Share

Bab 422.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-29 18:47:52

"Bedebah..! Berarti sudah 200 tahun lebih, aku terbelenggu di guaku sendiri ini..! Indra Prayoga keparat!

Sekarang keturunanmu yang harus membayar, dan menanggung akibatnya..!" sang Sepuh berseru keras menggetarkan gua.

Hatinya serasa berkobar dipenuhi dendam kesumat, terhadap Indra Prayoga dan keturunannya.

Surapati sampai mengkeret gentar, saat kembali melihat sepasang mata sang Sepuh yang berkobar-kobar. Bagaikan bola api jelaga di tengah matanya itu.

"Eyang Sepuh, sesungguhnya siapakah Eyang Sepuh ini..? Dengan kesaktian Eyang Sepuh, apakah Eyang tak bisa melepaskan diri, dari belenggu itu..?" tanya Surapati hati-hati.

Karena Surapati merasa, jika besi yang membelenggu sang sepuh itu hanyalah besi biasa. Mustahil sang sepuh tak bisa melepaskan diri.

'Pasti ada hal yang luar biasa dalam hal ini', bathin Surapati menyimpulkan.

"Hahahaa..! Murid cerdas..! Ketahuilah..! Namaku adalah Salsapala, sang 'Rajawali Neraka'..!

Besi hitam yang dipakai membelengguku ini bernama 'Beleng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
semangat mas elang,,, semakin seru ini kisah surapati jg bny bajingan sepuh muncul lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 591

    Blaammppshkk..!!! Blaarrghkss...!!! Terdengar dua kali dentuman dahsyat di bawah sana. Bagaikan bunyi mengelegar dua buah bom yang meledak. Grrghk... grghh.. grrgghk..!!! Ledakkan yang seketika menggetarkan, menembus, dan mengguncang bumi di kedalaman sana. "AArrggkksshhh ... rrghhsskkk...!!!" Tampak sebagian pasukkan Tlatah gabungan di bawah sana ambyar dan porak poranda. Akibat terhantam dua pukulan jarak jauh dari angkasa, yang dilepaskan Elang. "Awass..! Pukulan dari langit..!!" seru para Senopati pasukkan Tlatah Palapa memperingatkan. Nampak bumi amblas melesak, di tengah lokasi pasukkan Tlatah Palapa. Dua buah lubang besar cekung dengan diameter 10 meteran, terpampang jelas di depan mata mereka. Ratusan rekan prajurit pasukkan mereka juga terkapar berserakkan, dengan nyawa sudah meninggalkan jasadnya. Bahkan tak sedikit, bagian tubuh dari para prajurit yang tewas itu terpisah dari badannya. Sungguh dahsyat dan mengerikkan..! Poro Sepuh dan para pendekar Kalpataru, yang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 590.

    'Jelas sekali selisih energiku terpaut agak jauh di bawahnya..! Bedebah..!' maki marah bathin Surapati. Dia seperti tak terima atas kekalahan 'power' 300 tahunnya dengan Elang. Dan di bawah sana, hiruk pikuk suara peperangan di sekitar kotaraja Dhaka terhenti seketika. Ya, hampir semua mata kedua kubu di tengah peperangan itu menatap ke arah langit, yang tiba-tiba berubah warna menjadi keemasan. Dahsyat..! "Langit berubah warna..!!" "Gilaa..!!" "Siapa itu yang berkilau keemasan..!" "Sungguh menyilaukan..!" "Dewa langit datang..!" "SERANGG..!!!" seru lantang sang Maharaja Mahendra, memberi aba-aba menyerang bagi pasukkan Kalpataru, yang keluar dari belakang kotaraja tadi. Ya, sang Maharaja merasa itu adalah saat yang tepat untuk menyerang. Di tengah keterkejutan pasukkan musuhnya itu. Dan Maharaja juga telah melihat pasukkannya itu, yang telah berada di belakang pasukkan musuh. HUUOONKKK ... NNNKHHH..!! Suara terompet isyarat menyerang pun digaungkan, oleh Patih Kalagama y

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 589.

    Inilah yang menjadikan kejadian 'heboh' di dalam pasukkan musuh itu. Karena percikkan itu berhasil mengenai tangan, wajah, leher, dan bahkan mata mereka. Karuan saja hal itu mengakibatkan formasi pasukkan tlatah gabungan agak berantakkan, di beberapa lokasi. Hal yang sungguh merepotkan. Praths..! Sepercik cairan penggatal mengenai lengan Surapati. "Akhssghs..!" Byarrsh..! Surapati segera kerahkan energi hawa nerakanya. Seketika rasa gatal menyengat di lengannya pun lenyap terbakar. "Bedebah..!! Mereka mengikatkan anak panah dengan cairan penggatal..!" sentak Surapati Murka. "PASUKKAN PENGGEDOR GERBANG..!! MAJUUU..!!!" seru lantang Surapati. Dia memerintahkan pasukkan pembawa gelondongan batang pohon, untuk mendobrak pintu gerbang Kotaraja Dhaka. Ya, warna merah darah kini menyelimuti wilayah kotaraja Dhaka dan sekitarnya. Lokasi yang menjadi ajang medan perang besar, antara pasukkan Tlatah Kalpataru dan pasukkan gabungan Tiga Tlatah yang mengepungnya. Sungguh sebuah perang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 588.

    "WAHAI KALIAN PASUKKAN KALPATARU..!! KALIAN MENYERAH SAJALAH BAIK-BAIK..! MAKA KAMI AKAN MENGAMPUNI NYAWA KALIAN..!! BIARKAN KAMI MENGUASAI ISTANA DHAKA DAN KALPATARU DENGAN DAMA..!! MAKA KALIAN SEMUA AKAN SELAMAT DARI KEMUSNAHAN, OLEH PASUKKAN BESAR KAMI..!!" seru Surapati lantang, suaranya sampai menembus benteng Kotaraja Dhaka. Dengan mengerahkan 'power' bathinnya, Elang pun menjawab seruan Surapati. "HAI PASUKKAN TAK DIUNDANG..!! SIAPA SURUH KALIAN DATANG MENANTANG..! KEDATANGAN KALIAN HANYA MENEBARKAN ANGKARA DAN KESERAKAHAN..!! MAKA KALIAN AKAN ROBOH SEMUANYA DISINI..!! ROBOHLAH..!!!" Suara lantang Elang ditujukan pada pasukkan musuh. Suara yang dilambari 'power sugesti bathinnya' itu, berhasil menggetarkan telinga pasukkan musuh. Gelombang getar sugesti Elang merasuk, dan menggedor dada serta nyali para pasukkan musuh. Terutama musuh yang berada di barisan terdepan, hingga beberapa baris di belakangnya. Dan tepat setelah Elang menyelesaikan seruan lantangnya. Brughk..

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 587.

    Pasukkan gabungan tiga tlatah bergerak leluasa tanpa halangan berarti. Karena memang kekuatan pasukkan Tlatah Kalpataru, semuanya terpusat di kotaraja Dhaka. Ada beberapa jebakkan yang sempat dipasang oleh prajurit Kalpataru, atas inisiatif para panglima perang Kalpataru. Namun semua jebakkan itu hanya menimbulkan puluhan korban sejauh ini. Kurang efektif! Sementara dari arah Galuga, juga telah berangkat pasukkan Tlatah Palapa yang dipimpin oleh Surapati dan Kebo Sena. Sama halnya dengan pasukkan sekutu mereka yang berangkat dari Shaba. Pasukkan yang dipimpin oleh Surapati dan Kebo Sena itu juga berangkat, saat Fajar menyingsing. Akhirnya pada saat yang hampir bersamaan, kedua pasukkan Tlatah Palapa itu pun bertemu. Di persimpangan batas tiga wilayah itu. Kini seluruh pasukkan tiga tlatah itu telah bergabung dan bersatu, dalam derap bergemuruh langkah armada perang raksasa, menuju ke arah kotaraja Dhaka. Hati semua orang yang berada dalam pasukkan itu membengkak angkuh. Mereka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 586.

    "Baiklah Nyi Kedasih. Aku hendak melihat persiapan rekan para pendekar dulu," ucap Elang, seraya beranjak menuju ke kumpulan pasukkan para pendekar. Karena Elang melihat semua pasukkan telah berada dan mulai bersiap, di posisi mereka masing-masing. Elang berkeliling mengawasi pasukkan demi pasukkan para pendekar, di posisi mereka masing-masing. Dan Elang merasa puas, karena semuanya telah dalam posisi siap tempur. Untuk menyambut datangnya serbuan pasukkan musuh. "Mas Yoga..!" suara yang sangat dikenalnya memanggil. "Ya, Prasti," sahut Elang, seraya menoleh ke arah suara gadis itu, yang kini sedang menghampirinya. "Mas Yoga, Eyang Guru, dan poro Sepuh lainnya menunggumu di bawah pohon beringin itu," ucap Prasti, seraya menunjuk ke arah pohon beringin besar, yang ada di sisi alun-alun kerajaan. "Baik aku ke sana sekarang Prasti," sahut Elang tersenyum, seraya bergegas menuju ke arah pohon beringin besar itu. "Aku ikut mas Yoga. Di sana juga berkumpul para pendekar utama, yang a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status