Share

Klien Pertama

Author: Rucaramia
last update Huling Na-update: 2025-05-21 14:32:32

“Doni …” panggil Angga sambil memijat hidungnya dan berusaha sebisa mungkin menghadapi hal ini dengan tenang. “Apa-apaan ini?” tanyanya, seraya mencoba untuk menjaga suaranya tetap tenang dan kalem. Pemuda itu baru saja keluar dan dia sama sekali tidak siap dengan pemandangan yang menusuk matanya begitu dia berpikir bisa bersantai-santai di kamarnya.

“Halo Angga, tadi aku kemari dan kata adikmu kau sedang keluar dan dia menyuruhku menunggu di kamarmu. Kalau soal semua harta yang aku sebar di ranjangmu ini. Semuanya aku siapkan untuk bahan referensimu. Anggap saja ini bagian dari training sebelum memasuki pekerjaanmu sesungguhnya,” sahut Doni riang bahkan tidak malu memajang semua itu di atas kasurnya.

Alasan mengapa Angga langsung memasang muka masam dan suasana hatinya mendadak buruk adalah karena begitu dia pulang dan masuk ke dalam kamar disana dia sudah dinantikan oleh Doni dengan tempat tidurnya yang dipenuhi dengan barang-barang porno. Mulai dari DVD, majalah, panduan tentang BDSM, dan beberapa salinan Kamasutra.

Angga mendesah sebal, kepalanya mendadak berdenyut nyeri. “Kenapa semua benda itu harus berada di atas tempat tidurku? Bagaimana kalau ada adik perempuanku yang berkunjung dan melihat ulahmu ini? aku tidak ingin adikku menganggapku sebagai kakak yang cabul!”

Doni terkekeh saat dia duduk di ambang jendela. “Kalau begitu aku sarankan kau mencari tempat yang tepat untuk menyembunyikan semua itu. Riri sudah marah saat aku merebut beberapa simpanannya hanya untuk kuberikan padamu. Jadi aku tidak bisa mengambil yang lainnya lagi.”

“Tunggu, barang ini milik Riri?” tanya Angga sedikit terganggu.

“Tidak semuanya. Beberapa ada yang milikku juga. Anggaplah ini bentuk solidaritas pertemanan. Aku teringat kau mungkin butuh refrensi untuk memperluas wawasanmu. Dan ketika aku menceritakan apa yang terjadi soal kau dan sepupuku. Tiba-tiba saja aku mendapatkan uang untuk membelikanmu beberapa koleksi baru.” Doni kemudian mengeluarkan segepok uang tunai dan melemparkannya kepada Angga. “Pembayaran dimuka untuk pekerjaanmu, kawan. Ini sesuai dengan skill-mu yang luar biasa karena bisa bertahan bahkan sampai merangkak pergi meski Riri telah membuatmu kewalahan. Salut!”

Angga mendengus dan segera menyimpan uang yang dia terima ke dalam laci mejanya. “Sudahi basa-basinya. Jadi siapa orang yang sudah memberiku DP sebanyak ini?” tanyanya.

Walau pun masih agak takut lantaran uang yang dia terima terbilang cukup besar. Bahkan sebesar gaji sebulan pekerja kantoran. Angga tidak pernah sedikitpun mengira bahwa dia akan dibayar untuk mendiuri perempuan. Jadi dia bingung sekarang karena situasi ini membuatnya tidak bisa lari lagi. Dia tahu ini pekerjaan yang buruk, tetapi karena menghasilkan uang dengan mudah dia pun jadi tergoda.

Doni menyeringai. “Oho, jadi semangat kerja ya? senang mendengarnya.” Dia kemudian mengeluarkan selembar kertas dari balik celananya dan menyerahkan itu kepada Angga. “Ini klien pertamamu, kurasa kalian sudah saling mengenal.”

Angga menatap nama itu dan dia terbelalak. “Kau serius? Dia?”

Pria itu tersenyum misterius. “Ya, itu sebabnya aku membawa beberapa hal untuk kau pelajari sebelum benar-benar menanganinya.” Pria yang lebih tua dari Angga tersebut kemudian mengacungkan telunjuknya ke arah barang nista yang tersebar di atas ranjang si pemuda. “Kau membutuhkan semua itu untuk memuaskan dia. Dan kalau kau butuh bantuan untuk melatih kemampuan ranjangmu, aku juga bisa menyediakan ‘guru privat’ untukmu.”

Angga kontan langsung memucat memikirkan kemungkinan siapa orang yang Doni maksud. Seketika pemuda itu menggeleng. “Tidak kalau yang kau maksud itu Riri! Pinggulku tidak akan bisa menangani hukuman apapun yang dia buat untukku setidaknya untuk beberapa dekade,” ujar Angga lebay. Tetapi walau disampaikan dengan cara itu, Angga sungguhan merasa tersiksa untuk beberapa hari. Terutama pinggulnya yang terasa retak.

Doni hanya terkekeh. “Dia tidak tahu kalau kau masuk industry ini kok. Dia tidak tahu apa-apa soal bisnis kita. Jadi dia tidak akan terlibat.”

“Kapan aku mulai bekerja?”

“Temui klien-mu besok malam, Jagoan.”

***

Keringat membasahi dahi Angga ketika dia mengetuk sebuah pintu yang berada di hadapannya. Dia merasa gugup lantaran ini adalah kali pertama dia benar-benar bekerja untuk uang. Tentu saja ini sedikit berbeda dengan apa yang sudah pernah dia lalui dengan Riri, karena situasi sekarang sedikit memberinya tuntutan untuk memuaskan. Pemuda itu menanti dengan sabar setelah mengetuk pintu, karena belum mendapatkan jawaban akhirnya dia kembali mengetuk untuk kedua kalinya. Pada kesempatan itulah dia mendengar suara dari yang artinya si pemilik rumah ada di dalam sana.

“Masuk saja masuk!” kata suara feminim di dalam yang membuat debaran di jantung Angga semakin berdegup kian kencang. Sial, tubuhnya mendadak menggigil. Kadang kala memang ada saatnya Angga merasa dia menjadi lelaki paling culun sealam semesta. 

Pemuda itu membuka pintu seperti yang sudah diintruksikan kepadanya. Dia melongo masuk ke dalam rumah yang suasananya agak gelap, dia tidak merasa perlu untuk menyalakan lampu meski dia butuh. Namun karena ada cahaya di ujung ruangan maka pemuda itu memutuskan melangkahkan kakinya menuju kesana.

Dan benar saja begitu celah pintu dibuka dia menemukan seorang wanita sedang duduk di atas kasur lantai sambil menghisap sebatang rokok. Wanita itu menyeringai ketika menyadari Angga masuk ke dalam ruangan. “Hai, Aang. Senang sekali melihatmu mau datang kemari,” sapanya ramah dan hanya dia sajalah yang memanggil namanya dengan sebutan khusus. Dulu dia dan Agna memang pernah menjadi rekan kerja, sebelum wanita itu resign dari tempat kerja selepas hamil dan mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. 

Dari gesture si wanita, Angga lantas memposisikan diri untuk duduk dihadapannya. Ketika mereka saling menatap, untuk beberapa alasan pemuda itu tanda sadar menelan ludah karena gugup. “Um, hai … Agna.”

Wanita yang lebih muda darinya itu bisa dengan mudah menyadari ekspresi gugup dari sang pemuda dan dia pun malah terkekeh melihatnya. “Tidak perlu malu begitu, Aang. Kau disini karena suatu alasannya dan kita berdua tau untuk alasan apa itu. Jadi, aku butuh bantuanmu untuk sesuatu. Sesuatu yang tidak bisa kuminta dari sembarang orang.” Wanita itu menyeringai sambil bersandar sedikit, meletakan rokok yang beberapa saat lalu sedang asyik dia hisap. “Sesuatu yang kudengar bisa kau bantu dengan baik.”

Tidak yakin dengan jawaban apa yang bisa Angga berikan, pria itu hanya menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Mungkin yang kau dengar sedikit dilebih-lebihkan. Tapi aku akan memastikan untuk membantumu sebisaku. Jadi bantuan seperti apa yang kau butuhkan dariku?”

Agna menyeringai dan dengan satu lengannya yang bebas, wanita itu meraih ujung pakaiannya sendiri dan menariknya hingga lepas. Membiarkan kedua buah dadanya yang besar tampil di depan wajah Angga untuk bisa dia lihat.

“Perah aku.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Jadi Kang Pijat

    “Selamat datang!” sapa seorang wanita berambut pirang platina begitu Angga berjalan masuk sembari membawa tas punggungnya. “Kau pasti Angga yang diceritakan oleh Doni.”Angga menganggukan kepala, sembari matanya mengamati seberapa mewahnya tempat yang sedang dia pijak kini. Dia memang pernah mendengar tentang seberapa bagusnya tempat ini dari beberapa orang yang pernah menikmati sendiri fasilitasnya. Hanya saja seluruh kemegahan ini bagi Angga berada dalam tingkat yang belum pernah Angga lihat sendiri dengan kedua matanya. Seluruh bangunan tampak begitu mewah bahkan bila dipandang dari kejauhan. Tetapi berada di dalamnya seperti membuat Angga merasakan sesuatu yang berbeda. “Ya, itu aku,” kata Angga yang langsung menjabat tangan wanita yang menyambutnya.“Bagus, aku Ani. Kepala tukang pijat sekaligus manajer di sini. Terima kasih sudah bersedia membantu kami,” kata wanita itu lagi sambil memberi isyarat kepada petugas yang langsung mengambil alih tas yang dibawa Angga. “Sementara mere

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Kerjaan Baru

    “Apa maksudnya ini Doni?!” teriak Angga pada pria yang entah sejak kapan sudah menjadi bosnya itu. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar darinya. “Kenapa tiba-tiba?” keringat membasahi punggungnya, karena kebetulan dia sedang lari saat Doni memanggilnya datang untuk bicara. Dia sudah mulai menikmati pekerjaannya, tetapi Doni ternyata punya kejutan yang baru untuk dirinya.Doni mengerang, jelas pria itu paham bahwa Angga pastinya tidak akan bisa langsung menangkap apa yang dia maksud. “Angga, bukan begitu maksudku. Kalau kau memahaminya dengan jelas aku bukan berarti ingin menyudahi ini.” Dia berkacak pinggang dan tersenyum penuh misteri. “Aku cuma ingin kau menyingkir untuk sementara waktu.”“Tidak masuk akal! Setelah mendapat keuntungan dariku lantas sekarang kau mau membuangku?” balas Angga tak terima.“Tidak, tidak, kau salah paham. Kita kan pada mulanya memang mengawali ini karena iseng, dan tentu saja sebagai teman terbaikmu aku jelas tidak mungkin membuangmu begi

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Story Of My Life

    Sebelum Sonia bisa mencapai titik puncak ekstasi, Dokter Nana sudah keburu menghentikannya. Dia meletakan tangannya sendiri dibahu wanita Sonia dan seketika menghentikan pergerakan liar wanita itu di atas tubuh Angga. Sedikit kecewa karena dia harus menunda kenikmatan, Sonia melirik ke arah Dokter Nana dan kini kedua matanya sudah terbelalak lebar lantaran wanita itu telah melepaskan satu-satunya penghlangan tubuh. Dia berada dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Dia melumasi sebuah benda yang sudah tidak asing bagi Sonia. Seketika tubuh wanita itu menegang kembali.“Dokter Nana…” ujarnya sambil menelan ludah, dia jelas tahu apa yang akan dilakukan oleh sang senior dengan benda yang telah terpasang di selangkangannya itu.“Santai saja, Sonia,” kata Dokter Nana sambil mengusap rambut hitamnya dengan lembut. “Ini sama seperti saat aku dan memberimu hadiah saat hari ulang tahunmu, hanya saja yang sekarang jauh lebih besar dari mainan itu, dan aku yang akan menggunakannya padamu.”

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   3some

    Pertanyaan itu cukup mendistraksi Sonia, tetapi tampaknya Angga tidak terganggu sama sekali. Pria itu masih tetap menjilati lipatan tubuhnya dengan lembut, tetapi sekarang bukan hanya sekadar tangannya saja yang berkontribusi melainkan jarinya pula.“Shhh… enak sekali,” bisik Sonia.Punggung Sonia yang melengkung pada Angga mendefinisikan betapa dia menikmati dirinya. Dan itu adalah arti bahwa Angga perlu mendorongnya melampaui batas. Dengan dorongan yang dia atur lebih cepat, Angga berhasil menyentuh titik manis yang jauh di dalam dirinya. Membelainya tanpa ampun sambil lidahnya tetap menghisap klitoris wanita itu keras-keras.Tangan Sonia meremas payudaranya sendiri ketika dia merasakan ketegangan di dalam dirinya meningkat hingga dia merasa tidak tahan lagi.“Keluarkan saja Sonia, jangan ditahan,” ujar Dokter Nana memerintahnya. Dia tampak sangat tertarik melihatnya dalam kondisi ini.Sonia sudah bisa merasakan dirinya goyah, rasa dari klimaksnya terasa berada di tepian. Dinding da

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Klien Tambahan

    Dua puluh menit terlah berlalu sejak Dokter Nana pergi meninggalkannya sendiri, dia berjanji bahwa kepergiannya tidak akan memakan waktu lebih lama dan memintanya untuk tetap disana.Dan disinilah Angga, duduk di tempat tidur dan menunggu wanita itu kembali. Meski sejatinya dia sedikit bertanya-tanya mengenai rencana yang akan dilakukan oleh Dokter Nana dan juga asistennya Sonia terhadapnya. Tapi dia tidak bisa kabur lantaran wanita itu telah membayar penuh untuk jasanya.Untungnya tidak lama setelah itu, dia mendengar suara derap langkah dan kunci pintu yang diputar dan buka dari arah luar kamar tidur.“Angga! Makan malam!” suara feminim yang Angga kenali bukan milik dari Dokter Nana membuat lelaki itu langsung kembali siaga. Meski kini ekspresinya lebih kepada heran.“Apakah itu suara Sonia? Apa dia baru bilang makan malam?” gumamnya lebih kepada diri sendiri.Meski ada banyak keanehan yang Angga rasakan tetapi lelaki itu tetap turun dari ranjang dan tidak merasa perlu repot-repot u

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Main Bareng Nana Lagi

    Dokter Nana mengerang dengan liar ketika dia menunggangi Angga dengan keras. Rambutnya yang biasa tergelung rapi sudah tergerai bebas menutupi bahu dan punggungnya. Sang pemuda yang menjadi pemuasnya tampak mencengkeram pinggang sembari mengimbangi gerakan sang wanita dengan dorongannya sendiri. Ibu jari Angga mengusap klitorisnya.“Oh yes!” teriak wanita itu dengan parau begitu dia mendapati orgasmenya. Ranjang yang mereka tempati berguncang karena gerakan yang tidak henti-hentinya. “ANGGAAA!” erangnya menggila menyebut nama sang patner.Angga sendiri hanya menyandarkan kepalanya ke bantal dan mengerang menyebut nama Nana ketika miliknya dia masukan hingga ke dalam dengan miliknya yang mengeluarkan banyak esensi. Kedua kaki Nana gemetaran dan tubuhnya ambruk dan seolah tak puas dia kembali menyosor bibir sang pemuda dengan penuh nafsu sebelum akhirnya Angga kembali mengeluar masukan miliknya di dalam diri Nana. Kepala wanita itu terdorong ke samping tatkala dia memegang Angga, saat p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status