Home / Urban / Sang Pemilik Tahta / Bab 6. Membuat Ketua Rektor menghormati dirinya.

Share

Bab 6. Membuat Ketua Rektor menghormati dirinya.

Author: inoz eL
last update Last Updated: 2023-10-05 17:23:56

“Kamu di mana?” tanya seseorang kepada Edward, melalui sebuah panggilan telepon.

Edward kini sedang duduk di kursi direkturnya, dengan Vale Warden dan juga Dhruv di hadapannya.

Edward sedang membicarakan beberapa hal terkait perusahaan yang kini dia kelola. Sebelumnya mereka sedang merencanakan untuk mengadakan pertemuan pemegang saham untuk mengenalkan Edward kepada para pemegang saham yang lainnya.

Bagaimanapun juga mereka harus mengenal siapa orang yang kini menjabat sebagai direktur baru di perusahaan Grade. Terlepas dari edaran yang diberikan oleh orang-orang suruhan Richard.

Namun, pembicaraan itu harus terpotong karena ada sebuah panggilan masuk dari salah seorang teman kuliah Edward.

“Ada apa?” tanya balik Edward, kepada orang yang sedang menghubungi dirinya.

“Miss Hecty mencarimu!” ucap orang di telepon itu dengan panik. “Cepatlah datang ke kampus!” Tambahnya berbicara.

“Aku masih ada beberapa urusan, jadi mungkin akan terlambat datang–”

“Cepatlah! Awas jika kamu membuat idolaku menunggu terlalu lama!” ucap orang yang menghubungi Edward itu tepat sebelum menutup teleponnya.

“Hah.” Suara tarikan nafas panjang dan hembusan keluar dari mulut Edward.

“Ada apa Tuan Muda?” tanya Vale Warden kepada Edward.

“Sepertinya aku harus segera pergi sekarang,” ucap Edward dengan memasukkan ponselnya ke saku celana. “Untuk hak selanjutnya, tolong, Tuan Warden–”

“Tolong ‘Warden’ saja, Tuan Muda,” potong Warden karena dirinya dipanggil tuan oleh Edward.

Edward masih belum terbiasa untuk,bersikap di luar kebiasaan dirinya. Dia menganggap Warden lebih tua darinya, maka sudah sewajarnya dia panggil Tuan untuk menghormatinya.

“Oh.. Iya.. kalau begitu tolong paman Warden atur untuk pertemuan dengan para pemegang saham besok.”

Edward memerintah Warden dengan sopan. Warden mencoba memahami Edward yang masih canggung itu. Di sisi lain, dia juga cukup merasa senang saat Edward memanggilnya paman.

Atasannya kali ini benar-benar menyerupai Richard Hovd. Tidak ada sikap sombong pada orang yang berstatus jauh di bawahnya. Warden juga senang dengan pemilihan kata paman yang dipilih Edward. Dia yang tidak menikah karena lebih memilih untuk mengabdikan diri menjadi asisten pribadi dari Richard Hovd, merasa seperti menemukan anak.

Bukan tidak diperbolehkan oleh Richard. Richard justru meminta agar Warden menikah, tapi Warden menolak dengan alasan dirinya hanya ingin mengabdikan diri untuk menjaga Richard, mengingat anak semata wayangnya yaitu ibu dari Edward, telah pergi dari rumah untuk mengejar cinta.

Selain itu, Istrinya telah lama meninggal setahun setelah melahirkan Ibu Edward. Karena tidak adanya yang merawat, akhirnya Warden bertekad untuk mengabdikan diri kepada keluarga Hovd, lebih tepatnya kepada Richard Hovd.

“Saya mengerti, Tuan Muda. Sebelum saya kembali ke Kakek Anda, akan saya pastikan untuk mengatur segala hal, guna mempermudah Tuan Muda.”

Warden membungkuk setelah selesai menjawab perintah Edward.

Edward merasa senang dengan jawaban dari Warden. Edward tahu jika Warden adalah orang yang bisa diandalkan.

Tapi dirinya juga tahu jika, Warden adalah orang yang paling dipercaya oleh kakeknya, dan tidak boleh jauh dari sang kakek. Itu karena sang kakek membutuhkannya.

“Suatu hari nanti aku akan mendapatkan orangku sendiri yang dapat aku percaya!” ucap Edward dalam hatinya yang masih ada sedikit kenaifan.

“Kalau begitu terima kasih paman,” ucap Edward.

Sebelum dirinya pergi, Edward juga berpesan kepada Dhruv.

“Aku percayakan pengelolaan perusahaan ini kepada Paman.”

“Terimakasih Tuan Muda. Saya tidak akan mengecewakan, Tuan Muda,” jawab Dhruv dengan membungkuk penuh penghormatan.

Setelah itu, kini giliran Warden yang tersenyum kepada Edward.

“Kenapa paman?” tanya Edward.

“Tidak ada, Tuan Muda. Mari, saya akan mengantarkan Tuan ke bawah,” ucap Warden.

Di Lobby perusahaan, beberapa orang yang masih berada di sana menatap kehadiran Edward yang juga diikuti oleh Warden di belakangnya.

Tampak sekali aura orang besar dalam dirinya.

Sementara itu, Varra kini hanya bisa melihat Edward dari tempat yang berjarak cukup jauh.

Tidak ada lagi kesempatan untuk Varra menggenggam tangan Edward. Lelaki yang menjadi kekasihnya sedari sekolah menengah itu kini telah berubah, dan itu karena ulahnya sendiri.

“Ini untuk Tuan Muda,” ucap Warden dengan menyerahkan sebuah kunci mobil.

Benar, di hadapan mereka kini ada sebuah mobil Bugatti Centodieci. Mobil itu  termasuk salah satu mobil kalangan atas. Orang-orang di sana pun tahu hal itu.

Bahkan saking mewah dan mahalnya mobil itu, tidak semua orang kaya bisa memiliki mobil itu. Hanya ada 2 di negara itu yang memiliki mobil mewah ini, dan satunya kini ada di hadapan, milik Edward.

“Ini adalah Bugatti Centodieci. Mobil ini seharga 8,9 Miliar Dolar.”

“I– ini.” Edward kaget.

Baru saja kemarin dia diberi uang seratus juta dolar oleh sang kakek, kini dia dikagetkan kembali dengan sebuah mobil seharga 8,9 miliar dolar.

“Ini adalah kado untuk menyambut kembalinya tuan Muda di dalam keluarga Hovd.”

Warden mengangkat Satu tangannya ke arah mobil dengan sedikit membungkuk kepada Edward. Seolah kini dia sedang mempersilahkan Edward untuk menaiki mobilnya.

“Kalau begitu saya pergi dulu Paman,” ucap Edward dengan memasuki mobilnya dan segera memacunya untuk pergi ke kampus.

Dengan mata memicing, Varra berbicara dalam hatinya.

“Aku harus kembali mendapatkanmu, Edward.”

 Sesampainya di kampus,

Edward dengan senang berlari menuju ke kelasnya.

Dia penasaran akan seberapa kagetnya temannya nanti saat tahu jika dirinya kini telah menjadi orang besar.

Sementara, selama ini dirinya selalu dihina dan diremehkan karena dia hanyalah seorang mahasiswa dengan beasiswa penuh.

Bahkan hanya ada satu orang yang mau berteman dengan dirinya.

“Cepatlah ke gedung Rektorat, Miss Hecty menunggumu di sana!” ucap seseorang saat melihat kehadiran Edward di depan kelas mereka.

Benar, kini di hadapannya adalah satu-satunya teman Edward. Dia adalah Richie Wong. Rupanya sedari menelepon tadi, Richie menunggu Edward di depan kelas.

“Biarkan aku berbicara dulu kepadamu–”

“Sudah pergi lah dulu! Miss Hecty sudah menunggumu!” paksa Richie dengan mendorong Edward pergi.

“Baiklah-Baiklah…” ucap Edward yang pergi dari hadapan Richie.

“Permisi,” ucap Edward saat berada di hadapan Miss Hesty.

Wanita yang masih tampak cantik dengan rambut pirangnya itu kini menatap Edward marah. “Ikut aku. Ketua Rektor ingin bertemu denganmu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pemilik Tahta   Bab 64

    ***Keesokan harinya.Dhisa dan Varra sudah mau berangkat ke universitas. Sesuai dengan apa yang di bilang sebelumnya oleh Varra, mereka terlebih dahulu pergi ke perusahaan Grade.Varra membawa Dhisa ke perusahaan Grade karena dia menuruti perintah dari Edward.Edward ingin agar Dhisa punya penghasilan sendiri,mengingat sekarang gadis itu telah hidup sendiri bersama dengan Varra.Mengingat kepribadian Dhisa, Edward tahu jika Dhisa tidak akan membiarkan siapapun repot hanya karena dirinya. Dhisa adalah seorang gadis dengan pendirian teguh, Dia tidak ingin jika dirinya merepotkan, atau menjadi beban untuk orang lain.“Grade sangat besar.” Ucap Dhisa Kepada Varra saat mereka berdua berada di depan perusahan Grade.“Kamu benar, ini adalah perusahaan terbesar di negara kita.” “Selain itu, latar belakang pemimpin perusahaan perusahaan Grade adalah keluarga Hovd, keluarga yang sangat berkuasa.” Varra menjelaskan kepada Dhisa, seperti seorang kakak yang sedang menjelaskan kepada adiknya.“K

  • Sang Pemilik Tahta   Bab 63

    Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar

  • Sang Pemilik Tahta   Bab 62

    “Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”

  • Sang Pemilik Tahta   Bab 61.

    “Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan

  • Sang Pemilik Tahta   Bab 60

    Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di

  • Sang Pemilik Tahta   Bab 59

    Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status