Share

Bab 6. Membuat Ketua Rektor menghormati dirinya.

“Kamu di mana?” tanya seseorang kepada Edward, melalui sebuah panggilan telepon.

Edward kini sedang duduk di kursi direkturnya, dengan Vale Warden dan juga Dhruv di hadapannya.

Edward sedang membicarakan beberapa hal terkait perusahaan yang kini dia kelola. Sebelumnya mereka sedang merencanakan untuk mengadakan pertemuan pemegang saham untuk mengenalkan Edward kepada para pemegang saham yang lainnya.

Bagaimanapun juga mereka harus mengenal siapa orang yang kini menjabat sebagai direktur baru di perusahaan Grade. Terlepas dari edaran yang diberikan oleh orang-orang suruhan Richard.

Namun, pembicaraan itu harus terpotong karena ada sebuah panggilan masuk dari salah seorang teman kuliah Edward.

“Ada apa?” tanya balik Edward, kepada orang yang sedang menghubungi dirinya.

“Miss Hecty mencarimu!” ucap orang di telepon itu dengan panik. “Cepatlah datang ke kampus!” Tambahnya berbicara.

“Aku masih ada beberapa urusan, jadi mungkin akan terlambat datang–”

“Cepatlah! Awas jika kamu membuat idolaku menunggu terlalu lama!” ucap orang yang menghubungi Edward itu tepat sebelum menutup teleponnya.

“Hah.” Suara tarikan nafas panjang dan hembusan keluar dari mulut Edward.

“Ada apa Tuan Muda?” tanya Vale Warden kepada Edward.

“Sepertinya aku harus segera pergi sekarang,” ucap Edward dengan memasukkan ponselnya ke saku celana. “Untuk hak selanjutnya, tolong, Tuan Warden–”

“Tolong ‘Warden’ saja, Tuan Muda,” potong Warden karena dirinya dipanggil tuan oleh Edward.

Edward masih belum terbiasa untuk,bersikap di luar kebiasaan dirinya. Dia menganggap Warden lebih tua darinya, maka sudah sewajarnya dia panggil Tuan untuk menghormatinya.

“Oh.. Iya.. kalau begitu tolong paman Warden atur untuk pertemuan dengan para pemegang saham besok.”

Edward memerintah Warden dengan sopan. Warden mencoba memahami Edward yang masih canggung itu. Di sisi lain, dia juga cukup merasa senang saat Edward memanggilnya paman.

Atasannya kali ini benar-benar menyerupai Richard Hovd. Tidak ada sikap sombong pada orang yang berstatus jauh di bawahnya. Warden juga senang dengan pemilihan kata paman yang dipilih Edward. Dia yang tidak menikah karena lebih memilih untuk mengabdikan diri menjadi asisten pribadi dari Richard Hovd, merasa seperti menemukan anak.

Bukan tidak diperbolehkan oleh Richard. Richard justru meminta agar Warden menikah, tapi Warden menolak dengan alasan dirinya hanya ingin mengabdikan diri untuk menjaga Richard, mengingat anak semata wayangnya yaitu ibu dari Edward, telah pergi dari rumah untuk mengejar cinta.

Selain itu, Istrinya telah lama meninggal setahun setelah melahirkan Ibu Edward. Karena tidak adanya yang merawat, akhirnya Warden bertekad untuk mengabdikan diri kepada keluarga Hovd, lebih tepatnya kepada Richard Hovd.

“Saya mengerti, Tuan Muda. Sebelum saya kembali ke Kakek Anda, akan saya pastikan untuk mengatur segala hal, guna mempermudah Tuan Muda.”

Warden membungkuk setelah selesai menjawab perintah Edward.

Edward merasa senang dengan jawaban dari Warden. Edward tahu jika Warden adalah orang yang bisa diandalkan.

Tapi dirinya juga tahu jika, Warden adalah orang yang paling dipercaya oleh kakeknya, dan tidak boleh jauh dari sang kakek. Itu karena sang kakek membutuhkannya.

“Suatu hari nanti aku akan mendapatkan orangku sendiri yang dapat aku percaya!” ucap Edward dalam hatinya yang masih ada sedikit kenaifan.

“Kalau begitu terima kasih paman,” ucap Edward.

Sebelum dirinya pergi, Edward juga berpesan kepada Dhruv.

“Aku percayakan pengelolaan perusahaan ini kepada Paman.”

“Terimakasih Tuan Muda. Saya tidak akan mengecewakan, Tuan Muda,” jawab Dhruv dengan membungkuk penuh penghormatan.

Setelah itu, kini giliran Warden yang tersenyum kepada Edward.

“Kenapa paman?” tanya Edward.

“Tidak ada, Tuan Muda. Mari, saya akan mengantarkan Tuan ke bawah,” ucap Warden.

Di Lobby perusahaan, beberapa orang yang masih berada di sana menatap kehadiran Edward yang juga diikuti oleh Warden di belakangnya.

Tampak sekali aura orang besar dalam dirinya.

Sementara itu, Varra kini hanya bisa melihat Edward dari tempat yang berjarak cukup jauh.

Tidak ada lagi kesempatan untuk Varra menggenggam tangan Edward. Lelaki yang menjadi kekasihnya sedari sekolah menengah itu kini telah berubah, dan itu karena ulahnya sendiri.

“Ini untuk Tuan Muda,” ucap Warden dengan menyerahkan sebuah kunci mobil.

Benar, di hadapan mereka kini ada sebuah mobil Bugatti Centodieci. Mobil itu  termasuk salah satu mobil kalangan atas. Orang-orang di sana pun tahu hal itu.

Bahkan saking mewah dan mahalnya mobil itu, tidak semua orang kaya bisa memiliki mobil itu. Hanya ada 2 di negara itu yang memiliki mobil mewah ini, dan satunya kini ada di hadapan, milik Edward.

“Ini adalah Bugatti Centodieci. Mobil ini seharga 8,9 Miliar Dolar.”

“I– ini.” Edward kaget.

Baru saja kemarin dia diberi uang seratus juta dolar oleh sang kakek, kini dia dikagetkan kembali dengan sebuah mobil seharga 8,9 miliar dolar.

“Ini adalah kado untuk menyambut kembalinya tuan Muda di dalam keluarga Hovd.”

Warden mengangkat Satu tangannya ke arah mobil dengan sedikit membungkuk kepada Edward. Seolah kini dia sedang mempersilahkan Edward untuk menaiki mobilnya.

“Kalau begitu saya pergi dulu Paman,” ucap Edward dengan memasuki mobilnya dan segera memacunya untuk pergi ke kampus.

Dengan mata memicing, Varra berbicara dalam hatinya.

“Aku harus kembali mendapatkanmu, Edward.”

 Sesampainya di kampus,

Edward dengan senang berlari menuju ke kelasnya.

Dia penasaran akan seberapa kagetnya temannya nanti saat tahu jika dirinya kini telah menjadi orang besar.

Sementara, selama ini dirinya selalu dihina dan diremehkan karena dia hanyalah seorang mahasiswa dengan beasiswa penuh.

Bahkan hanya ada satu orang yang mau berteman dengan dirinya.

“Cepatlah ke gedung Rektorat, Miss Hecty menunggumu di sana!” ucap seseorang saat melihat kehadiran Edward di depan kelas mereka.

Benar, kini di hadapannya adalah satu-satunya teman Edward. Dia adalah Richie Wong. Rupanya sedari menelepon tadi, Richie menunggu Edward di depan kelas.

“Biarkan aku berbicara dulu kepadamu–”

“Sudah pergi lah dulu! Miss Hecty sudah menunggumu!” paksa Richie dengan mendorong Edward pergi.

“Baiklah-Baiklah…” ucap Edward yang pergi dari hadapan Richie.

“Permisi,” ucap Edward saat berada di hadapan Miss Hesty.

Wanita yang masih tampak cantik dengan rambut pirangnya itu kini menatap Edward marah. “Ikut aku. Ketua Rektor ingin bertemu denganmu.”

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status