Home / Urban / Sang Pelindung Mafia Cantik / 5. Menguak Sebuah Kode

Share

5. Menguak Sebuah Kode

Author: Haryulinda
last update Last Updated: 2023-07-21 21:49:59

Aslan meneruskan langkahnya untuk pergi ke tempat yang mungkin saja masih terselamatkan. Ayah Aslan memiliki sebuah bungker yang tidak bisa dihancurkan. Hal itu dapat diingat Aslan saat sang ayah bercerita waktu kecil.

"Bantu aku menyingkirkan reruntuhan ini." Aslan berbicara pada Alice ketika menemukan titik tempat bungker berada.

Alice memberikan kode pada anak buahnya untuk membantu. Anak buah Alice akan menuruti seluruh perintah yang dikatakan Alice.

Aslan dibantu Alice dan anak buahnya mengangkat reruntuhan yang menutupi bungker. Satu per satu disingkirkan. Ketika akan membuka bagian pintu, Aslan merasa panas. Pintu besi tersebut pasti masih menyimpan panas akibat ledakan yang terjadi.

"Di dalamnya ada apa?"

"Biasanya digunakan tempat persembunyian. Aku tadi melihat ada gambar bungker pada surat wasiat yang ditinggalkan ayahku."

"Ada gambarnya? Kapan?"

"Ada, kecil sekali gambarnya di akhir kalimat sebelah namaku. Kau mungkin akan menganggap itu sebagai noda tinta."

"Ternyata begitu. Kau teliti juga."

"Sebaiknya kita tunggu hingga tidak panas lagi pintunya."

Alice setuju dengan perkataan Aslan.

"Kita menunggu di rumah pohon saja kalau masih ada."

"Kita cek saja."

Aslan mengajak Alice pergi ke rumah pohon. Anak buah Alice tampak waspada dengan keadaan sekitar sebelum mempersilakan Alice mengikuti Aslan. Ketika anak buah Aslan merasa aman, maka Alice mengikuti Aslan di belakangnya.

Demi mencapai rumah pohon yang dimaksud, Aslan bersama dengan yang lain harus melewati perkebunan kecil milik ayah Aslan. Melihat perkebunan yang sempat ditanami membuat Aslan takjub. Rupanya sang ayah masih peduli menanam sesuatu. Seharusnya Aslan bisa hidup dengan tenang menikmati kekayaan dari sang ayah. Namun kekayaan ayah Aslan telah diambil alih oleh mafia kejam.

"Ternyata masih ada," ucap Aslan saat melihat ke atas pohon. Tak disangka ayah Aslan merawat rumah pohon tersebut. Hal itu dapat dilihat dari kayu yang kokoh dan berbeda dari yang dulu.

Aslan naik ke rumah pohon. Alice tidak mengikuti Aslan, karena ingin memastikan kekuatan dari rumah pohon tersebut. Ketika Aslan sampai di bagian atas dan terlihat baik-baik saja, Alice ikut naik.

Rumah pohon yang mirip seperti rumah burung kotak terdapat dua pintu kecil. Aslan membuka pintu yang tidak terkunci tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah kasur lipat dan bantal. Ada juga karpet dan selimut tertata rapi.

Sebuah lampu tradisional yang masih menggunakan minyak tersimpan di sana. Ada sebuah korek yang bisa menyalakan lampu minyak tersebut. Aslan menyalakan lampu, karena hari yang mulai gelap butuh penerangan.

"Unik sekali rumah pohonnya." Alice memuji ketika baru sampai di bagian depan rumah pohon.

Aslan keluar dari perlindungan. Ia melihat Alice tampak duduk menghadap ke arah matahari yang tinggal sepertiga lagi terbenam. Terlihat menarik menyaksikan matahari yang akan tenggelam, Aslan duduk di sebelah Alice.

Hanya butuh waktu lima menit, matahari tak terlihat lagi. Hari berganti gelap. Aslan sesekali menatap Alice. Tidak ada rasa takut terpancar dari wajah Alice saat hari gelap berada di tempat sepi.

"Kau tidak takut apapun?" tanya Aslan dengan wajah penasaran.

"Memangnya aku tampak terlihat tidak takut apapun?"

"Ya ... begitulah. Karena kebanyakan wanita yang aku kenal selalu drama saat berada di tempat sepi seperti ini."

"Padahal tempat seperti ini enak untuk menghabiskan waktu bersama pasangan dan ada sedikit pergulatan panas di ranjang."

"Kau ternyata suka hal seperti itu."

"Ya ... lama hidup di luar negeri yang bebas, membuatku terbiasa menyaksikan. Aku sendiri tidak pernah melakukannya. Walaupun terkadang aku iri pada teman-temanku."

"Cukup kuat juga pendirianmu."

"Ya ... itu juga karena kak Elena. Jika tidak ada larangan dari kak Elena pasti aku dan saudariku yang lain juga akan hidup bebas." Alice kemudian terlihat sendu saat selesai bercerita.

Aslan bisa menangkap sebuah kerinduan yang tersirat dari wajah Alice. "Memangnya kau terpisah bagaimana dengan saudari-saudarimu?"

"Sebenarnya kami bukan saudara kandung. Kami hanya hidup dalam lingkungan mafia dan menganggap keluarga. Orang mengenal kami dengan sebutan ABCDE bacanya eibisidii girl."

Aslan tersenyum kecil dengan sebutan yang diucapkan Alice. "Kenapa disebut seperti itu?"

"Karena nama kami. Ada Alice, Bella, Clarissa, Desha, Elena. Yang tertua adalah Elena."

Aslan hanya mangangguk-anggukan kepala saja mendengar cerita Alice.

"Orang tua kami sama seperti orang tuamu. Mafia kelas teri yang terbunuh oleh mafia kejam yang bernama Charles. Dia adalah mafia kelas kakap. Nasibku dengan keempat wanita lainnya bisa bersama Charles karena tertangkap saat melarikan diri dalam penyerahan yang seharusnya dilakukan keluarga kami. Umur kami saat itu masih belasan tahun. Hanya aku yang paling muda di antara yang lainnya."

Aslan masih diam tidak menyela pembicaraa. Ia ingin tahu cerita lengkap dari Alice.

"Kami akhirnya tinggal bersama pada salah satu markas mafia kejam. Di sanalah kami bertemu dengan ayahmu. Dari sekian banyak mafia yang kami temui cuma ayahmu yang memperlakukan kami dengan baik. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk berkomplot dengan ayahmu. Ayahmu juga sempat merancang rencana mengeluarkan kami. Tapi, sayangnya belum sempat terencana ... kami telah dipisahkan dengan dikirim pada tempat bisnis gelap milik mafia kejam."

"Di tempatkan di mana saja?"

"Aku ditempatkan pada tempat penjualan minuman keras. Bella ditempatkan pada penjualan narkoba, Desha ditempatkan pada penjualan organ ilegal, Clarissa ditempatlan pada perjudian, dan Elena ditempatkan pada perkumpulan wanita penghibur atau lebih tepatnya budak pemuas."

"Lalu, kenapa kau bisa ada di sini?"

"Saat perjalanan menuju tempat minuman keras, aku kabur dengan kemampuan menipulasiku. Tentunya tidak mudah, karena aku hampir mati."

"Hebat juga kau bisa selamat." Aslan memuji Alice untuk hiburan agar Alice merasa bangga pada diri sendiri.

"Ya ... itulah latar belakang singkatku."

"Jadi, kita harus menyelamatkan satu per satu dari keempat wanita cantik lainnya."

"Iya. Tempatnya berbeda-beda. Bahkan tempat utama ada di luar negeri. Terkadang juga berpindah-pindah."

"Kau tau semua tempat mereka?"

"Tidak. Karena aku hanya dibawa pada satu tempat."

"Cukup sulit ternyata." Aslam tampak berpikir. Rencana yang tepat untuk menyelamatkan masih abu-abu.

"Memang. Tapi, perlu kita jalani."

"Apa tidak ada bantuan lain yang bisa diakses?"

"Ada. Aku akan menghubungi ahli IT yang bisa menghubungkan dengan Elena, kakak tertuaku."

"Hubungi saja."

"Biayanya yang kurang. Makanya, aku berharap semoga saja di dalam bunker yang kau ceritakan itu masih ada uang peninggalan ayahmu."

"Semoga saja." Aslan tidak bisa memberi harapan yang tidak pasti pada Alice. Karena dirinya sendiri juga tidak mengerti maksud sang ayah memberikan gambar bunker yang sangat kecil di akhir surat wasiatnya.

Aslan dan Alice kemudian sama-sama menatap ke arah langit. Pikiran mereka dipenuhi dengan strategi masing-masing.

Sebuah asap tiba-tiba mengepul di bawah rumah pohon. Aslan dan Alice langsung waspada dengan berdiri dari posisi mereka. Jika terjadi kebakaran lagi, maka mereka harus segera pergi.

"Biar aku yang memeriksa!" Aslan mencegah Alice yang akan turun dari rumah pohon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   30. Wajah Memucat saat bertemu Orang

    "Kita lewat sini saja!" Bella memberitahu Aslan tentang adanya sebuah jendela kamar yang terhubung keluar, letaknya ada di belakang lemari. "Tidak ada tralis yang menghalangi?" Aslan memastikan terlebih dahulu. Karena kamar yang digunakan untuk menyekap Aslan dengan Alice jendelanya tidak bisa digunakan kabur."Tidak ada."Alice segera mengunci pintu, agar bisa mencegah musuh masuk ke kamar yang sekarang. Tanpa membuang waktu, Aslan mendorong lemari ke arah kanan yang masih kosong. Bella dan Alice ingin membantu. Namun Aslan lebih kuat dari dugaan mereka. Kini terlihat jendela besar yang masih kuno. "Ayo cepat! Aku mendengar suara derap langkah mendekat." Alice memperingatkan."Aku akan coba membukanya. Kalian cari apapun yang bisa digunakan untuk mengganjal pintu."Alice dan Bella mengangguk bersamaan. Mereka berdua tidak ada yang sempat merasakan rasa sakit tubuh masing-masing. Dalam keadaan apapun, mereka tetap bisa bergerak sesuai perintah.Beralih pada Aslan yang perlahan memb

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   29. Sudah Siap?

    Tanpa pikir panjang, Aslan merebut ujung tombak yang dipegang Alice. Total ada lima sel yang dibuka oleh Aslan. Semua orang yang ada di dalam sel keluar. Keadaan orang-orang yang keluar dari sel tahanan milik mantan Bella tampak masih bisa berdiri dan melawan dengan tangan. Berbeda halnya dengan satu wanita yang kakinya terluka hingga membusuk."Apa rencanamu?" tanya salah satu orang yang dibebaskan oleh Aslan. "Kita akan menyerang musuh yang menyekap kalian. Apapun caranya harus menang!" Semua orang setuju dengan apa yang diungkapkan Aslan. Alice dan Bella hanya percaya saja pada Aslan. Braakk!Pintu utama terbuka. Terlihat ada lima orang musuh yang tampak geram melihat pemandangan kaburnya tawanan dari sel masing-masing. "Kita harus menyerang paling belakang." Aslan berbisik pada Alice. Perkelahian terjadi. Beruntung musuh tak menggunakan pistol, sehingga perkelahian masih ada kemungkinan untuk menang. Bugh! Bugh!Aslan membantu dengan memukul punggung musuh yang sedang menyer

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   28. Melarikan Diri

    Orang yang sempat datang ke hadapan Alice dan Aslan hanya menyeringai. "Dasar bodoh! Salahkan Bella! Bukan aku." Alice akan menyerang pria tersebut. Namun dicegah Aslan. Karena Aslan melihat ada beberapa orang yang dari jarak dua puluh meter telah mengarahkan senapan pads Aslan dan Alice."Lepas! Aku harus memberi dia prrhitungan!" Alice memberontak dengan menarik-narik tangannya dari Aslan. "Lihat ke arah jam sembilan dan jam dua belas. Kau akan menyesal bergerak gegabah." Aslan berbisik pada Alice.Alice menatap ke arah yang diberitahu Aslan. Rupanya ada dua orang penembak dari jarak jaug. "Ha ... Ha ... Hahaha. Rupanya kalian melakukan hal yang sia-sia sejak tadi. Kabur sejauh ini ternyata tertangkap."Aslan jelas kesal dengan ucapan pria di hadapannya. Jika saja tidak bersama wanita, mungkin Aslan masih nekat menyerang. Namun jika bersama Alice, bertindak nekat sedikit saja mungkin penembak yang disiapkan sudah menghabisi nyawa Alice. Sebisa mungkin Aslan tidak menyelesaikan de

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   27. Mencari Celah

    "Oke. Aku percaya padamu." Aslan menyerahkan segala cara pada Alice. Ia ingin membangun rekan tim yang baik, sehingga tidak perlu memandang Alice seorang wanita yang tidak memiliki kemampuan."Aku akan berakting berteriak histeris. Nanti saat pintu terbuka, kau langsung serang mereka!"Aslan setuju dengan rencana Alice. Ia kemudian mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai senjata.Di dalam kamar tidak terdapat apapun yang berguna. Hanya ada ranjang, seprei dengan dua bantal. Menyerang orang dengan bantal hanya menghasilkan barang tertawaan saja. Apalagi yang dihadapi anak buah mafia. "Kenapa?" tanya Alice dengan nada lirih saat melihat Aslan tampak berpikir sembari memandangi tempat tidur.Aslan mengambil tindakan dengan menarik seprei hingga terlepas dari kasur. Ia kemudian memberi kode pada Alice untuk memulai rencana.Posisi Aslan saat ini berada di balik pintu. Teriakan Alice terdengar histeris. Aslan sampai terkejut hingga sempat tidak fokus.Suara kunci dimasukkan ke lubang

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   26. Hanya Ada Satu Cara

    Aslan tidak beranjak. Walaupun rasa penasaran menggebu di dalam pikiran Aslan. Alice yang bukan orang sabar, bertindak menarik tangan Aslan hingga terduduk."Sial! Kau tidak tahu badanku rasanya remuk?" Aslan geram atas tindakan Alice."Salah sendiri nakal. Aku bilang makan, setelah itu aku beritahu berita bahagia.""Apa cluenya?""Adikmu.""Cepat beritahu aku!" Aslan tidak suka ada orang lain yang mengatur kebahagiaannya. Terutama tentang sang adik."Makan dulu." Alice tetap memaksa Aslan makan. Bukan tanpa alasan, Alice kasihan pada Aslan dijadikan percobaan oleh Bella. Tubuh Aslan juga terlihat lemas."Kau seharusnya tidak perlu mengkhawatirkanku. Khawatirkan dirimu sendiri." Aslan masih tak percaya Alice yang mengalami luka di bagian kepala saat ini terlihat biasa saja. Alice tidak mendengarkan Aslan. Ia justru memakan makanan yang ada di dalam piring. "Kau lihat? Aku tidak apa-apa kan? Jadi makanan ini tidak ada racunnya."Aslan masih diam. Ia berusaha membaringkan tubuh kembal

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   25. Kacau Balau

    Bella dan Alice saling berpandangan. Mereka seperti merasa puas dengan apa yang telah dilakukan. Tanpa ada niat untuk menolong Aslan, Bella dan Alice justru hanya menatap Aslan yang terjatuh di lantai.Aslan terlihat sekarat. Bella masih tak gentar dengan keputusannya. Ia membiarkan Aslan berusaha sendiri. Alice merasa Aslan tak main-main merasakan hal buruk. Ia mengambilkan minuman yang masih ada di meja. Tangan Alice dicegah oleh Bella. "Dia bisa mati sungguhan." Alice melepaskan tangan Bella yang menarik sebelah tangannya. Alice membantu Aslan duduk. Namun ada sedikit perlawanan. Ketika Aslan mulai melemas, Alice menjadikan kesempatan itu untuk mendudukkan Aslan. Minuman yang ada di tangan Alice, langsung disodorkan pada mulut Aslan. Namun Aslan enggan membuka mulutnya. Bella yang melihat adegan tersebut merasa gemas. Akhirnya Bella ikut membantu Alice. Bella menekan rahang Aslan agar bisa membuka mulut. "Cepat tuang!" Bella memberi perintah. Gelas yang ada di tangan Alice be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status