Share

Bab 501.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-06-18 14:35:17

"Salam Eyang Paminggir," sapa Elang, seraya mencium tangan eyang Paminggir, yang duduk bersila di atas awan dengan senyum teduhnya.

Lalu Elang pun ikut duduk di atas awan itu menghadap Eyang Paminggir.

"Salam Elang. Ada hal penting yang hendak eyang sampaikan padamu. Dan ada juga hal yang harus kau pelajari, jika kau memilih jalan menetap Elang," ujar Eyang Paminggir.

"Maaf Eyang Paminggir, Elang tak mengerti maksud ucapan Eyang," sahut Elang terus terang.

"Elang ketahuilah. 'Langit' berkata akan menutup 'gerbang dimensi' yang terbuka, di atas Bukit Karang Waja. Dalam waktu sebulan lagi dari sekarang.

Maka kauputuskanlah dengan bijak pilihanmu Elang. Kau akan menetap di dimensi ini, ataukah kau ingin kembali ke dimensimu di masa depan sana," ujar Eyang Paminggir, yang kini tak nampak dalam pandangan Elang.

Ya, moksanya yang hampir 'sampai', memang membuat sosok Eyang Paminggir sekarang lama sekali menghilang. Dan hanya sekejap saja dia muncul kembali.

Elang bagai sedang berbica
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
oh mas elang bersihkan dulu namamu di tlatah kalpataru, km pasti bisa kuasai ilmu semesta semngat mas elang tak doakan dr papua ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 502.

    Slaph..! Elang kembali melesat ke bawah, dimana Sandi telah menunggu agak lama di sana. Taph..! "Maaf agak lama menunggu Sandi," ucap Elang, seraya tersenyum pada Sandi. Walau kini sebuah 'beban pilihan berat', tengah membebani hati dan pikiran Elang. "Tak apa Mas Prayoga," sahut Sandi tersenyum maklum. *** Kerajaan Belupang siang itu tengah mendapat kunjungan tamu luar biasa. Karena telah tiba dua orang tamu istimewa di istana itu. Siapa lagi tamu itu jika bukan Eyang Wilapasara dan Prasti. Tentu saja selain Pangeran Danithama, pihak istana belum mengetahui. Jika Prasti adalah putri pangeran Danuthama, yang telah puluhan tahun menghilang di hutan Shaba. Pangeran Danuthama memang sejak kemarin, telah kembali tinggal di kamar khusus istana. Dia telah menunggu kedatangan Eyang Wilapasara dan putri tersayangnya itu. Tentu dia saja merasa bahagia bukan main saat itu. Diciumnya tangan Eyang Wilapasara, dan dipeluknya Prasti, seolah tak akan dilepaskan lagi. Banjir airmata seketi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 501.

    "Salam Eyang Paminggir," sapa Elang, seraya mencium tangan eyang Paminggir, yang duduk bersila di atas awan dengan senyum teduhnya. Lalu Elang pun ikut duduk di atas awan itu menghadap Eyang Paminggir. "Salam Elang. Ada hal penting yang hendak eyang sampaikan padamu. Dan ada juga hal yang harus kau pelajari, jika kau memilih jalan menetap Elang," ujar Eyang Paminggir. "Maaf Eyang Paminggir, Elang tak mengerti maksud ucapan Eyang," sahut Elang terus terang. "Elang ketahuilah. 'Langit' berkata akan menutup 'gerbang dimensi' yang terbuka, di atas Bukit Karang Waja. Dalam waktu sebulan lagi dari sekarang. Maka kauputuskanlah dengan bijak pilihanmu Elang. Kau akan menetap di dimensi ini, ataukah kau ingin kembali ke dimensimu di masa depan sana," ujar Eyang Paminggir, yang kini tak nampak dalam pandangan Elang. Ya, moksanya yang hampir 'sampai', memang membuat sosok Eyang Paminggir sekarang lama sekali menghilang. Dan hanya sekejap saja dia muncul kembali. Elang bagai sedang berbica

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 500.

    "Hah..?! Da-dalem Eyang Guru..?! Apakah Prasti tak salah dengar..?!" seru Prasti terkejut, mendengar ucapan eyang Wilapasara. Seketika dia menghentikan kegiatannya memilah-milah pakaian, yang hendak dicucinya di sungai. "Benar Prasti. Kita akan ke Tlatah Palapa hari ini," ujar Eyang Wilapasara tenang, mengulang ucapannya. "Ahh..! Baik eyang Guru..! Tapi sebenarnya ada hal apakah..? Mengapa tiba-tiba Eyang hendak ke Tlatah Palapa..?" seru gembira Prasti. Di benak Prasti otomatis berkelebat bayangan Elang saat itu juga. Namun dia juga bertanya penasaran, pada Eyang Gurunya itu. "Kita akan menemui Ayah kandungmu di sana Prasti," sahut tenang Eyang Wilapasara. Senyum haru seketika terlukis di wajahnya. "A-apa..?! A-ayah Prasti..! Eyang guru maksudkan, Ayah kandung Prasti masih ada..?!" sungguh bagai geledek di siang bolong bagi Prasti. Di saat mendengar jawaban dari Eyang Gurunya itu. Matanya terbelalak dengan wajah penuh keterkejutan, tangannya yang masih memegang pakaian nampak b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 499.

    "Resi Mahapala..! Untuk sementara waktu kau latih dan tingkatkanlah, kemampuan para Senopati dan Kepala Pasukkan kerajaan Palapa ini. Kita memiliki waktu 4 bulan, untuk mempersiapkan serangan besar ke tlatah Kalpataru..! Aku akan melihat perkembangan kemampuan mereka, setelah urusanku di Serikat Mata Dewa selesai..!" "Baik Panglima Besar Surapati, aku akan meningkatkan kemampuan mereka semua..!" seru patuh sang Resi. Tetap saja ada rasa nyeri dihati sang Resi. Karena kini dia berada di bawah komando bekas muridnya itu. "Maha Patih Giri Cakra..! Kau perintahkanlah pada 4 Patih di kerajaan wilayah di tlatah Palapa. Agar mereka menggembleng para prajurit mereka. Untuk dipersiapkan maju berperang serentak, bersama pasukkan kerajaan Palapa pada waktunya nanti..!" "Siap Panglima Besar..! Aku akan segera maklumatkan perintah Panglima Besar, pada keempat Patih kerajaan wilayah di tlatah Palapa!" sahut sang Patih bersemangat. Ya, dia mulai mengagumi sepak terjang Surapati, yang memilik

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 498.

    "Adik ini siapakah..? Mas Elang tak pernah datang ke sini lagi, sejak terakhir dia berpamitan pada Ibu malam itu," tanya Bu Laras, seraya menjelaskan pada Kirani. "Sa-saya Kirani. Sahabat Mas Elang, Bu," sahut Kirani tergagap. "Wahh..! Kalau Dik Kirani sahabat Mas Elang. Tinggallah saja Dik Kirani sementara waktu di sini. Daan tak perlu Dik Kirani membayar makanan tadi," ucap Bu Laras terkejut. Sikapnya seketika menjadi lebih ramah lagi, terhadap Kirani. "Ahh..! T-tidak Ibu. Te-terimakasih atas tawaran baik Ibu. Tapi ada hal penting yang harus saya lakukan. Kirani permisi Bu." Slaph..! Kirani pun gugup menolak, dia langsung berkelebat lenyap dari warung makan bu Laras. Demikianlah, hingga saat ini pun Kirani masih belum menemukan jejak Elang. Pemuda yang diam-diam telah merampas hatinya itu. Dan harapan terakhirnya adalah, dia bisa menemukan Elang, di tengah pertemuan para pendekar di Lembah Tengkorak dua hari mendatang. Ya, hanya itu harapan terbesar Kirani saat itu. "Hey li

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 497.

    "Apakah Prasti yang Pangeran cari itu, memakai kalung emas berbentuk bintang..?" tanya Elang lagi. Karena Prasti pernah menunjukkan kalung emas itu pada Elang. Dan Prasti mengatakan jika kalung itu adalah benda yang sudah dipakainya, saat dia ditemukan oleh Eyang Wilapasara di hutan Shaba. "D-demi Hyang Widhi..! Ya..! Dia benar-benar Prasti putriku yang hilang itu Prayoga..! Aku sendiri yang memesan kalung berbentuk bintang itu pada tukang emas istana..! Di-dimana dia sekarang Prayoga..?! Katakanlah padaku..!" tubuh Pangeran Danuthama seketika bergetar, penuh emosi jiwa. Pada saat Elang mengatakan soal kalung emas berbentuk bintang, yang selalu dipakai Prasti. Hilang sudah pertahanan hati sang Pangeran, suaranya serak dengan mata beriak membasah. Saat ia berseru pada Elang. "Tuan Pangeran. Saat ini putri Prasti berada di tempat yang aman, di lembah Marabunta bersama Eyang Wilapasara. Eyang Wilapasaralah yang telah mengangkat Prasti, menjadi muridnya sejak kecil," sahut Elang m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status