diri dulu bersama Nalika. Agar kami tak terlalu malam sampai di hutan Kandangmayit," Elang pun pamit undur diri, dari hadapan Raja Samaradewa. "Baiklah Elang. Pergilah dengan restu dariku," ucap sang Prabu. Taph..! Slaphh. ! Elang langsung menyambar tubuh Nalika, lalu mereka pun langsung lenyap seketika, dari ruang dalem istana. Bagai tak pernah ada di ruangan itu. 'Luar biasa..! Siapa sebenarnya pemuda bernama Elang itu..? Baru kali ini aku mendengar dan melihatnya. Ternyata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 343.

    "A-ampun Gusti Prabu. Hanya hamba yang berkhianat dalam hal ini. Istri dan putra hamba bahkan telah mengingatkan hamba. Namun hambalah yang berkeras kepala. Panglima Api juga mengancam dan menekan hamba Gusti Prabu. Hingga akhirnya hamba tak bisa menolak, untuk berkhianat terhadap kerajaan," sahut Nalika tergagap, dengan tubuh gemetar gentar bukan main. Namun rupanya dia masih ingat, untuk meminta ampunan bagi anak dan istrinya. "Nalika..! Aku bertanya apa rencana Panglima Api pada kerajaan ini..?! Bukan soal alasanmu berkhianat! Cepat katakan, Nalika..!!" seruan sang Raja Samaradewa memgguntur, di dalam ruangan dalem istana tersebut. Hal itu membuat siapapun yang berada di dalam ruangan tergetar ngeri. Karena sang Prabu, tak sengaja telah mengeluarkan aji 'Sabdo Guntur'nya. Sebuah ajian yang memang rata-rata dimiliki oleh seorang Raja, atau pun pemimpin tertinggi. Ajian yang diperoleh dengan laku bathin yang cukup sulit. "Ba-baik Gusti Prabu. Panglima Api beserta pasukkannya a

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 342.

    "Mohon maaf, Paduka Raja. Menurut hamba adalah hal yang aneh, jika seorang Adipati tidak mengetahui persis kejadian ini. Bukankah letak istana kadipaten dan istana kademangan tidaklah terlalu jauh. Wedana Suralaga telah mengatakan pada hamba. Bahwa dia dan keluarganya kini, berada dalam tekanan pasukkan pemberontak Panglima Api itu. Namun dia tetap bersetia pada kerajaan Dhaka. Yang jadi pertanyaan hamba adalah, bagaimana seorang Adipati tidak tahu soal kejadian ini..?!" ujar Elang, seraya menyerukan keheranannya. Dan pancingan Elang pun mengenai sasarannya. "Ampun Paduka Raja. Hei..! Pengawal Gusti Putri..! Apakah kau mencurigai aku berkhianat pada kerajaan..?! Apakah kau bisa mempertanggungjawabkan tuduhanmu itu, jika tak ada bukti..?!" Nalika menghormat terlebih dulu pada sang Raja. Lalu dia berdiri berseru seolah menantang pada Elang, seraya menuding Elang dengan telunjuknya. Emosi Nalika langsung naik ke ubun-ubun, mendengar tuduhan Elang. Yang sesungguhnya memang benar ad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 341.

    "Ahh! Silahkan Gusti Putri Ratih, Tuan Muda silahkan masuk ke dalam. Baginda ada di astana istana dalem. Mari ikuti hamba," sahut sang kepala pengawal hormat. Ya, dia segera mengenali Gusti Putrinya itu. Karena dia memang pernah berkunjung bersama rombongan Rajanya, ke istana kerajaan Kalpataru. Sampailah mereka di depan sebuah ruang megah dalam istana. Pintu masuk ruang itu tidak memiliki daun pintu. Namun dua orang prajurit istana berjaga di depan pintu itu. Kedua prajurit jaga itu memegang tombak serta perisai di tangannya, mereka mengangguk hormat saat kepala pengawal istana datang. Kepala pengawal langsung mengajak Elang dan Ratih ikut masuk bersamanya, ke dalam ruang istana dalem keraton tersebut. Sebelumnya sang Kepala Pengawal sempat menanyakan lebih dulu nama Elang. "Salam Paduka Yang Mulia. Dua utusan dari kerajaan Kalpataru, Gusti Putri Ratih Kencana datang bersama pengawalnya Elang Prayoga," ucap sang kepala pengawal, setelah dia berlutut seraya memberi hormat pada Ra

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 340.

    Elang pun menerapkan aji 'Perisai Sukma' pada tangannya. Cahaya hijau terang seketika menyelimuti telapak tangannya. Dia hendak menyediakan tangannya itu, untuk menjadi 'sasaran' hantaman. Dari dua hantaman jarak jauh Tantri, dan si pemuda baju putih itu. Sekaligus melerai pertarungan adu energi tersebut. "Maaf, tulangnya berbahaya jika melayang begini, bisa melukai orang lewat," ucap Elang tenang, seraya menggenggam potongan tulang kambing yang agak runcing tersebut. Taph! Brashk..! Blasth..! Dua energi pukulan jarak jauh menghantam tangan Elang. Gelombang dua energi itu pun pecah disekitar tangan Elang itu. Namun tentu saja hal itu tak berpengaruh terhadap tangan Elang, yang sudah terlambari aji 'Perisai Sukma'nya. Sraghk..!! Sosok Tantri dan si pemuda baju putih sama tersentak ke belakang. Namun mereka berdua seolah lepas, dari tindihan energi yang sejak tadi saling mendorong itu. "Ahh..!" sentak kaget Tantri dan si pemuda bersamaan. Mata mereka berdua terbelalak, menatap

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 339.

    "Ahhh! Awas!!" seketika para pengunjung rumah makan itu panik ketakutan. Mereka lalu bubar tunggang langgang, meningalkan meja makan mereka begitu saja. Tentu saja pemilik warung dan para pelayannya, tak bisa mencegah dan menyalahkan mereka. Kendati hampir semua pengunjungnya belum membayar, makanan yang mereka pesan. Mereka hanya bisa menatap bingung, panik, dan ketakutan. Lalu akhirnya mereka pun ikut bergegas keluar, dari rumah makan mereka. Kini yang tinggal di rumah makan itu adalah Bopak dan tiga kawannya, Tantri dan Baraga, Elang dan Ratih, serta dua orang pemuda gagah berpakaian putih itu. "Majulah jika kalian berempat ingin mati cepat..!" sentak Tantri, seraya mengalirkan 'power' tenaga dalamnya pada kedua tangannya. Jurus pukulan 'Mentari Membakar Awan' segera disiapkannya. "Paman Baraga..! Kau mundurlah..!" seru Tantri, menyuruh Baraga yang telah bersiaga untuk mundur. Maka tak ada pilihan lagi, Baraga segera mundur ke belakang, menuruti suruhan tuan putrinya itu. "

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 338.

    "Keparat memang pemuda yang bersama gadis cantik itu..! Andai dia tak datang dan ikut campur..!Pasti kita bisa bersenang-senang dengan gadis denok itu sekarang. Mumpung Tuan kita belum kembali dari Galuga..!" seru salah seorang dari mereka. "Hei, Bopak..! Kaupikir jika gadis itu berhasil kita tawan, kau akan dapat kesempatan mencicipi gadis itu..?! Mimpi kau..! Yang pasti, 'Tiga Kalajengking Merah' yang akan mendapatkan kesempatan itu. Paling-paling kau cuma kebagian mendengar desah nafas mereka saja, dan disuruh berjaga di depan kamar..! Hahahaa..!!" sentak seorang kawannya, seraya terbahak mengejek. "Hahahaa..!! Jangan mimpi Bopak..!" ejekkan itu diikuti pula oleh gelak mengejek, dari dua rekannya yang lain. Elang melihat kedua tangan Ratih yang mengencang. Sepasang mata Ratih juga memicing marah, menatap ke arah 4 orang berbaju hitam tersebut. Elang sangat memaklumi jika Ratih menjadi naik darah, mendengar pembicaraan empat orang itu. Karena gadis yang sedang jadi pembicaraa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 337.

    "Tidak Ratih, malam ini aku akan mentransfer sebagian hawa murniku padamu. Dan sepertinya, esok hari kau sudah pulih total dari penyakit dalammu," sahut Elang tersenyum. 'Benarkah Mas Elang..? Maafkan Ratih telah merepotkan Mas Elang selama ini ya," ujar Ratih, dengan hati penuh rasa terimakasih. Telah dua kali Ratih berhutang nyawa pada Elang, hanya dalam kurun waktu dua hari saja. 'Tanpamu aku pasti sudah menjadi mayat saat ini Mas Elang', bathin Ratih. Keesokkan harinya seperti yang sudah diperkirakan oleh Elang, kondisi Ratih sepertinya sudan pulih seperti sediakala. Karena pada malam harinya, Elang memang telah mengalirkan hawa murni ke dalam diri Ratih. Untuk mempercepat pemulihannya. "Terimakasih Mas Elang, Ratih merasa sudah benar-benar pulih hari ini," ucap Ratih riang. Dia benar-benar takjub, merasakan kondisi tubuhnya yang telah kembali bugar itu. "Syukurlah Ratih. Untuk selanjutnya, sebaiknya kau menyamar dan berpakaian sebagai seorang pria saja. Agar perjalanan ki

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status