Share

Bab 342.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-06 09:50:00

"Mohon maaf, Paduka Raja. Menurut hamba adalah hal yang aneh, jika seorang Adipati tidak mengetahui persis kejadian ini. Bukankah letak istana kadipaten dan istana kademangan tidaklah terlalu jauh.

Wedana Suralaga telah mengatakan pada hamba. Bahwa dia dan keluarganya kini, berada dalam tekanan pasukkan pemberontak Panglima Api itu.

Namun dia tetap bersetia pada kerajaan Dhaka. Yang jadi pertanyaan hamba adalah, bagaimana seorang Adipati tidak tahu soal kejadian ini..?!" ujar Elang, seraya menyerukan keheranannya.

Dan pancingan Elang pun mengenai sasarannya.

"Ampun Paduka Raja. Hei..! Pengawal Gusti Putri..! Apakah kau mencurigai aku berkhianat pada kerajaan..?!

Apakah kau bisa mempertanggungjawabkan tuduhanmu itu, jika tak ada bukti..?!" Nalika menghormat terlebih dulu pada sang Raja.

Lalu dia berdiri berseru seolah menantang pada Elang, seraya menuding Elang dengan telunjuknya.

Emosi Nalika langsung naik ke ubun-ubun, mendengar tuduhan Elang. Yang sesungguhnya memang benar ad
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 621.

    'Gilaa..! Semua unsur semesta telah tertutup oleh cahaya emas 'power'nya..! B-bagaimana mungkin dalam usia semuda itu..?!' sentak sang Resi, dalam keterkejutan yang luar biasa. Dia merasa tak mungkin percaya, dengan tingkat 'power' yang telah dicapai Elang. Jika tak menyaksikannya sendiri, bukti yang terpampang di depan matanya saat itu. 'Dia telah mencapai tingkat Ksatria Semesta Sempurna..!' seru bathinnya, terkesima tak percaya.'Apa boleh buat..! Aku akan mengadu jiwa dengannya..!' seru bathinnya nekat. Sang Resi pun segera bersiap memanggil senjata pamungkasnya. "Trisula Langit..!!" seru lantang sang Resi. Splaarthk..!! Weersshk..!! Seketika ada sebuah gerbang langit yang terbuka, yang bergemuruh menggetarkan. Disusul dengan melesatnya sebuah Trisula berwarna perak, menyilaukan mata. Trisula itu melesat cepat ke arah sang Resi. Taph..! Scraatzsk..!! Kilatan-kilatan petir merah nampak menyelimuti 'Trisula langit', dalam genggaman sang Resi. Ya, trisula di genggaman sang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 620.

    "Hmm..! Jika Resi menantangku itu lain masalah. Mari kita ke tempat yang pantas untuk bertarung..!" Slaph..! Akhirnya Elang tercubit 'per'nya, mendengar ucapan-ucapan kasar sang Resi yang menantangnya itu. Segera dia melesat mendahului, menuju lokasi yang aman, dan tak membahayakan bagi penduduk Belupang. Slaph..! Sang Resi Salwaka juga melesat menyusul Elang begitu saja. Tanpa itikad 'membayar' lebih dulu makanan dan tuak, yang telah dipesannya..! Sungguh sang Resi sesat yang memuakkan..! Sementara orang-orang diluar rumah makan hanya bisa diam terpaku. Saat mereka melihat dua sosok manusia melesat tinggi ke angkasa, dan lenyap dari pandangan mereka semua. Mereka sudah menduga, itu pastilah Pendekar Penembus Batas dan sang Kakek pembunuh itu. Namun kemana mereka..?! Tak ada seorang pun di antara mereka yang tahu. Taphh..! Elang menghentikan lesatannya, dan mendarat di tengah-tengah Lembah Tengkorak. Lembah yang dulu pernah digunakan para pendekar Tlatah Palapa, untuk menga

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 619.

    Ya, Pukulan Hampa Rasa yang dilepaskan sang Resi, memang bukanlah sembarag pukulan. Pukulan itu hanya bisa dikuasai oleh pendekar, yang telah memiliki pengendalian 'power' yang mumpuni. Karena sifatnya adalah menetapkan 'titik target' terlebih dahulu, lalu energi akan meledak seketika di titik target tersebut. Tanpa lesatan pukulan atau deru angin pukulan. Ngeri..!Fokus mata sang Resi Salwakalah, yang menjadi penanda targetnya. Bagai bom waktu yang telah di pasang di titik tertentu, sedangkan remot/energinya ada di tangan Resi Salwaka. Sementara soal tingkat power pukulan yang dilepaskan, itu tergantung kehendak pemilik pukulan itu. Gila. ! Namun tentu saja ilmu pukulan ini sulit diterapkan, pada target yang bergerak atau berlesatan. Dua rekan prajurit yang tewas itu segera membawa mayat rekan mereka keluar, dengan dibantu pemilik dan pelayan rumah makan itu. Dan seketika rumah makan itu pun menjadi heboh dan dikerumuni orang-orang. Mereka semua merasa penasaran, dan hendak me

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 618.

    Kenapa bisa..? Lalu dari mana kerajaan memperoleh anggaran untuk pembangunan wilayahnya..? Jika uangnya bukan dari pajak dan upeti..?! Ternyata jawabnya satu..! Harta di ruang penyimpanan kerajaan Palapa, dan kerajaan-kerajaan wilayah ternyata 'sangat' melimpah ruah..! Ya, sedemikian korupnya pemerintahan di masa sang Maharaja Kumbadewa. Sehingga dia menumpuk harta berlebih-lebihan, di ruang penyimpanan harta kerajaan. Bahkan hingga dibangun beberapa ruangan khusus. Untuk menampung semua harta kerajaan itu. Dan tentu saja, hal ini juga terjadi di kerajaan-kerajaan wilayah di bawahnya. Para Raja wilayah terdahulu, ternyata mereka menyimpan hasil 'perasan' mereka terhadap rakyat, di beberapa ruang penyimpanan harta khusus kerajaan. Sang Maharaja Danuthama juga memeriksa kediaman para pejabat kerajaan terdahulu. Di seluruh kerajaan wilayah Tlatah Palapa. Bahkan termasuk juga kerajaan Palapa sendiri, sebagai pusat kerajaan Tlatah Palapa. Dan hasilnya sungguh mencengangkan..! Kar

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 617.

    "Ba-baik Kakek..! Tlatah Palapa berada di seberang sungai Larungraga. Ke arah timur dari sini, Kakek akan menemui sungai deras itu. Itulah pembatas Tlatah Palapa dan Tlatah Kalpataru," ujar gugup salah seorang dari pengunjung kedai itu. Slaphh..! Resi Salwaka langsung berkelebat lenyap dari kedai itu bagaikan hantu, menuju ke arah timur dari kedai itu. 'Sial..! Tuak tak jadi dibeli, ehh mejaku malah hilang satu..! Apes nian malam ini nasibku..!' bathin sang pemilik kedai, menggerutu kesal. Namun tentu saja dia tak berkutik. Setelah melihat 'kemampuan' kakek aneh itu, yang bisa membuat mejanya menjadi serbuk hitam. Hanya dengan sebuah tepakkan tangan saja. Taph..! 'Hmm. Ini rupanya sungai Larungraga itu', bathin Resi Salwaka. Setelah dia tiba di tepi sungai yang cukup lebar, dan berarus sangat deras itu. Slapphs..! Cepat Resi Salwaka melesat terbang melintasi sungai Larungraga, dan menjejakkan kakinya di wilayah Pasir Raja yang sudah masuk Tlatah Palapa. Slaph..! Akhirnya san

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 616.

    'Prasti nama yang indah. Dan dia juga Putri seorang Raja di sana. Sepertinya kau tak salah pilih wanita disana Mas Elang. Baik, aku rela Mas menikahinya', desah bathin Nadya. "Tidak Mas Permadi. Katakan pada Mas Elang aku menyetujuinya, dan akan tetap menunggunya kembali. Sekaligus sampaikan salamku pada Prasti di sana, untuk melayani Mas Elang dengan baik," ucap Nadya tegas. Namun hati wanita terluka, siapa yang tahu..?"Baik Nadya. Tunggulah sejenak, aku akan menghubungi bathin Elang sekarang," ucap Permadi. Lalu perlahan Permadi kembali memejamkan matanya. 'Elang, saat ini aku sudah berada di rumahmu dan bertemu Nadya. Dia menyetujui pernikahanmu dengan Prasti di sana. Dan dia juga berkata akan tetap menunggumu di sini. Dia titip salam untuk Prasti, dan menunggumu membawa Prasti serta ke dimensi ini, untuk bertemu', ucap bathin Permadi pada Elang. Elang di masa silam memang tengah menunggu hasil pembicaraan Permadi, dengan istrinya itu. 'Terimakasih Permadi, aku akan berus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status