Share

Bab 355.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-10 17:54:27

"Baik Paman Patih. Elang akan berhati-hati dalam perjalanan. Elang pamit dulu Paman," ucap Elang, seraya mengangguk hormat pada sang Patih.

Slaph..!

Elang pun melesat lenyap dari hadapan Kalagama.

'Luar biasa kau Elang.! Semuda itu ilmumu sudah tak terselami lagi kedalamannya', bathin Patih Kalagama kagum.

Hari sudah menjelang malam, namun Elang masih berada dalam lebatnya hutan belantara.

Perkiraan perjalanan menuju ke Galuga memang satu hari perjalanan, jika ditempuh dengan berkuda seperti yang dikatakan sang Patih sebelum Elang berangkat tadi.

Namun Elang memang berniat berjalan santai saja. Dia masih ingin menikmati suasana alam, yang terasa sangat asri dan bersih di masa itu.

Elang terus berjalan menyusuri jalan setapak, yang menunjukkan memang jalan itu pernah dilalui orang. Elang terpaksa menerapkan 'powernya', untuk mempertajam pandangan matanya dalam gelapnya rimba belantara.

Nampak sepasang mata Elang mencorong merah bak seekor Naga. Pandangannya kini menjadi lebih t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
V4RI0
Waduh. Mangat thor. seru.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 356.

    "Tentu saja banyak kerugiannya Elang..! Jika kau bercerita pada orang banyak, tentang keberadaan kami di sini. Maka berbondong-bondong mereka akan datang ke sini, dan mencari kami untuk dimiliki..! Hingga kesakralan tempat ini pun menjadi hilang karenanya. Kau mengerti Elang..?!' sahut Ki Cakra Buana marah, seraya mengungkapkan kecemasannya. "Baiklah. Kalau begitu aku berjanji, aku tak akan menceritakan soal keberadaan kalian di wilayah ini pada orang lain..!" seru Elang berjanji, seraya bersiap untuk melesat pergi meninggalkan tiga pusaka itu. Namun ... Seth..! ... Seeth..! Ketiga pusaka itu segera melesat mengepung Elang di depan, kiri, dan kanannya. Mereka seperti sepakat, untuk menyelesaikan urusan mereka dengan Elang lebih dahulu. Sebelum melanjutkan urusan mereka nanti. 'Manusia bernama Elang..! Ratusan bahkan ribuan tahun kami mengenal yang namanya manusia. Dan selama itu pula kami telah mengetahui. Bahwa bangsa kalian adalah bangsa yang sering berdusta terhadap janjiny

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 355.

    "Baik Paman Patih. Elang akan berhati-hati dalam perjalanan. Elang pamit dulu Paman," ucap Elang, seraya mengangguk hormat pada sang Patih. Slaph..! Elang pun melesat lenyap dari hadapan Kalagama. 'Luar biasa kau Elang.! Semuda itu ilmumu sudah tak terselami lagi kedalamannya', bathin Patih Kalagama kagum. Hari sudah menjelang malam, namun Elang masih berada dalam lebatnya hutan belantara. Perkiraan perjalanan menuju ke Galuga memang satu hari perjalanan, jika ditempuh dengan berkuda seperti yang dikatakan sang Patih sebelum Elang berangkat tadi. Namun Elang memang berniat berjalan santai saja. Dia masih ingin menikmati suasana alam, yang terasa sangat asri dan bersih di masa itu. Elang terus berjalan menyusuri jalan setapak, yang menunjukkan memang jalan itu pernah dilalui orang. Elang terpaksa menerapkan 'powernya', untuk mempertajam pandangan matanya dalam gelapnya rimba belantara. Nampak sepasang mata Elang mencorong merah bak seekor Naga. Pandangannya kini menjadi lebih t

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 354.

    "Silahkan duduk Putri Ratih, Mas Elang, dan kau Patih Kalagama," ucap sang Raja tersenyum hangat, menyambut kedatangan mereka. Hati sang Raja mendadak diliputi rasa kegembiraan. Dia seolah bisa menduga, jika kembalinya patih Kalagama bersama Ratih dan Elang, pastilah membawa kabar gembira. Kabar kemenangan kerajaan Dhaka, atas pertempuran di markas pemberontak Panglima Api. Hal itu seolah sudah terbayang-bayang di benak sang Raja. "Bagaimana dengan penyerangan kita, ke markas pasukkan pemberontak di hutan Kandangmayit itu Patih Kalagama?" tanya sang Prabu tenang, setelah ketiganya telah duduk di kursi ukir kayu istana. "Berkat restu Gusti Prabu. Akhirnya kami berhasil memenangkan perang itu, dan kembali dengan selamat. Kami juga menawan dan membawa serta pasukkan pemberontak yang tersisa. Mereka berjumlah 600 orang lebih. Dan kami telah mengumpulkan mereka di alun-alun istana. Menunggu keputusan Gusti Prabu terhadap mereka," sahut patih Kalagama melaporkan. "Syukurlah Patih Kal

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 353.

    "Arrkhgs..!! Bangsat..!" jerit kesakitan bukan olah-olah menggelegar dari mulut Bhasuta. Karena sejenak dia juga merasakan sengatan aliran listrik luar biasa, yang mengaliri sekujur tubuhnya. Dan aliran listrik itu terhenti, saat kakinya yang masih normal menyentuh bumi. Makian kalap langsung terdengar dari mulutnya, namun kondisi tubuhnya sendiri kini lemas tak berdaya di atas tanah. "Hoeksh..!" Elang terdorong mundur beberapa langkah di udara, seraya memuntahkan darah segar. Dadanya terasa sesak, menahan gempuran tiga gelombang energi lawannya itu. Dia mengolah nafasnya sejenak di udara, lalu ... Seth! Taph! "Panglima Api..! Ada pertanyaan yang harus kau jawab dengan jujur. Katakan apa maksud gurumu Resi Mahapala, yang masuk ke alam masa depan..?!" seru tajam dan tegas Elang Elang langsung melesat dan mendarat di dekat sosok Bhasuta, yang kini terkapar tanpa daya. Dia langsung menanyakan hal yang membuatnya masuk ke dimensi silam itu. "Bedebah..! Kau carilah jawabnya sendiri

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 352.

    "Kami datang Panglima..!" Seth! ... Seth! Layangseta si Pedang Buntung dan Rakha si Cakar Langit, keduanya melesat di sisi kiri dan kanan Bhasuta. "Bagus Layangseta, Rakha..! Mari secepatnya kita habisi mata-mata tengik ini..! Dan kita bantai pasukkan kerajaan setelahnya!" seru Bhasuta senang. Ya, Bhasuta bisa melihat, jika Elang adalah tokoh paling berbahaya dari pasukkan kerajaan Dhaka. Elang melirik sejenak ke arah Ratih, nampak gadis itu kini tengah bertarung melawan seorang wanita pula. Dilihatnya pertarungan mereka berjalan seimbang, bahkan sepertinya Ratih berada di atas angin melawan wanita itu. Hati Elang pun menjadi agak tenang. Kini dia bisa fokus menghadapi keroyokkan tiga lawannya. Dilihatnya pintu gerbang sebelah kiri markas masih belum terbuka. Sedangkan jarak gerbang itu masih sekitar 100an langkah, dari posisinya saat itu. Segera saja Elang kerahkan sebagian 'powernya', lalu ... "Hiaahh..!" Splaattzsk..!! Elang berseru keras seraya ayunkan pukulan jarak jauh

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 351.

    "Bedebah..! Mereka pasukkan kerajaan Dhaka.! Sepertinya ada yang berkhianat dan memberitahukan lokasi markas kita! Ini pasti Nalika! Keparath!" seru murka Bhasuta, seraya menuduh Nalika sebagai pengkhianatnya. Ya, otak Bhasuta yang cerdik segera mengarahkan dugaannya pada Nalika. Karena memang hanya Nalika, satu-satunya orang diluar pasukkannya, yang mengetahui lokasi markas pasukkannya itu. Dan hal itu memang tak salah adanya..!"Bedebah..! Tahu begitu semalam kuhabisi saja dia..!" teriak Layangseta marah sekali. "Ayo, kita maju bersama..!" seru Bhasuta, seraya melesat ke arah belakang markas. Sementara nampak ratusan kuda masih berlarian kesana kemari, di dalam area markas. "SERANG..!!" Sethh..! Patih Kalagama berseru lantang, seraya mengacungkan kerisnya ke udara. Lalu dia mendahului maju bersama Nalika di sampingnya. "Hiyyaahhh....!!!" Seruan menggelegar ribuan prajurit Dhaka pun membahana, bak gelombang tsunami. Mereka berlarian menyerbu masuk, melalui celah pagar belaka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 350.

    Matahari belum sepenuhnya terbit, saat pasukkan kerajaan Dhaka tiba, di lokasi belakang markas pasukkan pemberontak. Keadaan di belakang markas itu, masih berupa rerimbunan hutan belantara yang lebat. Disebut sebagai hutan Kandangmayit. Karena memang dalam sejarahnya, hutan itu pernah menjadi tempat pertarungan antar kerajaan, antar suku, dan juga antar para pendekar. Banyak tulang belulang tengkorak berserakkan di hutan belantara itu. Hal yang dibiarkan begitu saja, dan menimbulkan rasa ngeri dan seram, bagi orang-orang untuk masuk ke hutan itu. Sehingga akhirnya lambat laun, orang-orang terbiasa menyebut hutan itu sebagai hutan 'Kandangmayit'..! Patih Kalagama segera membagi pasukannya menjadi 4 pasukkan. Sebanyak 1200 prajurit masuk dalam pasukkan utama, yang berada di belakang markas. Pasukkan itu dipimpin langsung olehnya dan Elang. Sementara sisanya dibagi menjadi 3 pasukkan, dengan masing pasukkan berkekuatan 600 prajurit. Ketiga pasukkan yang masing-masing dipimpin ole

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 349.

    "Paduka Raja. Hamba dan Nalika sudah mengamati dengan teliti, daerah sekitar markas pasukkan Panglima Api berada. Dan rasanya kita akan bisa mengatasi pasukkan mereka. Jumlah pasukan mereka sebanyak 1700 orang. Mereka juga dibantu oleh beberapa orang tokoh dari rimba persilatan. Dan celah terbaik untuk menyerang mereka, adalah dari arah belakang markas mereka paduka," Elang mengungkapkan hasil pengintaiannya, pada sang Raja beserta jajarannya. "Hmm. Kenapa harus dari belakang Elang..? Bukankah bagian belakang biasanya terpagar rapat..?" tanya sang Raja agak bingung, dengan celah penyerangan yang dikatakan Elang. "Benar Paduka Raja. Bagian belakang markas mereka memang terpagar rapat. Namun hamba akan menjebol pagar itu dengan pukulan hamba. Karena di bagian belakang markas mereka, adalah tempat mereka menambatkan ratusan kuda di sana. Kita bisa menjebol dan mengagetkan kuda-kuda itu, agar mereka berlarian panik ke tengah tengah markas. Dengan melepaskan panah api ke arah kuda, d

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 348.

    "Heii..! Siapa yang bersamamu Nalika..? Aku baru melihatnya," seru bertanya Bhasuta, dengan mata menatap tajam pada Elang. Dia bisa merasakan aura energi Elang, yang dirasanya cukup besar. Susah payah Elang menyembunyikan 'aura power'nya. Namun ternyata masih tertangkap juga oleh mata awas Bhasuta. Elang memang berhasil meredam getar energi dalam dirinya. Namun aura dasar seorang pendekar, yang memiliki power pastilah tetap nampak. Terlebih di mata orang linuwih seperti Bhasuta ini. "Ahh, dia hanya seorang pengawal pribadi yang saya bayar Panglima. Karena disaat genting ini, posisiku cukup rawan di mata pihak istana. Makanya aku harus berjaga-jaga Panglima," sahut Nalika tenang. 'Hmm. Memang masuk akal. Nalika pasti ketakutan jika rahasianya terbongkar oleh kerajaan', bathin Bhasuta, memaklumi alasan Nalika. "Baiklah Nalika. Siapa namamu anak muda?" tanya Bhasuta pada Elang. "Saya Prayoga, Tuan Panglima," sahut Elang, hanya menyebutkan nama belakangnya. "Bagus..! Bantulah Nalik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status