William Argantara baru saja keluar dari penjara usai 7 tahun menjalani masa hukuman atas fitnah yang ia terima. Adik tirinya, Rian Hadinata, menjebaknya dalam kasus penipuan jual beli saham dan investasi bodong karena ingin merebut posisi William dalam keluarga. Sialnya, tidak ada yang percaya dengan ucapan William. Seluruh keluarga mengecapnya sebagai penjahat dan aib, bahkan kekasihnya pun mencampakkannya. Dan kini, setelah bebas, William akan membalaskan dendamnya pada sang adik tiri.
Lihat lebih banyakBAB 1 PEMBALASAN DI MULAI
William Argantara baru saja keluar dari penjara usai 7 tahun menjalani masa hukuman atas fitnah yang ia terima. Adik tirinya, Rian Hadinata, menjebaknya dalam kasus penipuan jual beli saham dan investasi bodong karena ingin merebut posisi William dalam keluarga. Sialnya, tidak ada yang percaya dengan ucapan William. Seluruh keluarga mengecapnya sebagai penjahat dan aib, bahkan kekasihnya pun mencampakkannya. Dan kini, setelah bebas, William akan membalaskan dendamnya pada sang adik tiri. William perlahan mendekati sebuah mobil yang berada di seberang tempat lembaga pemasyarakatan berada, dia langsung masuk begitu dibukakan pintu bagian belakang mobil oleh sang pengemudi. "Selamat hari kebebasan Tuan Liam." orang disampingnya memberikan sepotong tahu putih dengan irisan tumis daging sapi dan cabe rawit. William terkekeh seraya menggelengkan kepalanya, namun tetap menerima apa yang diberikan sahabatnya."Memang orang yang habis keluar penjara diberi hal yang seperti ini? yang benar saja Hendery." Hendery Raspati adalah satu-satunya sahabat yang dimiliki William saat ini, Semenjak dirinya terkena kasus satu per satu teman yang dia miliki menjauh. Hanya Hendery satu-satunya yang masih setia selalu menenami dan mendukungnya, berteman sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama keduanya terlihat sudah seperti saudara kandung yang selalu saling mendukung satu sama lain dalam segala hal. "Nggak tahu tapi aku lihat di film-film sih, ingat biasanya yang udah bebas suka dikasih tahu seperti itu. Daripada polosan sahabat kamu yang satu ini berbaik hati ngasih toping irisan daging sapi biar semangat menjalani kehidupan selanjutnya," Hendery Mobil perlahan meninggalkan tempat lembaga pemasyarakatan, tujuan akhir mereka adalah sebuah Rumah elit di pusat kota. butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai disana, mengingat letak lembaga pemasyarakat berada cukup jauh dari pusat keramaian. Selang beberapa menit kemudian keduanya sudah tiba di sebuah rumah tidak terlalu besar namun tidak terlalu kecil juga, tempat yang sudah disiapkan oleh Hendery sebelumnya untuk dijadikan markas bagi mereka berdua untuk mengatur strategi membalas dendam kepada Rian. setelah sebelumnya melakukan penyelidikan dibantu sahabatnya yang sudah mengantongi beberapa barang bukti bahwa sang adik tiri merupakan orang yang melakukan Investasi palsu atas nama William. Saat masuk ke dalam bagian ruang tengah, suasana tempat itu cukup nyaman dengan barang-barang sudah tersusun rapi. Beberapa lembaran kertas pun tersusun dengan rapi, namun ada juga yang dibiarkan asal simpan diatas meja. "Jadi bagaimana langkah selanjutnya, kita buat laporan sekarang juga ke pihak yang berwajib?" tanya Hendery to the point. Semenjak tahu bahwa Rian yang membuat sahabatnya masuk penjara, Hendery tidak tinggal diam. Dia menyewa pengacara terbaik di kota tersebut untuk membuktikan bahwa William tidak bersalah, namun bukti-bukti yang sudah dimanipulasi Rian membuatnya dan pengacara yang telah disewanya tidak bisa berbuat banyak. “Aku belum yakin apa semua barang bukti yang kita kumpulkan bisa membuat anak itu masuk penjara atau tidak, kita harus mengatur strategi lain jika kali ini gagal.” William kurang yakin saat ini, karena beberapa bukti yang dia dan Hendery kumpulkan belum semuanya akurat. Dia harus menemukan bukti yang lebih kuat lagi agar Rian tidak bisa mengelak dengan semua tuntutan yang akan diajukan nanti. “Jadi masih mau ditunda dan kita akan menggali barang bukti yang lain?” “Menurutku sebaiknya seperti itu untuk saat ini, aku ingin menggali lebih dalam tentang investasi palsu yang dia lakukan. Pasti para korban jauh lebih banyak dan siapa tahu nanti kita tahu arah aliran dana yang telah dikumpulkan, dengan begitu kita bisa mengantongi bukti yang lebih kuat untuk menjebloskan dia ke penjara.” “Baiklah kalau begitu, aku akan pergi ke apartemen mengambil laptop dan beberapa berkas yang belum aku bawa kemari. Mau ikut? Itung-itung cari udara segar dan melihat beberapa pemandangan yang sudah sedikit berubah,” tawar Hendery. “Kamu benar, aku ikut denganmu itung-itung refreshing sejenak.” Selama perjalanan William memperhatikan sekitarnya, ada beberapa perubahan yang dia lihat dan dia ingat sebelumnya saat tujuh tahun yang lalu. William menghela nafas panjang dengan pandangan tetap ke arah samping memandangi pemandangan sepanjang perjalanan yang mereka lewati. “Apa saat ini kamu tidak lagi memiliki akses ke dalam perusahaanmu Liam?” tanya Hendery dengan pandangan tetap fokus ke depan. “Kamu tahu sendiri setelah ditangkap semua aset perusahaan disita, ayahku tidak membantuku sama sekali padahal sudah memohon-mohon. Tapi apa? dia lebih percaya anak itu dan malah memutuskan ikatan antara Ayah dan Anak,” "Aku sudah menduganya, dan orang suruhanku juga bilang setelah kehebohan itu, beberapa hari kemudian perusahaanmu langsung memasang banyak CCTV disetiap ruangan. Jadi mempersulit pergerakannya untuk menggali informasi disana, sepertinya mereka semakin memperketat peraturan juga," Hendery menghela nafas kesal dengan mengeratkan kedua tangannya pada setir kemudi. "Kamu benar aku bisa memakluminya, tapi bagaimana pun tidak bisa diam pasrah begitu saja. Aku harus segera menemukan lebih banyak bukti tentang Rian, dan tentu saja harus membalas perbuatannya yang telah menghancurkan semua yang aku miliki. cepat atau lambat harus segera membersihkan nama baikku yang sudah tercoreng,"sahut William sekilas melirik ke arah Hendery. "Memang sudah seharusnya seperti itu, aku akan membantu dengan senang hati." Hendery melirik sekilas kearah William. William hanya menghela nafas seraya beberapa kali memperhatikan ponselnya. "Dasar bodoh, apa yang kamu harapkan. siapa orang yang kamu tunggu, semua orang sudah meninggalkanmu." gumam William dalam hati kembali menghela nafas lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya. Beberapa saat kemudian keduanya sudah memasuki kawasan apartemen elit yang terlihat baru saja selesai dibangun, terlihat dari beberapa sisa-sisa bahan bangunan dan ada beberapa pegawai proyek yang masih berlalu lalang membersihkan sisa-sisa bahan bangunan tersebut. Saat keduanya memasuki lobi apartemen dan hendak menuju lift, seseorang menghampiri mereka berdua dengan pakaian serba hitam dan menggunakan helm dengan kacanya tertutup rapat. "Permisi, apa anda dengan William Argantara?" tanya orang tersebut yang terdengar seperti suara seorang wanita. "Iya saya William Argantara, anda siapa?" tanya William to the point seraya kedua matanya fokus memperhatikan orang tersebut dari atas sampai bawah. Begitu pun dengan Hendery yang mulai mendekat kearah orang tersebut dengan waspada, siapa orang tersebut? karena yang tahu bahwa William keluar dari lapas hari ini hanya Hendery saja.William hendak menjawab panggilan tersebut, namun sepersekian detik kemudian panggilan itu terputus. selang beberapa saat tiba-tiba ada pesan masuk, William pun langsung membuka pesan itu dan mulai membaca isi pesan itu dengan seksama. "Apa ini dengan William Argantara? ada yang ingin saya bicarakan. saya orang yang sebelumnya mengirim foto kepada anda beberapa hari yang lalu," "Jika berkenan datanglah ke alamat ini," Pesan selanjutnya orang tersebut mengirim alamat tempat mereka akan bertemu. "Apa benar dia orang yang mengirim foto sebelumnya?" gumam William saat membaca pesan tersebut. "Apa aku harus pergi ke alamat itu sekarang? siapa tahu dia tahu orang di foto itu siapa dan memiliki bukti untuk bisa lebih menjerat anak itu," jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pada ponsel beberapa kali, berfikir sejenak. William berpikir sejenak sebelum membalas pesan tersebut, setelah memantapkan diri dia me
"Udah ngocehnya? udah kaya emak-emak yang lagi marahin anaknya, nyerocos cepet kaya kereta cepat." William jengah dengan tingkah Hendery yang mengomeli dan menasehatinya sejak tadi seraya mengobatinya dengan telaten. "Udah diem! masih mending mau aku obatin, ngapapin aja sih sampe kaya gini," ucap Hendery yang fokus mengobati luka di wajah William. Hendery sudah seperti sang Ibu yang selalu mengomelinya jika anaknya terluka, membuat William terkadang jengkel dengan sahabatnya tersebut karena terlalu berlebihan menurutnya dan ingin melakukan sesuatu kepada sahabatnya itu agar tidak terlalu cerewet. "Udah tua juga, masih banyak tingkah aku lihat." Hendery tetap mengomeli setelah selesai mengobati luka di wajah William semampunya. Dia sudah terbiasa mengobati William sejak bangku Sekolah Menengah Atas, karena dimasa itu William tidak jarang mendapatkan tindakan bullying dari kakak kelasnya. William bukan tidak b
BAB 6 AMARAH YANG SELAMA INI DIPENDAMRian yang melihat William ditampar oleh Ayah kandungnya sendiri cukup puas, dia tidak perlu melakukannya dengan tangannya sendiri.Hanya dengan bicara dan memutarbalikkan fakta kepada Candra, dia tidak perlu turun langsung untuk memberikan pelajaran kepada William untuk sekarang ini.“Dasar anak kurang dan tidak tahu terima kasih.”“Berterima kasih untuk apa? Semenjak Ibu meninggal aku hanya sendirian. Sedangkan Ayah sibuk dengan keluarga baru,” William terkekeh seraya memegangi pipinya.Chandra yang semakin tersulut emosi bergegas menuju tas di sudut ruangan yang berisi stik golf.“Coba katakan sekali lagi!”Chandra sudah bersiap dengan Stik golf di tangannya“Apa? Ayah akan memukulku? apa yang aku katakan bukannya benar dan bukankah Ayah sendiri yang memutuskan hubungan antara Ayah dan Anak?” tanya William dengan pandangan tajam menusuk serta tersenyum miring.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan Kak Liam? Apa aku punya salah kepadamu? Aku akan lak
BAB 5 RINDU YANG MENDALAMWilliam mendatangi tempat yang menjual berbagai jenis bunga sebelum pergi ke makam sang Ibu, dia langsung memesan bunga Lili dengan berbagai warna. bunga yang disukai sang Ibu selama hidupnya, bahkan sang Ibu bercerita jika dia hamil lagi dan melahirkan anak perempuan, dia akan menamainya Lili saking kecintaannya kepada bunga tersebut.Selesai melakukan pembayaran, William melanjutkan perjalanannya menuju makam sang Ibu untuk yang pertama kali setelah tujuh tahun berlalu. William meletakkan bunga yang dia beli di salah satu batu nisan yang bernama Aletha Wijaya."Bu...Liam datang, maaf baru datang lagi setelah sekian lama." William mengusap nisan sang Ibu perlahan memandang lekat-lekat tanpa berkedip, tanpa disadari kini kedua matanya mulai berembun.Dadanya terasa sesak, Ia menggigit bibir bawah pelan seolah menahan tangis."Bagaimana kabar Ibu, semoga selalu damai disana. Liam baik-baik saja saat ini jadi Ibu tidak perlu khawatir," ucap Liam suaranya serak
BAB 4 PERTEMUAN TIDAK TERDUGASetelah selesai mengemasi semua barang miliknya, William memperhatikan sekitar sejenak. perlahan namun pasti dia mulai memperhatikan setiap barang-barang dan foto-foto yang ada di rumah tersebut, siapa tahu ada sebuah petunjuk baru yang bisa membantunya untuk dijadikan tambahan sebagai barang bukti nantinya. Meski dia tahu orang yang menyembunyikan sesuatu yang menjadi barang bukti kejahatannya seperti Rian akan menyimpan semuanya dengan sebaik dan rapi mungkin agar tidak ada satu orang pun yang tahu, namun tidak ada yang tahu kalau ada sebuah celah yang dibuat tanpa sengaja karena keteledorannya.Sialnya baru saja beberapa menit yang lalu William memulai aksinya, dia tersentak saat mendengar suara yang sangat familiar baginya, membuatnya harus menghentikan apa yang sedang dilakukan saat itu."Oh ada tamu yang tidak diundang ternyata di rumah ini, masih punya muka juga ternyata setelah keluar dari penjara langsung datang kesini." Rian berjalan santai men
BAB 3 DI BALIK SEBUAH FOTOKeesokkan harinya William sudah bersiap akan pergi ke suatu tempat, kini dia dan Hendery sedang sarapan pagi bersama. Semalam keduanya memutuskan untuk tidur di apartemen saja, karena sore sampai malam diguyur hujan deras."Untuk hari ini apa yang kamu rencanakan Liam?" tanya Hendery yang sedang menyeruput kopi americano kesukaannya."Aku akan pergi ke rumah itu." William menjawab dengan santai seraya mengolesi roti panggang dengan selai kacang."Maksudnya pergi ke rumah keluargamu Liam?""Iya mau kemana lagi, rumahku dan hampir semua aset kan waktu itu disita. katanya barang-barang di rumahku di pindahkan kesana, jadi mau tidak mau aku kesana untuk mengambil barang-barang penting..." William menjeda ucapannya sejenak. "Termasuk barang peninggalan Ibuku,"sambungnya"Baiklah, kalau begitu biar aku yang antar. sekalian aku akan pergi ke kantor kan searah,"tawar Hendery."Tidak perlu, kamu bukan seorang supir yang kemana-mana minta diantar. Aku akan pergi deng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen