Share

New Job

Author: Rucaramia
last update Last Updated: 2025-04-18 18:04:39

Lima jam kemudian Angga membuka pintu toko dari dalam untuk meninggalkan tempat itu segera. Setelah semua yang terjadi, pemuda itu merasa bahwa dia baru saja menyelesaikan lari marathon sepanjang sepuluh kilo meter. Meski lelah, tetapi kalau dia tetap disana bisa-bisa dia akan dihantam lagi oleh wanita itu dan terus terang untuk sekarang itu bukan pilihan yang bijak.

“Terima kasih Tuhan, akhirnya dia tidur juga,” ujar Angga sambil menghela napas.

“Sudah bersenang-senangnya?” kata seseorang sambil menyeringai so tahu. Orang itu duduk di teras seolah memang sudah menungggu Angga keluar dari kediamannya dan terima kasih untuk komentar tersebut. Angga sekarang seperti seorang maling yang tertangkap basah.

“Fuck, kau membuatku kaget. Diam saja lah! Lain kali sebelum minta tolong katakan padaku inti dari pertolongannya. Bukan malah mengirimku ketempat ini dan membuatku nyaris mati.”

Doni cuma tersenyum miring sambil berdiri. “Ya, oke. Tapi intinya aku benarkan? Kau hanya perlu melihatnya langsung dan boom, kau berhasil memberikan bantuan meski kau tidak tahu apa.”

“Alah, banyak omong kau! Lagipula bisa-bisanya kau bersikap sesantai ini setelah aku meniduri sepupumu,” celetuk Angga sambil mengusap wajahnya. Dia tidak habis pikir dengan isi kepala orang ini. Biasanya orang normal yang memergoki perbuatannya paling tidak akan memukulnya. Tapi orang ini malah tersenyum mengerikan seperti itu.  

“Memangnya kenapa? Toh baik kau ataupun dia kalian berdua sama-sama menikmatinya.”

“Kau tidak berhak berkomentar soal itu, bangsat!”

“Tapi hei, ngomong-ngomong aku jadi punya usulan bisnis untukmu.”

“No thank you.”

“Oh ayolah, Angga. Kau kan sedang menganggur. Tidakkah kau pikir ini bisa jadi kesempatan bagus untuk memulai pekerjaan baru? Kita bisa berbagi penghasilan. Kau untung aku pun juga. Setidaknya dengan itu aku tidak dikejar rentenir lagi dan sepupuku bisa berhenti melayani para lelaki yang menagih hutang padaku.”

“Kau—Apa?”

“Kau sudah dengar. Ya, Riri membantuku mengulur waktu mengumpulkan uang untuk membayar hutangku. Dia cukup berbakat dalam hal itu, jadi kami saling membantu. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan dan aku mendapatkan manfaat darinya yang cukup hyper soal ranjang.”

“Kau benar-benar brengsek! tolol betul kau jadi sepupu!” sembur Angga tidak percaya dengan pola pikir kawannya. Bisa-bisanya dia memanfaatkan sepupunya sendiri untuk melayani para pria secara sembarang.

Doni menghela napas. “Aku tidak punya pilihan. Jadi, kau mau bekerja sama kan dengan bisnisku? Aku rasa ini benar-benar akan maju pesat dan tanpa kerugian.”

Angga menghela napas. Pria itu mencoba memproses amarahnya sebelum pasang telinga. Meski terdengar mencurigakan, tetapi Angga pada akhirnya menyerah dan mulai mendengarkan orang itu. “Oke, aku mendengarkan, jadi bisnis apa yang akan bisa maju pesat tanpa kerugian dalam otakmu?”

Doni menyeringai. “Yah, kau tahu ada banyak perempuan yang kukenal dan hampir se-tipe dengan Riri yang begitu haus akan seks. Dan melihat bagaimana kau bisa memuaskan Riri, aku merasa bahwa aku sudah menemukan seseorang yang berbakat di bidang ini. Kau adalah orang yang sempurna untuk pekerjaan ini.”

Angga langsung ternganga. Benar saja, apa yang lelaki itu tawarkan sesuai dengan apa yang dia pikirkan. “Apa aku terlihat seperti seorang gigolo di matamu?”

“Kalau kau bertanya padaku sekarang, sebenarnya iya.”

“Bangsat! Aku tidak akan membiarkanmu menjualku kepada perempuan yang tidak aku kenal!”

Doni cuma tersenyum. “Oh ayolah, Angga. Aku akan memberikanmu bayaran yang sepadan dengan jasa yang kau berikan. Lagipula mereka semua adalah perempuan yang steril. Ini tidak seperti aku akan menjualmu pada orang asing di pinggir jalan. Dan lagipula …” Dia melirik ke arah toko. “… bisakah kau berkata dengan serius sekarang kalau kau tidak menikmati hubungan seksmu dengan Riri. Kau bisa bayangkan kesenangan yang kau dapatkan nanti!” lanjut Doni sambil berbisik ke telinga Angga. Lalu setelah itu dia kembali melirik ke arah si pemuda yang wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Apa yang dia katakan tepat sasaran. “Jadi, apa kita sepakat?”

***

Riri memainkan kotak beludru yang dia simpan di atas meja. Meraih ponselnya, dia mengetikan satu nama yang baru saja di dengar dari seorang pemuda. Riri mengenal lelaki itu, karena dia melihat wajahnya saat mereka pertama kali bertemu. Tapi dari gelagat si pemuda tampaknya dia tidak mengingat Riri sama sekali.

Karena itulah, saat ini sepulang dari tokonya Doni. Riri memutuskan pulang ke kosannya sendiri dan menghabiskan waktu mengingat moment gila yang terjadi padanya beberapa saat lalu. Pria itu berhasil mengesankannya, dan ternyata meski awalnya Riri pikir dia tipikal lelaki yang culun. Saat bercinta rupanya dia cukup seksi dan hal itu agak mengganggunya sedikit.

“Ternyata dia lumayan tampan juga sih,” gumam Riri sambil melihat satu persatu foto di sosial media lelaki itu. Riri mencuri dengar dari sepupunya bahwa pemuda bernama Angga itu masih perjaka dan Riri adalah orang yang menjadi pengalaman pertamanya. Selain itu, katanya pula si pemuda baru saja dicampakan pacarnya saat dia hendak melamar. Informasi itu tiba-tiba saja jadi terdengar penting bagi Riri dan dia mulai tertantang untuk mencari tahu lebih banyak soal pemuda itu. “Dan mantannya ternyata cantik,” komentar Riri saat menemukan sebuah foto dimana Angga bersanding dengan seorang wanita dan mereka berdua tersenyum bahagia di depan kamera.

“Pantas saja dia sefrustasi itu sampai dengan mudah membuang cincin seberharga ini,” ungkap Riri lagi sambil menimbang kotak cincin ditangannya. Dan kemudian ketika dia melihat lebih jauh soal gadis yang berada di sosial media si pemuda. Dia mulai mengerti bahwa hubungan tersebut tampaknya tidak berjalan baik dan agak timpang.

“Ahh… jadi perempuan ini lebih mapan ya,” gumam Riri lagi ketika melihat beberapa foto dimana wanita itu sedang berada di kantor dengan memakai pakaian khas kantoran. Riri jadi teringat dengan penjelasan Doni soal hubungan Angga dengan mantan pacarnya. Tentang seberapa insecure-nya Angga karena dia tidak semapan pacarnya. Dan si mantan pacar juga memperlakukan Angga dengan dingin dan selalu sibuk sampai tidak punya waktu untuknya.

Riri menghela napas, “Cincin ini pasti untuk dia,” gumam Riri.

Kembali pandangannya menatap layar dimana foto Angga dan gadis itu sedang tersenyum ke arah kamera. Mereka tampak serasi dari yang terlihat, tetapi dibalik itu semua terdapat banyak perbedaan yang sepertinya sudah tidak bisa dibicarakan.

“Ahhh… kenapa pula aku peduli, itu kan bukan urusanku! Lagipula orang ini sama saja dengan para pria yang aku pernah tiduri. Tidak ada bedanya sama sekali!” Riri berseru, ditatapnya sekali lagi profil picture si pemuda. “Tapi anehnya aku malah jadi penasaran…,” lirih wanita itu. “Ini salahmu Angga. Kau membuatku tidak bisa berhenti memikirkanmu!” rutuknya.

Kemudian dia bangkit menuju ke salah satu lemari yang menyimpan banyak koleksi harta karunnya. Namun pandangannya langsung nanar menyadari ada banyak koleksinya yang tidak ada ditempat. “Si bangsat itu pasti mencurinya! Ahhhhh… sialan!”

Dengan cepat, Riri mengambil ponselnya dan menghubungi orang yang dia curigai. “Mana koleksiku?”

“Hai sepupu, aku tadi berkunjung kerumahmu saat kau masih tidur di toko. Dan aku lihat ada banyak koleksi yang bagus, jadi aku pinjam.”

“Kembalikan sialan! Itu semua favoritku!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Jadi Kang Pijat

    “Selamat datang!” sapa seorang wanita berambut pirang platina begitu Angga berjalan masuk sembari membawa tas punggungnya. “Kau pasti Angga yang diceritakan oleh Doni.”Angga menganggukan kepala, sembari matanya mengamati seberapa mewahnya tempat yang sedang dia pijak kini. Dia memang pernah mendengar tentang seberapa bagusnya tempat ini dari beberapa orang yang pernah menikmati sendiri fasilitasnya. Hanya saja seluruh kemegahan ini bagi Angga berada dalam tingkat yang belum pernah Angga lihat sendiri dengan kedua matanya. Seluruh bangunan tampak begitu mewah bahkan bila dipandang dari kejauhan. Tetapi berada di dalamnya seperti membuat Angga merasakan sesuatu yang berbeda. “Ya, itu aku,” kata Angga yang langsung menjabat tangan wanita yang menyambutnya.“Bagus, aku Ani. Kepala tukang pijat sekaligus manajer di sini. Terima kasih sudah bersedia membantu kami,” kata wanita itu lagi sambil memberi isyarat kepada petugas yang langsung mengambil alih tas yang dibawa Angga. “Sementara mere

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Kerjaan Baru

    “Apa maksudnya ini Doni?!” teriak Angga pada pria yang entah sejak kapan sudah menjadi bosnya itu. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar darinya. “Kenapa tiba-tiba?” keringat membasahi punggungnya, karena kebetulan dia sedang lari saat Doni memanggilnya datang untuk bicara. Dia sudah mulai menikmati pekerjaannya, tetapi Doni ternyata punya kejutan yang baru untuk dirinya.Doni mengerang, jelas pria itu paham bahwa Angga pastinya tidak akan bisa langsung menangkap apa yang dia maksud. “Angga, bukan begitu maksudku. Kalau kau memahaminya dengan jelas aku bukan berarti ingin menyudahi ini.” Dia berkacak pinggang dan tersenyum penuh misteri. “Aku cuma ingin kau menyingkir untuk sementara waktu.”“Tidak masuk akal! Setelah mendapat keuntungan dariku lantas sekarang kau mau membuangku?” balas Angga tak terima.“Tidak, tidak, kau salah paham. Kita kan pada mulanya memang mengawali ini karena iseng, dan tentu saja sebagai teman terbaikmu aku jelas tidak mungkin membuangmu begi

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Story Of My Life

    Sebelum Sonia bisa mencapai titik puncak ekstasi, Dokter Nana sudah keburu menghentikannya. Dia meletakan tangannya sendiri dibahu wanita Sonia dan seketika menghentikan pergerakan liar wanita itu di atas tubuh Angga. Sedikit kecewa karena dia harus menunda kenikmatan, Sonia melirik ke arah Dokter Nana dan kini kedua matanya sudah terbelalak lebar lantaran wanita itu telah melepaskan satu-satunya penghlangan tubuh. Dia berada dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Dia melumasi sebuah benda yang sudah tidak asing bagi Sonia. Seketika tubuh wanita itu menegang kembali.“Dokter Nana…” ujarnya sambil menelan ludah, dia jelas tahu apa yang akan dilakukan oleh sang senior dengan benda yang telah terpasang di selangkangannya itu.“Santai saja, Sonia,” kata Dokter Nana sambil mengusap rambut hitamnya dengan lembut. “Ini sama seperti saat aku dan memberimu hadiah saat hari ulang tahunmu, hanya saja yang sekarang jauh lebih besar dari mainan itu, dan aku yang akan menggunakannya padamu.”

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   3some

    Pertanyaan itu cukup mendistraksi Sonia, tetapi tampaknya Angga tidak terganggu sama sekali. Pria itu masih tetap menjilati lipatan tubuhnya dengan lembut, tetapi sekarang bukan hanya sekadar tangannya saja yang berkontribusi melainkan jarinya pula.“Shhh… enak sekali,” bisik Sonia.Punggung Sonia yang melengkung pada Angga mendefinisikan betapa dia menikmati dirinya. Dan itu adalah arti bahwa Angga perlu mendorongnya melampaui batas. Dengan dorongan yang dia atur lebih cepat, Angga berhasil menyentuh titik manis yang jauh di dalam dirinya. Membelainya tanpa ampun sambil lidahnya tetap menghisap klitoris wanita itu keras-keras.Tangan Sonia meremas payudaranya sendiri ketika dia merasakan ketegangan di dalam dirinya meningkat hingga dia merasa tidak tahan lagi.“Keluarkan saja Sonia, jangan ditahan,” ujar Dokter Nana memerintahnya. Dia tampak sangat tertarik melihatnya dalam kondisi ini.Sonia sudah bisa merasakan dirinya goyah, rasa dari klimaksnya terasa berada di tepian. Dinding da

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Klien Tambahan

    Dua puluh menit terlah berlalu sejak Dokter Nana pergi meninggalkannya sendiri, dia berjanji bahwa kepergiannya tidak akan memakan waktu lebih lama dan memintanya untuk tetap disana.Dan disinilah Angga, duduk di tempat tidur dan menunggu wanita itu kembali. Meski sejatinya dia sedikit bertanya-tanya mengenai rencana yang akan dilakukan oleh Dokter Nana dan juga asistennya Sonia terhadapnya. Tapi dia tidak bisa kabur lantaran wanita itu telah membayar penuh untuk jasanya.Untungnya tidak lama setelah itu, dia mendengar suara derap langkah dan kunci pintu yang diputar dan buka dari arah luar kamar tidur.“Angga! Makan malam!” suara feminim yang Angga kenali bukan milik dari Dokter Nana membuat lelaki itu langsung kembali siaga. Meski kini ekspresinya lebih kepada heran.“Apakah itu suara Sonia? Apa dia baru bilang makan malam?” gumamnya lebih kepada diri sendiri.Meski ada banyak keanehan yang Angga rasakan tetapi lelaki itu tetap turun dari ranjang dan tidak merasa perlu repot-repot u

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Main Bareng Nana Lagi

    Dokter Nana mengerang dengan liar ketika dia menunggangi Angga dengan keras. Rambutnya yang biasa tergelung rapi sudah tergerai bebas menutupi bahu dan punggungnya. Sang pemuda yang menjadi pemuasnya tampak mencengkeram pinggang sembari mengimbangi gerakan sang wanita dengan dorongannya sendiri. Ibu jari Angga mengusap klitorisnya.“Oh yes!” teriak wanita itu dengan parau begitu dia mendapati orgasmenya. Ranjang yang mereka tempati berguncang karena gerakan yang tidak henti-hentinya. “ANGGAAA!” erangnya menggila menyebut nama sang patner.Angga sendiri hanya menyandarkan kepalanya ke bantal dan mengerang menyebut nama Nana ketika miliknya dia masukan hingga ke dalam dengan miliknya yang mengeluarkan banyak esensi. Kedua kaki Nana gemetaran dan tubuhnya ambruk dan seolah tak puas dia kembali menyosor bibir sang pemuda dengan penuh nafsu sebelum akhirnya Angga kembali mengeluar masukan miliknya di dalam diri Nana. Kepala wanita itu terdorong ke samping tatkala dia memegang Angga, saat p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status