Share

Bab 549.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-07-01 18:12:20

"Hiaahh..!" Byaarshk..! Scraatzsh..!!

Surapati pun berseru keras, saat melihat datangnya serangan dari Bogananta.

Aji 'Rajawali Bentur Bumi' segera diterapkannya. Kedua tangannya langsung membentuk cakar, yang seketika telah diselubungi gumpalan kobaran api hitam pekat.

Dia kerahkan 55% powernya yang tersisa saat itu. Akibat energinya yang terkuras, dalam pertarungannya melawan Resi Narayaka. Dan ...

Khraa - Blaarrghks..!!!

Benturan dahsyat kedua pukulan terjadi. Udara sekitar kembali meledak pecah, menebarkan gelombang hempasan hawa pukulan ke segala arah.

Spyaarsshk..!! Weersshk..!!

Asap hitam pekat mengepul, di sekeliling area benturan dua pukulan dahsyat itu.

"Huughs..! Cuhh..!" kembali mulut Surapati mengalirkan darah, akibat getaran keras energi dalam dadanya.

Segera diludahkannya darah yang menggumpal di tenggorokkannya itu. Lalu dia pun langsung bersila dalam posisi melayang. Mengatur nafas dan olah hawa murni dalam dirinya.

"Haarghks..!" Wushhh..!

Bogananta langsun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
hiiiii Surapati ini bajingan tengikkkkkkkkkk mau tak pisui ae
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 628.

    "Ahh..! Sudahlah Ki Naga Merah. Nyatanya aku memang belum berbuat apapun, untuk negeri 'Selaksa Naga' ini," ucap Elang jujur apa adanya. Akhirnya mereka berdua beranjak, menuju ke ruang makan di istana itu. Seminggu kemudian di dimensi Selaksa Naga. Elang kembali berniat melakukan hening di air terjun Naga Moksa. Setelah dia merasa kebugaran dan powernya telah kembali 100 persen. Aura keemasan seperti sudah menyatu dengan Elang saat itu. Walau dia tak mengerahkan power sedikit pun. Bahkan orang awam akan bisa dengan mudah melihat, aura cahaya emas yang menyelimuti sosok Elang. Ya, sepertinya 'power' semesta Elang sudah pada taraf sempurna sekali saat itu. Power yang sudah menyatu dalam diam dan geraknya, dalam tidur dan terjaganya. Sungguh mengagumkan, namun juga sangat mengerikkan, bagi pihak yang menjadikan Elang sebagai musuhnya. Elang memulai heningnya sejak senja menjelang. Seperti biasanya ruang Naga Moksa dibalik air terjun itu seketika diterangi oleh cahaya keemasan,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 627.

    'Ahh! Kenapa aku bisa menjadi lemas dan lemah seperti ini. ?!' seru bathin Elang, kaget bukan main. 'Baiklah. Sebaiknya aku kembali saja ke istana Selaksa Naga sekarang, dan beristirahat di sana', ujar bathinnya. Slaph..! Wushh ... Brughk..! "Ahhhsk..!" Elang ambruk dan berseru kaget tak percaya. Karena saat dia melesat mengerahkan aji 'Pintas Bumi'nya, Elang bagai kehilangan daya lesatnya. Pandangan Elang seketika mengabur, lalu semakin samar memutih. Elang merasa tengah berada di batas kesadarannya saat itu. "K-ki Naga Merah ... Blugh..! Elang sempat berseru lirih, saat akhirnya kepalanya terkulai jatuh ke tanah. Pingsan..!*** Sementara di dunia masa kini. Kedua orangtua Nadya sedang berkunjung ke rumah putrinya itu. Ya, setelah putrinya menikah, Bambang dan Sundari memang belum pernah berkunjung ke rumah putri kesayangan mereka itu. "Lho, suamimu di mana Nadya..? Kok sepi sekali rumah ini..?" tanya Sundari pada putrinya, sesaat setelah dia dan suaminya tiba di rumah Nad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 626.

    "Nadyaa..! Kemari Nak..! Jangan bermain terlalu jauh sayang," seru merdu seorang wanita jelita. Dia memanggil putri kecilnya, yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu di halaman belakang istana itu. "Iya Bunda..!" sahut si kecil Nadya, yang baru berusia 3,5 tahun lebih itu, seraya berlari menghampiri ibundanya. Nampak rambut lurus tebal, mata jernih, dan lesung pipitnya yang menambah gemas orang, yang melihat putri kecil yang periang dan gesit itu. Ya, putri kecil itu adalah Nadya Prayesti. Buah hati dari Elang dan Prasti, dan cucu kesayangan dari Maharaja tmTlatah Palapa, Danuthama Syailendra. "Nadya sayang ingat kan, pesan ayahanda sebelum pergi tadi pagi?" tanya Prasti pada putrinya itu. "Iya bunda. Nadya harus nurut sama bunda dan kakek," sahut Nadya cepat. "Nah sekarang Nadya ikut bunda ke tempat Kakek ya, nanti sore kita pulang. Ayahanda baru pulang besok pagi," ucap Prasti. "Wah horee..! Nadya mau ke tempat Kakek, di tempat Kakek banyak mainannya Bunda. Yuk, kita beran

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 625.

    'Mas Yoga, kau adalah cahaya bagi banyak orang. Sementara aku hanyalah wanita yang bersandar di terangnya cahayamu itu', bisik hati Prasti terharu. *** Seminggu kemudian, perhelatan besar di istana kerajaan Belupang pun berlangsung sakral, meriah, dan semarak. Acara pernikahan serta penobatan Elang Prayoga menjadi Raja Belupang, yang berlangsung di istana Belupang itu meluber. Hingga memenuhi alun-alun istana. Lingkungan istana sampai tak mampu, untuk menampung membludaknya para tamu yang hadir di acara itu. Hingga akhirnya atas inisiatif Elang dan Prasti, maka digelarlah perhelatan itu hingga alun-alun istana. Ya, tentu saja para tamu yang hadir pasti membanjir. Karena Elang adalah teman dan sahabat dari kedua Tlatah yang berdampingan itu, yaitu tlatah Kalpataru dan Palapa. Elang bisa dikatakan adalah 'simbol' perdamaian dan penengah, di antara dua Tlatah tersebut. Nampak para pendekar kedua tlatah berkumpul ria, dalam suasana hangat dan penuh keakraban. Dan yang istimewa ad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 624.

    "Selamat datang Tuan dan Nona. Silahkan duduk dulu," ucap sang pelayan yang tak lain adalah Pudji. Pudji menundukkan wajahnya saat menyapa mereka, sehingga dia tak memperhatikan wajah pengunjung rumah makannya itu. Namun Elang masih mengenali wanita itu, senyum kecil seketika menghias wajah Elang. 'Syukurlah Pudji, sepertinya kau telah keluar dari rumah kembang itu', bisik hati Elang senang. Elang dan Prasti pun segera memilih meja mereka. Saat itu pengunjung memang cukup ramai, karena masuk waktunya makan siang. Mereka menunggu sejenak Pudji melayani pengunjung lainnya. Hingga akhirnya sosok wanita cukup sepuh datang, menghampiri meja mereka. "Maaf menunggu Tuan. Tu ... tuan ma ... mau pe-san a-ap .. Ahhh..! Mas Elang kaukah itu Nak..?!" sang Ibu sepuh, yang ternyata Bu Laras itu tak dapat menahan seruan kagetnya. Saat lamat-lamat dia mulai mengenali pengunjungnya, yang berambut putih agak gondrong itu. Ya, karena wajah Elang adalah wajah yang selalu ada dalam do'anya. Mana b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 623.

    "Hahahaa..! Kalian ini..! Bagaimana kalian bisa saling berbicara, jika kalian berdua sama-sama menunduk seperti itu..?!" seru sang Maharaja terbahak geli. Melihat cara Elang dan Putrinya bertanya jawab. "Ahh..!" seru Elang terkejut, mendengar tawa terbahak sang Maharaja. Segera dia angkat wajahnya, sementara raut tegang di wajahnya belum juga hilang. "Ehh..!" Prasti juga berseru kaget, seraya angkat wajahnya yang tertunduk sejak tadi. Dalam hati dia merasa malu sekali di tertawakan oleh sang Ayahnya itu."Elang, sekarang ulangi pertanyaanmu dan tatap wajah Prasti," ucap sang Maharaja tegas. Sontak wajah Elang tambah bersemu merah 'tengsin'. Namun segera dilakukannya ucapan calon ayah mertuanya itu. "Prasti. Maukah kau menikah dan menjadi istriku..?" tanya Elang seraya menatap wajah Prasti, yang hari itu nampak sangat jelita. Ya, berdandan seadanya saja, sudah membuat gadis itu sedemikian cantiknya. Dan kembali Prasti menunduk, seraya menganggukkan pelan kepalanya. Hal yang kin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status