Share

Bab 420.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-29 09:08:25

"Ahh..!" Gusrakkh..! Byuurrs..!

Surapati terpeleset di tebing licin, yang dindingnya ditumbuhi tanaman merambat menjuntai lebat, menutupi mulut sebuah gua.

Surapati berseru kaget dan tergelincir masuk ke dalam gua itu, dan tercebur masuk ke sebuah telaga dangkal di dalam gua itu.

"Hah..?! Di mana aku..?!" seru Surapati terkejut.

Dia segera bangkit dari telaga itu dan mendapati, bahwa kedalaman telaga itu hanya setinggi lutut kakinya saja.

Surapati menelusuri keadaan dalam gua yang gelap itu, dengan pandangan matanya.

Ternyata luberan air dari telaga dalam gua itulah, yang membuat mulut gua ini menjadi sangat licin.

Karena air luberan dari dalam telaga itu mengalir, hingga merembesi tebing jurang di depan mulut gua. Tempat Surapati tadi terpeleset.

Dan Surapati yakin, Kedasih pun tak tahu soal gua yang ditemukannya dengan tak sengaja ini.

Karena dari luar, mulut gua ini sama sekali tak terlihat. Tertutup oleh rimbunnya tanaman merambat, yang menjuntai dari atas mulut gua.

Per
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 589.

    Inilah yang menjadikan kejadian 'heboh' di dalam pasukkan musuh itu. Karena percikkan itu berhasil mengenai tangan, wajah, leher, dan bahkan mata mereka. Karuan saja hal itu mengakibatkan formasi pasukkan tlatah gabungan agak berantakkan, di beberapa lokasi. Hal yang sungguh merepotkan. Praths..! Sepercik cairan penggatal mengenai lengan Surapati. "Akhssghs..!" Byarrsh..! Surapati segera kerahkan energi hawa nerakanya. Seketika rasa gatal menyengat di lengannya pun lenyap terbakar. "Bedebah..!! Mereka mengikatkan anak panah dengan cairan penggatal..!" sentak Surapati Murka. "PASUKKAN PENGGEDOR GERBANG..!! MAJUUU..!!!" seru lantang Surapati. Dia memerintahkan pasukkan pembawa gelondongan batang pohon, untuk mendobrak pintu gerbang Kotaraja Dhaka. Ya, warna merah darah kini menyelimuti wilayah kotaraja Dhaka dan sekitarnya. Lokasi yang menjadi ajang medan perang besar, antara pasukkan Tlatah Kalpataru dan pasukkan gabungan Tiga Tlatah yang mengepungnya. Sungguh sebuah perang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 588.

    "WAHAI KALIAN PASUKKAN KALPATARU..!! KALIAN MENYERAH SAJALAH BAIK-BAIK..! MAKA KAMI AKAN MENGAMPUNI NYAWA KALIAN..!! BIARKAN KAMI MENGUASAI ISTANA DHAKA DAN KALPATARU DENGAN DAMA..!! MAKA KALIAN SEMUA AKAN SELAMAT DARI KEMUSNAHAN, OLEH PASUKKAN BESAR KAMI..!!" seru Surapati lantang, suaranya sampai menembus benteng Kotaraja Dhaka. Dengan mengerahkan 'power' bathinnya, Elang pun menjawab seruan Surapati. "HAI PASUKKAN TAK DIUNDANG..!! SIAPA SURUH KALIAN DATANG MENANTANG..! KEDATANGAN KALIAN HANYA MENEBARKAN ANGKARA DAN KESERAKAHAN..!! MAKA KALIAN AKAN ROBOH SEMUANYA DISINI..!! ROBOHLAH..!!!" Suara lantang Elang ditujukan pada pasukkan musuh. Suara yang dilambari 'power sugesti bathinnya' itu, berhasil menggetarkan telinga pasukkan musuh. Gelombang getar sugesti Elang merasuk, dan menggedor dada serta nyali para pasukkan musuh. Terutama musuh yang berada di barisan terdepan, hingga beberapa baris di belakangnya. Dan tepat setelah Elang menyelesaikan seruan lantangnya. Brughk..

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 587.

    Pasukkan gabungan tiga tlatah bergerak leluasa tanpa halangan berarti. Karena memang kekuatan pasukkan Tlatah Kalpataru, semuanya terpusat di kotaraja Dhaka. Ada beberapa jebakkan yang sempat dipasang oleh prajurit Kalpataru, atas inisiatif para panglima perang Kalpataru. Namun semua jebakkan itu hanya menimbulkan puluhan korban sejauh ini. Kurang efektif! Sementara dari arah Galuga, juga telah berangkat pasukkan Tlatah Palapa yang dipimpin oleh Surapati dan Kebo Sena. Sama halnya dengan pasukkan sekutu mereka yang berangkat dari Shaba. Pasukkan yang dipimpin oleh Surapati dan Kebo Sena itu juga berangkat, saat Fajar menyingsing. Akhirnya pada saat yang hampir bersamaan, kedua pasukkan Tlatah Palapa itu pun bertemu. Di persimpangan batas tiga wilayah itu. Kini seluruh pasukkan tiga tlatah itu telah bergabung dan bersatu, dalam derap bergemuruh langkah armada perang raksasa, menuju ke arah kotaraja Dhaka. Hati semua orang yang berada dalam pasukkan itu membengkak angkuh. Mereka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 586.

    "Baiklah Nyi Kedasih. Aku hendak melihat persiapan rekan para pendekar dulu," ucap Elang, seraya beranjak menuju ke kumpulan pasukkan para pendekar. Karena Elang melihat semua pasukkan telah berada dan mulai bersiap, di posisi mereka masing-masing. Elang berkeliling mengawasi pasukkan demi pasukkan para pendekar, di posisi mereka masing-masing. Dan Elang merasa puas, karena semuanya telah dalam posisi siap tempur. Untuk menyambut datangnya serbuan pasukkan musuh. "Mas Yoga..!" suara yang sangat dikenalnya memanggil. "Ya, Prasti," sahut Elang, seraya menoleh ke arah suara gadis itu, yang kini sedang menghampirinya. "Mas Yoga, Eyang Guru, dan poro Sepuh lainnya menunggumu di bawah pohon beringin itu," ucap Prasti, seraya menunjuk ke arah pohon beringin besar, yang ada di sisi alun-alun kerajaan. "Baik aku ke sana sekarang Prasti," sahut Elang tersenyum, seraya bergegas menuju ke arah pohon beringin besar itu. "Aku ikut mas Yoga. Di sana juga berkumpul para pendekar utama, yang a

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 585.

    Balon-balon itu akan pecah memercikkan cairan penggatalnya, jika menumbuk perisai atau pun tubuh musuh. Cukup mengerikkan, membayangkan pasukkan musuh akan sibuk menggaruk wajah, atau bagian tubuh yang terpercik cairan penggatal itu. Maka kewaspadaan dan barisan musuh akan buyar dan pecah. Hingga bisa dihabisi dengan mudah, selagi mereka asik menggaruk tubuh mereka. Hehe, ada-ada saja akal si Elang itu.!Elang bersama para pendekar utama serta poro sepuh. Mereka kembali melakukan 'hening', setelah semua posisi pasukkan para pendekar telah berada di tempatnya. Mereka merasa harus mempersiapkan 'power' puncak mereka Untuk bersiap perang esok hari. *** Sementara itu saat fajar menjelan. Kesibukkan luar biasa tengah terjadi, di wilayah Galuga dan Shaba, yang telah dikuasai pasukkan Tlatah gabungan Palapa, Saradwipa dan Dewata. Nampak puluhan ribu pasukkan tengah bersiap masuk dalam barisan pasukkan, yang berbaris dalam bentuk lapis demi lapis, yang saling menutup rapat. Barisan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 584.

    "Nadya, ada yang lupa kuberitahukan padamu. Soal selisih waktu dimensi itu dengan dimensi kita di sini. Karena waktu sehari di sini, sama dengan 1 tahun waktu di sana Nadya. Andaikan Elang berada di sana 50 tahun, itu berarti di sini hanyalah 50 hari saja Nadya. Semoga saja tak sampai 1 bulan, Elang sudah berhasil menyelamatkan tlatah Kalpataru. Dan bisa kembali ke masa kini," ucap Permadi menjelaskan. "Ahh..! Sebegitu jauhkah perbedaan waktu antara dimensi kita, dengan dimensi itu..?!" seru Nadya terkejut bukan main. "Benar Nadya." "Baiklah Mas Permadi. Katakan pada suamiku, aku akan menunggunya sampai kapanpun itu..!" ucap Nadya serak, namun penuh kemantapqn hati. *** Dan malam itu pun terasa hening dan lengang di Kalpataru. Sebagian besar rakyat Kalpataru tidur lebih awal malam itu. Setelah siang tadi mereka berkumpul di alun-alun kerajaan Dhaka, untuk antri mengambil senjata perang mereka. Sementara Elang bersama poro Sepuh, serta para Panglima kerajaan. Dia baru saja usa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status