Edward kini sedang berjalan mengikuti Miss Hecty dari arah belakang.
Mereka kini sedang berada di dalam lift, pergi menuju ke ruangan ketua Rektor.Mereka saling diam satu sama lain.
Tidak ada perbincangan yang berarti di antara keduanya.Miss Hecty adalah seorang dosen bahasa inggris di kampus Nach University.
Kampus tempat Edward menempuh kuliahnya.Miss Hecty sendiri adalah seorang wanita berusia 31 tahun.
Di usianya yang tidak muda lagi itu, dia masih menyandang status lajang.Tidak tahu, kenapa?
Dia adalah wanita yang cantik. Dengan rambut pirang nya, serta mata biru.
Kulitnya juga sangat putih dan mulus.
Dengan postur tubuh yang sangat menggoda.
Dada besar dipadukan dengan pinggang yang ramping.
Selain itu, pinggulnya juga tampak menantang mata laki-laki yang melihatnya.
Sangat jauh dari kriteria wanita yang bisa dianggap tidak laku.
Namun, sampai saat ini dia masih lajang dan belum pernah menikah.“Dari mana kamu?” tanya Miss Hecty.
Mereka kini berdiri dengan jarak yang tidak terlalu dekat, tapi karena mereka berada dalam satu lift, mereka juga dapat dipastikan tidak berada di jarak yang terlalu jauh.
“Tadi Saya masih ada kesibukan, Miss.” ucap Edward dengan menunduk.
Dia merasa sedikit takut kepada Miss Hecty.
Itu karena Miss Hecty terkenal judes dan dianggap dosen yang menakutkan.“Kesibukan?”
“Kesibukan apa yang bisa dianggap lebih penting dari urusan kuliahmu ini.” tanya Miss Hecty dengan masih menatap ke arah pintu masuk Lift.
“Itu karena saya harus mengurus perusahaan Miss… jadi ini dapat dibilang pen–”
“Perusahaan?” Tanya Miss Hecty memotong ucapan Edward dan disertai dengan senyum kecut.
Terang saja Miss Hecty tidak percaya, karena Edward terkenal sebagai siswa miskin di kalangan kampus.
Selain itu, Miss Hecty juga tahu jika selama ini Edward dapat berkuliah dengan beasiswa penuh.
“Kamu tidak perlu berbohong untuk mencari alasan.” Ucap Miss Hecty bertepatan disaat pintu lift terbuka.
Miss Hecty berjalan meninggalkan Edward.
Berjalan di depan untuk memandu Edward menuju ke ruangan ketua Rektor.“Hmm, Iya sudah…” Ucap Edward saat dia merasa jika, dia sudah jujur kepada Miss Hecty, tapi tidak dipercaya.
“Andai saja Miss Hecty tahu saat ini dalam kepingan kartu bank ku saja berisi 100 juta dolar.” Ucap Edward.
“Permisi.” Ucap Miss Hecty sata membuka pintu kantor ketua Rektor.
“Masuklah.”
Terdengar suara dari dalam ruangan. Tentunya itu adalah suara dari, ketua Rektor.
“Saya membawa Edward seperti apa yang bapak bilang.” Ucap miss Hecty.
“Majulah.” Ucap Miss Hecty kepada Edward yang masih berdiri sedikit jauh di belakangnya.
“Permisi Pak.” Ucap Edward dengan sopan.
“Langsung saja.” Ucap ketua Rektor dengan ekspresi wajah dipenuhi akan ekspresi keseriusan.
“Seperti apa yang kami sampaikan kepadamu melalui surat edaran sebelumnya.”
Awalan kalimat itu cukup membuat Edward paham, akan maksud dan tujuan kenapa dirinya diminta untuk datang ke ruangan ketua Rektor.
Sedari awal Edward sudah mendapatkan edaran atas penghapusan beasiswa penuh dirinya atas perkuliahan.
Itu dikarenakan dirinya yang tak kunjung lulus setelah menempuh kuliah selama tiga setengah tahun.
Beasiswa yang diterima memiliki batas waktu tujuh semester.
Jadi karena ini sudah masuk ke semester kedelapan, beasiswanya dicabut.
Tidak ada penurunan dari kualitas kepintaran dirinya.
Dia bisa terlambat lulus karena dia harus bekerja paruh waktu.Di usianya yang ke 24 tahun ini dia harus bekerja paruh waktu karena dia harus mencukupi biaya hidupnya dan juga menabung untuk memberikan sesuatu kepada Varra.
Meskipun dia harus menelan kekecewaan disaat Varra lebih memilih bersanding dengan Emix. Orang yang dia anggap lebih bisa mencukupi kebutuhannya.
Edward dari awal memang selalu hidup susah.
Dia pun juga masih harus menunda kuliahnya selama satu tahun karena dia harus mengumpulkan uang untuk biaya hidup dan perlengkapan kuliah.Selain itu juga dia mendaftarkan beasiswa untuk dirinya.
Karena itu dia berhasil mendapatkan beasiswa penuh dan berhasil kuliah sampai saat ini.Meskipun akhirnya dia harus terancam DO, Drop Out.
“Aku tahu kamu tidak akan bisa membayar kuliahmu…”
“Kami bermaksud memberikan kesempatan untukmu agar mengajukan pemberhentian kuliah.”
Setelah perkataan Rektor yang seperti itu, Miss Hecty menambahkan.
“Kami memberikan kesempatan seperti ini kepadamu agar dirimu tidak merasa malu.
“Benar, Miss Hecty memaksaku untuk mencari solusi untuk dirimu. Tapi, ini adalah satu-satunya solusi yang kami miliki.” ucap ketua Rektor.
“Aku tidak akan mengundurkan diri.” Ucap Edward.
Mendengar itu, ketua Rektor dan Miss Hecty saling menatap satu sama lain.
Mereka mulai berpikir bahwa Edward adalah orang yang tidak tahu terimakasih.“Kami memberikan kesempatan kepadamu, tapi kenapa kamu seolah tidak tahu terima kasih.” Ucap Ketua Rektor dengan mata memicing.
“Kalian tidak perlu khawatir, aku tidak memerlukan beasiswa itu lagi.” Ucap Edward.
“Kau!!” Teriak ketua Rektor dengan berdiri dari tempat duduknya.
“Kamu adalah orang yang tidak tahu terima kasih!” Tambahnya.
“Sekali kamu miskin, kamu tetap saja orang miskin!” ucap ketua Rektor, lagi.
“Saya tidak bermaksud seperti itu pak.” Jawab Edward.
“Tujuan saya adalah saya akan lanjut kuliah dan saya akan membayarnya.” Ucap Edward menambahkan.
“Baiklah! Kalau kamu memang ingin seperti itu maka kamu harus membayar biaya kuliah mu sekarang juga! Jika tidak kamu akan kami DO!”
“Bapak… bisa minta tolong berikan keringanan untuknya, biarkan dia mengumpulkan uang nya dulu.” Ucap Miss Hecty dengan berkata lembut kepada ketua Rektor, untuk meminta keringanan demi Edward.
Miss Hecty adalah dosen bahasa inggris, tapi dia juga adalah dosen pembimbing akademik Edward.
Karena hal itu dia tidak ingin salah satu mahasiswanya mengalami kesulitan.
“Tidak bisa!” Teriak Ketua Rektor.
Dia sebenarnya sudah lama kesal kepada Edward. karena dirinya baisa mendapat sogokan dari anak orang-orang kaya. dan karena Edward mendapatkan beasiswa penuh dari institusi kenegaraan dia tidak dapat menolak kehadiran Edward di Nach University.
“Dia harus menyetorkan 5 juta dolar sekarang juga!” Ucap ketua Rektor.
“Lima Juta Dolar?” tanya miss Hecty yang kaget, mendengar nominal itu.
***Keesokan harinya.Dhisa dan Varra sudah mau berangkat ke universitas. Sesuai dengan apa yang di bilang sebelumnya oleh Varra, mereka terlebih dahulu pergi ke perusahaan Grade.Varra membawa Dhisa ke perusahaan Grade karena dia menuruti perintah dari Edward.Edward ingin agar Dhisa punya penghasilan sendiri,mengingat sekarang gadis itu telah hidup sendiri bersama dengan Varra.Mengingat kepribadian Dhisa, Edward tahu jika Dhisa tidak akan membiarkan siapapun repot hanya karena dirinya. Dhisa adalah seorang gadis dengan pendirian teguh, Dia tidak ingin jika dirinya merepotkan, atau menjadi beban untuk orang lain.“Grade sangat besar.” Ucap Dhisa Kepada Varra saat mereka berdua berada di depan perusahan Grade.“Kamu benar, ini adalah perusahaan terbesar di negara kita.” “Selain itu, latar belakang pemimpin perusahaan perusahaan Grade adalah keluarga Hovd, keluarga yang sangat berkuasa.” Varra menjelaskan kepada Dhisa, seperti seorang kakak yang sedang menjelaskan kepada adiknya.“K
Varra terdiam, Dia mulai berpikir bagaimana meluruskan keadaan ini kedepannya. Dia kini mulai ingat jika Edward pernah berkata kepada dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari siapapun“Apa Kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Varra?”Edward yang mengetahui dilema Varra kini mencoba untuk meluruskan hal itu sendiri.“Huehehe” Varra tersenyum kepada Dhisa untuk sekedar membantu Edward menyembunyikan statusnya.Sejujurnya Varra benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai, meyakinkan Dhisa jika dirinya berbohong. Mengingat semua yang Dia ucapkan sebenarnya adalah sebuah kebenaran.“Tapi, Benarkah itu?” Tanya Dhisa dengan menunjukkan sedikit keraguan.Sejujurnya, memang Dhisa tidak suka dengan para orang-orang kaya dan orang kelas atas karena dirinya merasa mereka semua sering merendahkan orang lain yang mereka anggap lemah.Namun, yang tidak diketahui oleh Edward dan Varra adalah, Dhisa mulai berpikir akan sesuatu,“Mungkin jika Mereka adalah Edwar
“Varra. Ayo kita pergi.”Ucap Dhisa yang disambut dengan senyum manis oleh oleh Varra.Tidak lupa Varra masih mendengus ke arah Whiny, seolah menghina Whiny sebelum akhirnya dia berpaling muka.“Aku pergi Ayah, Ibu.”“Whiny juga, jaga kesehatanmu, kita masih akan bertemu di universitas.”Dhisa berpamitan kepada anggota keluarganya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Aku berharap kalian tidak akan mengganggu Dhisa lagi.”Edward berbicara untuk terakhir kali, sebelum akhirnya mereka pergi.Setelah kepergian mereka, kini Pearl beserta anak istrinya mulai mengeluarkan sumpah serapah.Cacian dan makian keluar dari mulut mereka.Setelah mereka tenang, mereka kini memilih untuk di duduk bersama dan berunding.Pearl memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Owl, sementara sebelumnya dirinya sudah menjanjikan Dhisa untuk Owl, sebagai bentuk “pelancar” urusan bisnis diantara keduanya.“Apa yang harus Kita lakukan sekarang suamiku?” Nessy bertanya kepada sang suami.“Aku juga tidak tahu.”
“Kau. Berhenti di tempatmu sekarang!” Hardik Pearl.Edward terus berjalan tanpa menghiraukan peringatan dari Pearl, sampai akhirnya kini dirinya sudah sangat dekat dengan Pearl, tanpa sadar hal itu membuat Pearl mengambil beberapa langkah ke belakang dan mengakibatkan dirinya terjatuh karena kehilangan keseimbangan.“Kenapa Kau begitu lemah?”Edward mulai menghina Pearl dengan tatapan yang sangat meremehkan.“Biarkan Dhisa pergi,” Ucap Edward yang kemudian membungkukan bada mendekatkan wajahnya ke wajah Pearl.“Atau Kau ingin bernasib sama dengan Owl?” Ancam Edward, tanpa diketahui oleh yang lain Edward berbicara dengan sorot matanya menjadi begitu tajam menantang.“Dhisa, lebih baik kamu bereskan barangmu, Kami akan menunggumu.” Dengan menoleh serta tersenyum manis Edward berkata kepada Dhisa yang sedari tadi masih terpaku melihat dirinya.“Iya.” Jawab Dhisa singkat dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat hangat. Untuk sekilas, terlihat senyum Dhisa yang penuh akan kebahagiaan
Pearl bermaksud mendekat ke arah Dhisa yang sepertinya memiliki tujuan untuk memukul atau sekedar mengasari Dhisa yang menurut Dirinya sudah membuat masalah.Namun, hal itu ia urungkan saat Dia melihat ada seseornag yang masuk ke dalam rumah, mengekor Dhisa.Itu adalah Edward.“Ka–kau! Kenapa Kau disini?”Pearl seketika menjadi gagap saat dirinya melihat hadirnya Edward disana.Masih tergambar jelas di benak Pearl apa yang sudah Dia lihat tadi malam.Pemuda di hadapan-nya sekilas seperti pemuda pada umumnya, akan tetapi Pemuda itu juga yang seketika menjadi ganas tak bisa dikendalikan saat dalam kondisi marah.“Kenapa?” tanya Edward dengan sorot matanya yang begitu mengintimidasi Pearl.“Tidak apa-ap–”“Tunggu” Pikir Pearl menghentikan ucapanya sebelumnya dengan berbicara kepada dirinya sendiri.“Bukankah ini di rumahku?” Ucap Pearl masih dalam hatinya.“Seharusnya Dia tidak berani macam-macam di rumahku,” Pikir Pearl dengan satu tangan memegang dagu miliknya.“Apa yang kau lakukan di
Edward dan kedua wanita itu kini sedang berjalan hendak pergi dari hotel,tempat mereka beristirahat. Kini sedang di dalam lift menuju basement parkir.Tidak lupa Edward memberikan kabar kepada Warden, perihal beberapa perintah.Pertama Edward minta kepada Warden untuk dicarikan satu kondominium untuk tempat tinggal Varra dan juga Dhisa, Edward meminta yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka belajar. Yang kedua Eddward memberikan perintah kepada Warden untuk mengambil mobil miliknya di basement parkir hotel, karena dia akan ikut bersama dengan Dhisa di mobil Varra.Tidak menunggu waktu lama, sebelum mereka sampai di mobil milik Varra, satu notifikasi masuk di ponsel Varra.Itu adalah titik alamat kondominium apartemen untuk nya, beserta dengan aksesnya.Setelah membaca pesan di ponselnya Varra segera menghadap ke Edward dan mengangguk, sebagai tanda sudah diketahuinya letak kondominium untuk tempat tinggal baru Dia dan juga Dhisa.“Sebaiknya Aku kembali kerumah dulu untuk mengambil