Share

6. Mangatur Strategi

Penulis: Haryulinda
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-22 23:28:30

Langkah kaki Aslan cukup pelan dalam menuruni anak tangga dari rumah pohon. Hal itu dilakukan agar mencegah musuh tidak mengetahui keberadaannya. Semua yang dilakukan Aslan sekarang harus serba hati-hati. Ancaman bertubi-tubi nyata di depan mata.

Aslan telah sampai di bawah rumah pohon. Ia menatap ke atas untuk memastikan Alice tidak menampakkan diri. Ketika melihat Alice yang masih memandangi Aslan, maka Aslan segera memberi kode untuk bersembunyi. Alice terlihat menurut pada Aslan.

Saatnya Aslan fokus pada sekitar. Tidak ada pergerakan di sana. Namun Aslan memeriksa sekali lagi. Tak akan dibiarkan oleh Aslan bahaya kembali menghampirinya.

"Maaf, Nona Alice di mana?" Anak buah Alice tiba-tiba muncul.

"Ssstt! Kau jangan keras-keras berbicara. Ada musuh mendekat." Aslan mengutarakan dengan berbicara lirih.

"Tidak ada musuh di sini. Aku sejak tadi berjaga tidak menemukan tanda-tanda aneh."

"Apa kau tidak lihat itu?" Aslan menunjuk ke arah asap yang membumbung.

Anak buah Alice melihat ke arah yang ditunjuk Aslan. "Oh ... itu. Bukan musuh. Tapi, aku yang sedang membakar ubi. Ini mau mengabari kalau ubinya matang."

Aslan bernapas lega. "Syukurlah. Aku kira musuh. Ayo cepat kita matikan! Agar tidak mengundang musuh." Tiba-tiba Aslan terpikirkan pencegahan itu.

Anak buah Alice setuju dengan Aslan. Ia mengajak Aslan ke tempat dirinya menyalakan api untuk membakar ubi.

Aslan menggali dan mengambil pasir untuk menutup api yang berkobar. Karena tidak mungkin pergi jauh untuk mencari air.

Api pembakaran mampu dihilangkan dalam sekejap. Walaupun aroma bekas pembakaran masih tersisa. Yang terpenting ada langkah pencegahan dalam mengundang musuh daripada tidak melakukan apapun.

"Ayo kita kembali ke rumah pohon!" Aslan mengajak anak buah Alice untuk bergabung di rumah pohon. Struktur rumah pohon terlihat lebih kuat dari terakhir kali Aslan tahu, sehingga mampu menopang tiga orang di sana.

Di rumah pohon Alice menyambut Aslan dengan tatapan tajam. Alice mengira yang datang adalah musuh, sehingga bersiap siaga untuk menyerang.

"Huuhhh ... aku kira musuh. Leganya melihat kau dan anak buahku yang naik kemari."

"Iya. Ternyata bukan musuh, melainkan anak buahmu membuat hidangan ini." Aslan memperlihatkan ubi bakar yang tampak menggiurkan aromanya.

Alice mengambil ubi bakar yang ada di tangan Aslan. Ia kemudian mengajak Aslan dan anak buahnya untuk duduk bersama menikmati ubi bakar.

Aslan bersama Alice dan anak buahnya makan bersama tanpa ada obrolan. Mereka sepertinya lapar setelah seharian mengalami kejadian yang menegangkan.

"Apa ada tempat aman lagi setelah keluar dari sini?" tanya Aslan dengan raut wajah penasaran.

Alice tak langsung menjawab pertanyaan Aslan. Ia justru menyeka sisa ubi yang ada di sudut bibir Aslan. Tindakan Alice membuat Aslan merasa tidak nyaman, karena malu makan dengan berantakan di depan wanita.

Senyum kecil dipancarkan Alice pada Aslan. "Kau ternyata kaku juga. Padahal hanya hal kecil. Ada satu tempat markas rahasiaku yang tersisa."

"Jauh dari sini?"

"Lumayan."

"Apa ada anak buahmu lagi yang tersisa?"

"Tinggal lima orang di markas rahasia. Aku tidak bisa memanggil mereka lagi. Karena bisa lenyap semua nanti."

Aslan tampak berpikir. Ia harus mencari cara yang tepat untuk melarikan diri dari markas rahasia milik ayahnya sekarang setelah membuka bungker.

Ubi yang dimakan oleh Aslan dan Alice telah habis. Alice memutuskan ingin pergi melihat keadaan bungker. Namun dicegah oleh Aslan. Suhu panasnya belum turun jika hanya ditinggalkan selama satu jam. Aslan meminta Alice untuk tidur di dalam naungan rumah pohon.

Alice masuk ke dalam naungan rumah pohon. Tak disangka tubuhnya merasa lelah. Ia memberikan tikar pada Aslan dan anak buahnya.

"Lebih baik kita tidur sebentar saja." Aslan mengajak anak buah Alice.

"Tidak. Aku harus tetap berjaga. Ini sudah menjadi tugasku menjaga nona Alice."

Aslan memilih berbaring dengan mata tetap terjaga. Tak bisa dipungkiri rasa pusing dikepalanya kembali terasa. Ia meminta izin pada anak buah Alice untuk tidur sebentar. Anak buah Alice tidak keberatan.

Keheningan tercipta di rumah pohon. Hanya ada suara serangga-serangga malam. Sementara anak buah Alice berusaha keras menahan kantuk yang sempat membuat terlelap sejenak.

Kraak! Kraaak!

Suara ranting terinjak membuat anak buah Alice terjaga total. Ia memilih posisi tengkurap untuk mengintai sesuatu yang bergerak.

Aslan ikut terbangung. Namun saat akan duduk, anak buah Alice mencegahnya. Tidak bisa dibiarkan terlihat tubuh Aslan dari bawah. Walaupun tinggi rumah pohon bisa tertutup oleh dedaunan.

"Mereka kemari. Ada dua orang." Anak buah Alice menjelaskan dengan nada lirih.

"Kita tidak bisa terus terjebak di sini. Aku punya ide."

"Apa idenya?"

"Kita pancing mereka dengan menggunakan barang. Jadi, mereka refleks untuk memeriksa ke arah tersebut. Setelah itu, barulah kita kabur."

"Mereka tidak semudah itu tertipu."

"Kalau tidak dicoba, tidak akan tahu hasilnya." Aslan kemudian bergerak dengan tengkurap mencapai tempat Alice beristirahat.

Pintu kecil bagaikan sarang burung dibuka oleh Aslan. Pemandangan Alice sedang terlelap didapatkan oleh Aslan.

"Alice! Alice!" Aslan membangunkan dengan mengguncang pelan tubuh Alice.

Alice menggeliat, lalu membuka mata. "Kenapa?"

"Kita harus segera pergi. Ada yang mencari kita."

Alice mendudukkan dirinya. Ia kemudian merapikan rambutnya yang berantakan. Sedangkan Aslan bersiap dengan merangkak kembali. Malam ini terpaksa Aslan harus mengingat sudut tempat yang ada di markas rahasia ayahnya, agar terwujud tempat aman.

"Aku sudah memberikan pengalihan dengan melemparkan sebuah barang." Anak buah Alice memberi laporan.

"Mereka yang tidak dikenal itu, mengikuti asal suara barang tidak?"

"Tidak ada waktu. Ayo pergi!"

Alice mendorong tubuh Aslan agar bergerak di depan. Aslan menjadi orang pertama yang turun dari rumah pohon. Yang terakhir adalah anak buah Alice.

Belum sempat mengatur napas, Aslan membawa Alice ke tempat bungker berada. Mereka berdua berjalan berdampingan dengan di belakang mereka ada anak buah yang selalu waspada.

"Percepat! Langkah kaki orang terdengar mendekat!" Aslan mengingatkan.

Jalur belakang menuju markas rahasia ayah Aslan dipilih sebagai akses terdekat menuju bungker. Alice dan anak buahnya hanya mengikuti Aslan.

Tidak ada hambatan berarti saat mencapai tepat di depan bungker. Aslan mengecek suhu dari pintu bungker. Rupanya selama hampir tiga jam didiamkan, bungker tidak terlalu panas. Namun jika masuk ke dalamnya, tidak dijamin aman. Itulah kesimpulan Aslan.

"Nah! Mau kemana kalian?" ucap salah satu pria yang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak.

Pria yang lain tampak membawa senjata dan tersenyum menyeringai pada Aslan. Wajah terkejut Aslan segera ditepis saat berhadapan dengan mereka.

Anak buah Alice langsung menyerang salah satu orang dari ketiga orang yang menghadang. Aslan berpikir sebelum melakukan serangan, agar tidak salah sasaran.

Perkelahian antara Aslan dengan musuh tak terhindarkan. Aslan juga bekerja sama dengan Alice untuk memberikan tendangan pada musuh yang mendekat.

Duak!

Aslan menendang bagian perut dari orang yang menyerangnya hingga terlontar, lalu menabrak puing-puing yang tersisa. Serangan tambahan dilayangkan dari musuh pada Aslan.

Dor! Dor! Dor! Dor!

Alice menembak dengan membabi buta musuh yang akan menyerang. Tiga orang penyerang tersebut tewas seketika.

"Kau gila? Kalau kita dipenjara bagaimana tentang pembunuhan ini?" ucap Aslan sembari memegangi satu orang yang sekarat akibat ditembak Alice.

"Jangan lemah! Mereka pantas mendapatkannya. Kau harus terbiasa dengan hal seperti ini." Alice membantu Aslan berdiri dari posisinya yang sedang memegang kepala orang sekarat.

"Biarkan saja! Ayo cepat buka bungkernya!"

Aslan dibantu dengan anak buah Alice membuka pintu dari bungker rahasia. Dalam hitungan lima belas menit, Aslan dan anak buah Alice berhasil membuka bungker.

Perlahan Aslan dan yang lainnya turun ke tempat inti dari bunker. Aslan harus bergegas masuk ke dalam bungker agar tidak terlalu lama melihat isinya.

Alice dan anak buahnya mengikuti di belakang Aslan. Baru saja berjalan tidak sampai lima menit, ditemukan bungker lain yang berhasil terbuka.

"I ... ini kan?" Alice terkejut dengan apa yang ada di dalam bungker. Bisa menjadikan banyak strategi jika ada hal berharga di dalam bungker sekarang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Thru14
semangat si cantik alice
goodnovel comment avatar
Thru14
tetap saja diburu musuh ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   30. Wajah Memucat saat bertemu Orang

    "Kita lewat sini saja!" Bella memberitahu Aslan tentang adanya sebuah jendela kamar yang terhubung keluar, letaknya ada di belakang lemari. "Tidak ada tralis yang menghalangi?" Aslan memastikan terlebih dahulu. Karena kamar yang digunakan untuk menyekap Aslan dengan Alice jendelanya tidak bisa digunakan kabur."Tidak ada."Alice segera mengunci pintu, agar bisa mencegah musuh masuk ke kamar yang sekarang. Tanpa membuang waktu, Aslan mendorong lemari ke arah kanan yang masih kosong. Bella dan Alice ingin membantu. Namun Aslan lebih kuat dari dugaan mereka. Kini terlihat jendela besar yang masih kuno. "Ayo cepat! Aku mendengar suara derap langkah mendekat." Alice memperingatkan."Aku akan coba membukanya. Kalian cari apapun yang bisa digunakan untuk mengganjal pintu."Alice dan Bella mengangguk bersamaan. Mereka berdua tidak ada yang sempat merasakan rasa sakit tubuh masing-masing. Dalam keadaan apapun, mereka tetap bisa bergerak sesuai perintah.Beralih pada Aslan yang perlahan memb

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   29. Sudah Siap?

    Tanpa pikir panjang, Aslan merebut ujung tombak yang dipegang Alice. Total ada lima sel yang dibuka oleh Aslan. Semua orang yang ada di dalam sel keluar. Keadaan orang-orang yang keluar dari sel tahanan milik mantan Bella tampak masih bisa berdiri dan melawan dengan tangan. Berbeda halnya dengan satu wanita yang kakinya terluka hingga membusuk."Apa rencanamu?" tanya salah satu orang yang dibebaskan oleh Aslan. "Kita akan menyerang musuh yang menyekap kalian. Apapun caranya harus menang!" Semua orang setuju dengan apa yang diungkapkan Aslan. Alice dan Bella hanya percaya saja pada Aslan. Braakk!Pintu utama terbuka. Terlihat ada lima orang musuh yang tampak geram melihat pemandangan kaburnya tawanan dari sel masing-masing. "Kita harus menyerang paling belakang." Aslan berbisik pada Alice. Perkelahian terjadi. Beruntung musuh tak menggunakan pistol, sehingga perkelahian masih ada kemungkinan untuk menang. Bugh! Bugh!Aslan membantu dengan memukul punggung musuh yang sedang menyer

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   28. Melarikan Diri

    Orang yang sempat datang ke hadapan Alice dan Aslan hanya menyeringai. "Dasar bodoh! Salahkan Bella! Bukan aku." Alice akan menyerang pria tersebut. Namun dicegah Aslan. Karena Aslan melihat ada beberapa orang yang dari jarak dua puluh meter telah mengarahkan senapan pads Aslan dan Alice."Lepas! Aku harus memberi dia prrhitungan!" Alice memberontak dengan menarik-narik tangannya dari Aslan. "Lihat ke arah jam sembilan dan jam dua belas. Kau akan menyesal bergerak gegabah." Aslan berbisik pada Alice.Alice menatap ke arah yang diberitahu Aslan. Rupanya ada dua orang penembak dari jarak jaug. "Ha ... Ha ... Hahaha. Rupanya kalian melakukan hal yang sia-sia sejak tadi. Kabur sejauh ini ternyata tertangkap."Aslan jelas kesal dengan ucapan pria di hadapannya. Jika saja tidak bersama wanita, mungkin Aslan masih nekat menyerang. Namun jika bersama Alice, bertindak nekat sedikit saja mungkin penembak yang disiapkan sudah menghabisi nyawa Alice. Sebisa mungkin Aslan tidak menyelesaikan de

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   27. Mencari Celah

    "Oke. Aku percaya padamu." Aslan menyerahkan segala cara pada Alice. Ia ingin membangun rekan tim yang baik, sehingga tidak perlu memandang Alice seorang wanita yang tidak memiliki kemampuan."Aku akan berakting berteriak histeris. Nanti saat pintu terbuka, kau langsung serang mereka!"Aslan setuju dengan rencana Alice. Ia kemudian mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai senjata.Di dalam kamar tidak terdapat apapun yang berguna. Hanya ada ranjang, seprei dengan dua bantal. Menyerang orang dengan bantal hanya menghasilkan barang tertawaan saja. Apalagi yang dihadapi anak buah mafia. "Kenapa?" tanya Alice dengan nada lirih saat melihat Aslan tampak berpikir sembari memandangi tempat tidur.Aslan mengambil tindakan dengan menarik seprei hingga terlepas dari kasur. Ia kemudian memberi kode pada Alice untuk memulai rencana.Posisi Aslan saat ini berada di balik pintu. Teriakan Alice terdengar histeris. Aslan sampai terkejut hingga sempat tidak fokus.Suara kunci dimasukkan ke lubang

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   26. Hanya Ada Satu Cara

    Aslan tidak beranjak. Walaupun rasa penasaran menggebu di dalam pikiran Aslan. Alice yang bukan orang sabar, bertindak menarik tangan Aslan hingga terduduk."Sial! Kau tidak tahu badanku rasanya remuk?" Aslan geram atas tindakan Alice."Salah sendiri nakal. Aku bilang makan, setelah itu aku beritahu berita bahagia.""Apa cluenya?""Adikmu.""Cepat beritahu aku!" Aslan tidak suka ada orang lain yang mengatur kebahagiaannya. Terutama tentang sang adik."Makan dulu." Alice tetap memaksa Aslan makan. Bukan tanpa alasan, Alice kasihan pada Aslan dijadikan percobaan oleh Bella. Tubuh Aslan juga terlihat lemas."Kau seharusnya tidak perlu mengkhawatirkanku. Khawatirkan dirimu sendiri." Aslan masih tak percaya Alice yang mengalami luka di bagian kepala saat ini terlihat biasa saja. Alice tidak mendengarkan Aslan. Ia justru memakan makanan yang ada di dalam piring. "Kau lihat? Aku tidak apa-apa kan? Jadi makanan ini tidak ada racunnya."Aslan masih diam. Ia berusaha membaringkan tubuh kembal

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   25. Kacau Balau

    Bella dan Alice saling berpandangan. Mereka seperti merasa puas dengan apa yang telah dilakukan. Tanpa ada niat untuk menolong Aslan, Bella dan Alice justru hanya menatap Aslan yang terjatuh di lantai.Aslan terlihat sekarat. Bella masih tak gentar dengan keputusannya. Ia membiarkan Aslan berusaha sendiri. Alice merasa Aslan tak main-main merasakan hal buruk. Ia mengambilkan minuman yang masih ada di meja. Tangan Alice dicegah oleh Bella. "Dia bisa mati sungguhan." Alice melepaskan tangan Bella yang menarik sebelah tangannya. Alice membantu Aslan duduk. Namun ada sedikit perlawanan. Ketika Aslan mulai melemas, Alice menjadikan kesempatan itu untuk mendudukkan Aslan. Minuman yang ada di tangan Alice, langsung disodorkan pada mulut Aslan. Namun Aslan enggan membuka mulutnya. Bella yang melihat adegan tersebut merasa gemas. Akhirnya Bella ikut membantu Alice. Bella menekan rahang Aslan agar bisa membuka mulut. "Cepat tuang!" Bella memberi perintah. Gelas yang ada di tangan Alice be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status