Home / Lainnya / Sang Pemburu Bayangan / Terbunuhnya Pak Rektor

Share

Terbunuhnya Pak Rektor

Author: Andi_At98
last update Last Updated: 2021-09-10 00:10:34

Andi melirik ke kolong meja itu, dan menemukan mayat pak Rektor yang bersimbah darah. Lehernya robek seperti habis di gorok dengan golok. Melihat itu semua, pak Kastan dan Andi berlari keluar untuk mencari pertolongan. Haa....! Teriak pak Kastan sambil terus berlari.

Kampus yang tadinya sepi, sekarang ramai kembali. Para wartawan, mahasiswa, dosen, polisi dan masyarakat setempat mengerumbungi tempat kejadian. Ini adalah pertama kalinya pembunuhan dalam sepuluh tahun terakhir ini. Motif dibalik pembunuhan ini juga belum terungkap. Polisi juga sedang mengembangkan kasus ini.

Andi dan pak Kastan yang melihat kejadian itu tidak luput dari pantauan media. Mereka menanyakan berbagai hal terkait dengan kejadian itu. Setelah selesai diminta keterangan, Andi pulang ke kosnya. Dia memarkir si Jack di parkir kosnya. Kemudian, dia naik ke atas untuk menuju kamar kosnya.

Ternyata, di atas sudah ada Wahyu dan Taufik yang menunggunya.

Wahyu bertanya, "Gimana keadaan lo, Ndi? Baik-baik aja, Kan!"

Andi tidak lansung menjawabnya, tetapi terlebih dahulu membukakan pintu dan menyuruh mereka masuk.

"Gue baik-baik aja, cuma sedikit kaget aja tadi!" jawab Andi sambil meletakkan tas di kasurnya.

"Btw! Lo liat pelakunya engak, Ndi?" tanya Taufik penasaran.

"Kalo liat mah, udah gue tangkep kali!" jawab Andi sambil membuatkan mereka kopi.

"Yang lo liat apa?" sahut Wahyu yang juga penasaran.

Andi menjawab, "Gue cuma liat banyangan hitam!" ungkap Andi dengan serius.

Mereka berdua terdiam sejenak, Wahyu dan Taufik saling bertatapan. Gluup! Seteguk liur mengalir ketenggorokan mereka.

"Hah, Banyangan hitam!" sahut Wahyu dengan kagetnya.

"Maksud lo? Kaya ninja gitu, Ndi!" Taufik juga bertanya.

"Iya sebelas dua belaslah!" jawab Andi kepada mereka.

Kemudian, Wahyu menyahut "Kalo memang begitu, orang itu pasti punya ilmu hitam, Ndi!".

Taufik yang mendengar itu terlihat tak percaya.

"Ah yang bener? Zaman gini masih ada yang begituan!".

Mendengar obrolan kedua temannya itu, Andi hanya bisa tersenyum.

Kemudian, dia duduk dengan membawakan kopi kepada mereka.

Dia berkata "Lebih baik kita liat ini dulu!" Tangannya sambil memegang remote tv dan memencetnya.

Dari tv itu, terlihat polisi sedang mengadakan jumpa pers. Polisi menjelaskan berbagai macam temuan mereka seperti rekaman cctv yang memperlihatkan bayangan hitam pelaku pembunuhan itu, dan sebuah sobekan koran yang memberitakan tentang menghilangnya sepuluh aktivis pada sepuluh tahun lalu. Salah satu dari aktivis yang hilang itu bernama Irwan.

Melihat itu, Taufik berkata "Bukankah itu bokap lo, Ndi?".

Andi yang ditanya hanya diam seribu bahasa.

Taufik yang menanyakan hal tadi pun terlihat gugup dan menundukkan kepalanya.

Kemudian, polisi memutar rekaman cctv di tempat kejadian.

Dari rekaman itu, terlihat hanya dua kali banyangan hitam itu tertangkap kamera.

"Ini pasti ninja!" celetuk Taufik dengan wajah serius.

"Ninja mata lo soang, ini bukan jepang bos! Menurut gue, orang itu pasti punya ilmu panglimunan!" kata Wahyu menanggapinya.

Wajah Taufik sedikit berubah seperti ingin balas mengejek. 

Namun, sebelum dia mengatakan sesuatu, Andi terlebih dahulu berkata "Zaman gini masih percaya begituan?".

Suara tertawa keras yang mengejek terdengar dari mulut Taufik membuat Wahyu sedikit malu-malu.

Kemudian, Andi menambahkan "Menurut gue, pembunuhan ini sudah direncanakan sejak awal.

"Karena tidak mungkin pembunuhan itu dapat melewati kamera cctv dan petugas keamanan kampus dengan begitu mudah, tanpa adanya rencana yang matang serta pengamatan yang mendalam!"

Pernyataan itu membuat Wahyu dan Taufik sekali lagi terperangah dan sedikit kaget.

"Berarti pelakunya orang dalam?" Taufik mengerutkan keningnya.

Wahyu dengan cepat menanggapi, "Bukan gitu, tetapi kampus kita sudah lama di mata-matai! ... Iyakan, Ndi?".

Huu.... Andi menghela nafas panjang.

"Iya, pendapat kalian berdua enggak ada yang salah.

"Karena kedua kemungkinan ini bisa saja terjadi ... Namun, yang harus kita cari tahu di sini adalah alasan pembunuhan itu."

Taufik lalu bertanya "Apakah mungkin ini ada hubungannya dengan sobekan koran itu?"

Wahyu yang mendengarnya menanggapi sambil tertawa.

"Iya iyalah Fik, Masa iya iya dong!"

"Kampret lo Yu, gue nanya serius nih!" jawab Taufik sedikit kesal.

"Iya gue juga serius!"kata Wahyu.

Andi yang mendengar itu hanya tersenyum melihat tingkah keduan temannya yang seperti anak-anak.

"Minum dulu kopinya, kalo enggak gue minum nih!" ucap Andi sambil menarik kedua cangkir kopi mereka.

Dengan sigap Wahyu menariknya dan berkata "Enak aja lo, emang tahan minum kopi tiga cangkir?".

"Enggak sih!" sahut Andi sambil tertawa.

"Jadi kita mau ngapain lagi nih? ... ohh iya, kalian berdua ngapain malam-malam ke sini? Nggak ngasih gue kabar lagi!" tanya Andi penasaran.

Wahyu dan taufik yang sedang meneguk kopinya saling berpandangan.

"Ciee" celetuk Andi sembarangan.

Taufik menanggapinya dengan kesal "Kamprett lo, gue masih normal."

Andi hanya tertawa mendengarkan jawaban Taufik itu.

Kemudian, Wahyu menjelaskan "Pertama, kita sangat khawatir dengan keadaan lo.

"Kedua, kita mau izin nginep di kos lo." Matanya sambil memandang ke arah Taufik duduk.

"Ya boleh aja sih, tapi lo udah izin sama bokep nyokap lo enggak, Fik?" tanya Andi kepada Taufik.

"Belum sih, tapi bokap nyokap gue juga lagi enggak di rumah" Taufik menjawabnya.

"Biarpun enggak di rumah, ya harus izin lah! Lo kan ada Hp, telpon minta izin, gitu!" Andi menasehati Taufik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pemburu Bayangan   Kembali ke Kampus

    Wahyu hanya mengelengkan kepalanya."Lo tahan Andi bentar ya!" ucap Wahyu sambil berlari."Lo mau kemana?" tanya Taufik kaget dan penasaran."Udah jagain aja dulu!" teriak Wahyu yang mulai menjauh.Taufik tidak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung mengunci Andi agar tidak bisa bergerak lagi.Beberapa kali tangan Andi memukul badan Taufik, tetapi Taufik pantang menyerah dan sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada Andi."Cepetan dong Yu!.." teriak Taufik yang sudah hampir mencapai batasnya.Beberapa saat kemudian Wahyu muncul dengan sebuah ember ditangannya."Lo, lo mau ngapain?" tanya Taufik.Tanpa mendengar kata-kata Taufik dan tanpa ragu-ragu dia langsung membalikkan air di ember itu pada Taufik dan Andi.Taufik hanya pasrah ketika air itu membasahi tubuhnya. Namun, Andi yang tadi dikuncinya kembali sadar."Apa-apaan lo?" teriak Andi dengan nada marah."Lo tuh yang apa-apaan!" balas

  • Sang Pemburu Bayangan   Ganjil

    Andi masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari buku itu. Tatapannya tetap tajam dan penuh pertanyaan. Andi kembali meletakkan cangkir kopinya dan beberapa kali membolak-balik buku itu. Dari setiap lembar buku, wajah Andi selalu berubah tidak menentu. "Dari mana kalian dapet ini?" tanya Andi. Mereka berdua menatap sebelum menjawab. "Lo aja yang jawab Yu!" Lempar Taufik kepada Wahyu. Wahyu menggangguk lalu menjelaskan semuanya. Huuh!....Andi menghembuskan napas lega setelah itu. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang dia pikirkan. "Lo kenapa, Ndi?" tanya Taufik yang terlihat penasaran. "Enggak apa-apa," jawab Andi sambil tersenyum. Taufik segera merajut alisnya mendengar jawaban Andi itu. Matanya semakin tajam menatap Andi. Tiba-tiba Taufik bertanya, "Lo serius?""Iya gue serius!" jawab Andi cepat. Wahyu yang melihatnya hanya bisa mengelengkan kepalanya. Dia tahu pasti banyak pemikiran di kepala Andi. Dan analisisnya di setiap masalah pasti mendalam dan kri

  • Sang Pemburu Bayangan   Sebuah Penemuan

    Setelah Andi masuk beberapa ratus meter, barulah Andi dapat melihat kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam. Ada sebuah garis polisi yang terbentang mengelilingi sebuah tumpukkan sampah. Di dekat garis polisi itu, ada ambulan yang tadi ditemui Andi waktu di jalan. Ambulan itu dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Di sekitaranya banyak para wartawan yang mengerumbungi ambulan itu.Para wartawan itu terlihat sangat bersemangat dalam melakukan itu. Karena sejatinya mereka sadar bahwa ini adalah sebuah berita besar. Berita yang bisa membuat rating mereka naik.Dengan semangat seperti itu, ada beberapa orang dari mereka yang berani menerobos ke dalam penjagaan polisi. Para polisi pun bertindak untuk menahan mereka. Para polisi itu juga sadar betul privasi yang dimiliki orang yang di dalam perlindungannya. Hal ini membuat para kepolisian itu sangat tegas tanpa ampun kepada para wartawan yang tidak mematuhi perintah mereka. Terlihat ada seorang wartawan ya

  • Sang Pemburu Bayangan   Sesuatu di TPA

    Di perjalanan menuju rumah Wahyu, Andi menemukan beberapa keanehan di jalan. Jalanan yang tampak sunyi seketika dipenuhi oleh lalu lalang mobil yang cukup padat. Dan yang paling lucu, mobil-mobil itu seperti hanya menuju satu arah. Andi bertanya dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya terjadi?" Belum sempat dia memikirkan dan menemukan jawaban dari pertanyaannya. Andi dikejutkan dengan sirine dari mobil ambulan yang melaju dengan cepat di belakangnya. Andi segera meminggirkan motornya dari jalan. Kemudian, Ambulan tadi segera lewat di sampingnya. Ambulan itu tidak sendirian, tetapi ada dua buah motor dinas polisi yang mengawal ambulan itu. Andi semakin bingung melihat pemandangan itu. Karena dengan jelas dia melihat bahwa ambulan tadi kosong. Biasanya ambulan yang membunyikan sirine seperti itu membawa pasien atau seseorang yang sangat kritis. "Atau mungkin ambulan itu ingin menjemput seseorang yang sedang kritis? Tet

  • Sang Pemburu Bayangan   Sebuah Artikel

    Andi yang baru sadar segera mengosok-gosok matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing karena terkejut tadi. Samar-samar Andi masih bisa mendengar suara kucing yang sedang berkelahi. Namun suara itu terdengar terus menjauh. Dalam hatinya dia berkata, "Berarti memang suara kucing itu tadi yang ngebangunin gue."Andi menundukkan kepalanya ke bawah dan menemukan layar hpnya yang hidup. Andi memperhatikan dengan jelas dan melihat sebuah chat yang masuk ke dalam hpnya. Andi meraih hpnya dan membuka chat itu. Chat itu dari Taufik yang menanyakan dimana posisinya."Gue di kos," balas Andi.Tidak berapa lama Taufik kembali membalas, "Oke! Gue otw ke sana.""Yoi!" balas Andi singkat.Andi kemudian kembali meletakkan hpnya di depannya. Matanya kembali ke komputernya, dia kembali mencari-cari sesuatu di mesin pencarian yang mungkin dapat membantunya. Setelah beberapa kali menscroll, Andi akhirnya menemukan sebuah situs yang sedikit an

  • Sang Pemburu Bayangan   Mimpi

    Di kamar kosnya, Andi kembali membuka beberapa buku yang di bawanya dari rumahnya kemarin. Andi membaca buku-buku lama itu dan menemukan beberapa hal yang menarik. Namun, sayangnya di buku-buku itu tidak tergambar dengan jelas. Oleh sebab itu, Andi membuka komputernya untuk mencari refensi lainnya yang mungkin dapat membantunya.Sejujurnya Andi masih penasaran dengan kasus dua pembunuhan kemarin. Walaupun keduanya tidak mempunyai keterkaitan seperti yang disampaikan oleh pihak kepolisian, tetapi andi masih belum yakin seratus persen soal itu. Menurutnya polisi terlalu cepat mengambil keputusan mengenai ini, dan akhirnya menjadikan ketajaman mereka sendiri yang berkurang. Seharusnya mereka tidak memberikan stegmen itu kepada masyarakat. Memang, ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menenangkan masyarakat yang sudah mulai panik dengan kejadian kemarin. Akan tetapi, menurutnya ini akan membuat masyarakat kembali terlena.Andi sendiri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status