Share

Bab 419.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-28 20:32:44

"Uhuks..!" Elang hanya terbatuk, seraya ludahkan darah dari mulutnya.

Namun melihat kondisi Ki Bangun Tapa yang agak parah. Elang pun segera melontarkan diri ke belakang, sehingga sosoknya nampak terhempas.

Seth..! Wushh..! Gludugh, gludugh ... Braghk!

Elang beraksi seolah jatuh bergulingan, hingga sosoknya menabrak pintu gerbang padepokkan.

Sengaja tangannya menggebrak gerbang padepokkan, agar bunyi tabrakkan tubuhnya terdengar keras. Tubuh Elang terdiam agak lama, agar semua murid padepokkan mengira dirinya pingsan.

Ya, Elang berbuat begitu demi menjaga nama besar Ki Bangun Tapa, di depan mata murid-muridnya. Agar para murid menyangka, jika guru besar merekalah yang lebih unggul dibanding dirinya.

Segitunya Elang... Elang! Hehe.

Ya, semua murid-murid padepokkan akhirnya memang berpikir, seperti yang diharapkan Elang.

Namun semua 'drama' Elang itu, tentu saja tak bisa mengelabui mata 'awas' Ki Bajangkara. Ki Bajangkara hanya bisa tersenyum geli dalam hatinya.

Dan dia mengakui
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 586.

    "Baiklah Nyi Kedasih. Aku hendak melihat persiapan rekan para pendekar dulu," ucap Elang, seraya beranjak menuju ke kumpulan pasukkan para pendekar. Karena Elang melihat semua pasukkan telah berada dan mulai bersiap, di posisi mereka masing-masing. Elang berkeliling mengawasi pasukkan demi pasukkan para pendekar, di posisi mereka masing-masing. Dan Elang merasa puas, karena semuanya telah dalam posisi siap tempur. Untuk menyambut datangnya serbuan pasukkan musuh. "Mas Yoga..!" suara yang sangat dikenalnya memanggil. "Ya, Prasti," sahut Elang, seraya menoleh ke arah suara gadis itu, yang kini sedang menghampirinya. "Mas Yoga, Eyang Guru, dan poro Sepuh lainnya menunggumu di bawah pohon beringin itu," ucap Prasti, seraya menunjuk ke arah pohon beringin besar, yang ada di sisi alun-alun kerajaan. "Baik aku ke sana sekarang Prasti," sahut Elang tersenyum, seraya bergegas menuju ke arah pohon beringin besar itu. "Aku ikut mas Yoga. Di sana juga berkumpul para pendekar utama, yang a

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 585.

    Balon-balon itu akan pecah memercikkan cairan penggatalnya, jika menumbuk perisai atau pun tubuh musuh. Cukup mengerikkan, membayangkan pasukkan musuh akan sibuk menggaruk wajah, atau bagian tubuh yang terpercik cairan penggatal itu. Maka kewaspadaan dan barisan musuh akan buyar dan pecah. Hingga bisa dihabisi dengan mudah, selagi mereka asik menggaruk tubuh mereka. Hehe, ada-ada saja akal si Elang itu.!Elang bersama para pendekar utama serta poro sepuh. Mereka kembali melakukan 'hening', setelah semua posisi pasukkan para pendekar telah berada di tempatnya. Mereka merasa harus mempersiapkan 'power' puncak mereka Untuk bersiap perang esok hari. *** Sementara itu saat fajar menjelan. Kesibukkan luar biasa tengah terjadi, di wilayah Galuga dan Shaba, yang telah dikuasai pasukkan Tlatah gabungan Palapa, Saradwipa dan Dewata. Nampak puluhan ribu pasukkan tengah bersiap masuk dalam barisan pasukkan, yang berbaris dalam bentuk lapis demi lapis, yang saling menutup rapat. Barisan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 584.

    "Nadya, ada yang lupa kuberitahukan padamu. Soal selisih waktu dimensi itu dengan dimensi kita di sini. Karena waktu sehari di sini, sama dengan 1 tahun waktu di sana Nadya. Andaikan Elang berada di sana 50 tahun, itu berarti di sini hanyalah 50 hari saja Nadya. Semoga saja tak sampai 1 bulan, Elang sudah berhasil menyelamatkan tlatah Kalpataru. Dan bisa kembali ke masa kini," ucap Permadi menjelaskan. "Ahh..! Sebegitu jauhkah perbedaan waktu antara dimensi kita, dengan dimensi itu..?!" seru Nadya terkejut bukan main. "Benar Nadya." "Baiklah Mas Permadi. Katakan pada suamiku, aku akan menunggunya sampai kapanpun itu..!" ucap Nadya serak, namun penuh kemantapqn hati. *** Dan malam itu pun terasa hening dan lengang di Kalpataru. Sebagian besar rakyat Kalpataru tidur lebih awal malam itu. Setelah siang tadi mereka berkumpul di alun-alun kerajaan Dhaka, untuk antri mengambil senjata perang mereka. Sementara Elang bersama poro Sepuh, serta para Panglima kerajaan. Dia baru saja usa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 583.

    Klekh..! Pintu mobil pagero dibukanya, dan Nadya mencari-cari di sekitar area tape mobil di sana. Dan saat dirinya agak menunduk, mata Nadya tak sengaja melirik ke arah bawah belakang mobil dan ... 'Hahh..?! Bukankah itu koper Mas Elang..?!' seru kaget bathinnya. Nadya ingat betul, karena baru kemarin dia yang menyiapkan koper itu, sebelum Elang pamit padanya. Segera diambil dan dibawanya koper itu ke kamarnya, lalu dibukanya koper itu di dalam kamar. 'Ahh..! Ternyata benar, ini koper yang kemarin kusiapkan untuk Mas Elang..!' sentak bathinnya. Karena semua pakaian dan perlengkapan suaminya juga masih utuh, berada di dalam koper itu. 'Pasti ada yang disembunyikan Mas Elang terhadapku', bathin Nadya agak sedih dan kecewa. Dia merasa Elang tak terbuka padanya. Teringat sesuatu, dia segera beranjak meraih ponselnya. Dicarinya kontak seseorang di sana, lalu ... Tuttt..! Tuutt..!Klik..! "Ya halo Nadya," sapa suara seorang pria disana. "Mas Permadi. Bisakah kita bertemu hari in

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 582.

    Pagi hari di alun-alun kerajaan Dhaka telah ramai dan sesak dengan rakyat Kalpataru. Mereka semua tengah antri, untuk mendapatkan perlengkapan senjata perang dari pihak kerajaan. Secara jumlah, kini pasukkan Tlatah Kalpataru memiliki pasukkan prajurit sekitar 13 ribu orang lebih, pasukkan para pendekar sekitar 1700 orang, dan ditambah pasukkan rakyat yang ikut berperang sebanyak 5 ribu orang lebih. Terkumpul sudah sekitar 20 ribuan orang pasukkan di Tlatah Kalpataru. Semuanya telah siap berperang melawan pasukkan gabungan Tlatah Palapa. Sementara total pasukkan Tlatah Palapa berjumlah 47 ribu orang lebih. Sungguh jumlah yang sangat tak seimbang..! Dan lagi ke 47 ribu pasukkan Tlatah Palapa itu, semuanya adalah para prajurit dan pendekar, yang benar-benar siap tempur. Elang masih duduk bersila melakukan hening di puncak bukit Karang Waja. Dia memang sudah melakukan hening sejak fajar belum lagi menyingsing di sana. Nampak Elang tak sendiri di sana. Karena di sekitar bukit Karang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 581.

    "Siapp..!! Paduka Maharaja Yang Mulia..!!" seru mereka semuanya patuh. Rasa respek dan kebanggaan mereka semua terhadap sang Maharaja Mahendra semakin melambung ke titik tertinggi. 'Kaulah pemimpin terbaik kami sang Maharaja Mahendra..!' seru bathin mereka. "Ayahanda Prabu, ijinkanlah Ratih, Nilam, Arum, Sri, dan Citra, untuk ikut bergabung dengan pasukan para pendekar tlatah Kalpataru," ucap Ratih Kencana. Dia mewakili semua putri-putri Raja wilayah di Tlatah Kalpataru. Para putri Raja yang cantik itu semuanya berdiri menunduk di belakang putri Ratih Kencana, yang sedang menghadap sang Maharaja. "Baiklah Putriku dan kalian semuanya. Mulai saat ini, kalian semua kuijinkan bergabung dengan pasukan para pendekar..!" ucap tegas sang Maharaja mengijinkan. "Terimakasih Ayahanda Prabu." "Terimakasih Paduka Yang Mulia..!" ucap para putri Raja wilayah di belakang Ratih. "Mas Elang..!" seru seorang wanita, yang berjalan cepat mendekati Elang. "Ohh, kau Cendani. Bagaimana kabarmu..?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status