Tidak dipungkiri ada rasa bahagia yang teramat membuncah di dalam hati Raleigh atas keputusan Celia untuk tidak mengadopsi anak. Namun, Raleigh berusaha menjaga ekspresi wajahnya nampak biasa saja. Bahkan seperti ikut bersedih dengan keputusan Celia. Hal ini semata-mata dilakukan untuk mengecoh perasaan Celia. Padahal, Raleigh diam-diam menyusun kembali rencana awal untuk merayu Celia agar bersedia menerima sarannya untuk mencari wanita pendonor sel telur. "Kenapa kamu tidak bersedia mengadopsi anak sayang? Bukankah itu yang kamu harapkan?"Celia menggeleng lalu mengajak Raleigh masuk ke rumah. Mereka duduk di sofa ruang tamu. "Aku telah menghubungi seorang teman lama Ral, namanya Dokter Wilmarie.""Lalu?""Aku menceritakan segalanya, bahkan mengirimkan hasil laboratorium kita kepadanya. Lalu dia menyarankan untuk menemui seorang dokter spesialis ginekolog terbaik di Sydney."Seakan mengerti jalan pemikiran Celia, niat Raleigh untuk mencari wanita pendonor sel telur perlahan meredu
Raleigh dan Valerie yang kerap membahas hubungan rumah tangga Raleigh dan Celia, secara tidak langsung menimbulkan ikatan batin yang dalam. Raleigh berangsur memiliki kepekaan yang lebih besar terhadap hubungannya dengan Valerie, walau hanya dengan melihat gerak-gerik Valerie saja. Awalnya Raleigh terkejut dengan keinginan Valerie yang ingin memeluknya. Menyadari itu Valerie berubah pikiran. "Maaf Ral. Tolong jangan dimasukkan hati." Kemudian Valerie berlalu sesaat untuk menumpahkan kesedihannya. Ia perlu menangis untuk melampiaskan stres yang melanda sejak perceraiannya kala itu. Ia tidak bisa bertemu dengan Diego, putranya yang masih berusia tiga tahun sejak satu tahun yang lalu. Kerinduan itu membuncah ketika teringat jari Diego yang terluka akibat mainan lalu Valerie menghisapnya. Dan hal itu seperti de javu ketika melihat jari Raleigh terluka. Menyadari kepergian Valerie yang tidak kunjung kembali, Raleigh pun berinisiatif mencarinya. Ia tidak tega melihat tangis Valerie y
Keinginan Raleigh tidak pernah berubah sejak mengetahui Celia mengalami menopause dini. Dia masih kekeh dengan keinginannya untuk mencari wanita pendonor sel telur yang sesuai kriteria. Karena ia benar-benar ingin menimang buah hatinya sendiri, dari benihnya. Pikir Raleigh, mendapat anak melalui wanita pendonor sel telur tidak mengharuskan dirinya melakukan hubungan suami-istri yang berpotensi melukai hati Celia. Karena semua proses itu dilakukan secara inseminasi. Namun penolakan Celia dengan dalih ia tidak bisa melihat kehadiran anak yang berasal dari penggabungan benih Raleigh dan sel telur wanita lain. Bagi Celia itu sama seperti pengkhianatan atas kekurangan yang melanda dirinya. "Kamu masih menginginkan wanita itu Ral?" Tanya Valerie dengan kepalanya masih bersandar di pundak Raleigh.Raleigh mengangguk. "Apa Celia tidak marah?" "Kamu tahu, kedatanganku kemari ingin mengatakan bahwa Celia menolak mengadopsi anak."Seketika Valerie menegakkan tubuh lalu memutar tubuh Raleigh
Sudah lama Raleigh meninggalkan kebiasaan lamanya yang buruk dan melanggar prinsip. Tidak biasanya ia menyalakan rokok ditemani bir berkaleng-kaleng seperti saat ini. Umumnya, lelaki memiliki alasan besar mengapa memilih menghabiskan waktu dan uangnya untuk menikmati kesenangan duniawi yang semu. Tekanan dan masalah yang mengepung hari-harinya adalah pemicu utamanya. Dan Raleigh menderita karena itu. Harapannya di usia yang menginjak 35 tahun tidaklah besar, hanya sekedar memiliki keluarga bahagia bersama Celia hingga maut memisahkan. Namun bukankah sekecil apapun harapan tetap membutuhkan perjuangan? Hembusan asap rokok meluncur berkali-kali dari bibir Raleigh lalu diikuti tegukan bir yang sudah membuat kepalanya pening. Ia berada di sekitar area Curtis Park padahal ini sudah pukul 10 malam. "Raleigh!" Raleigh menoleh lalu tersenyum dengan wajah sedikit teler. Walau belum terlalu mabuk tapi kesadarannya telah dibawa setan melayang entah kemana. "Apa yang kamu lakukan malam
Perpisahan adalah peristiwa yang sangat menegangkan, bahkan menyebabkan kesedihan. Hampir semua rencana, harapan, dan impian menghilang karena perpisahan.Valerie pernah merasakan momen menyedihkan itu dan berlanjut hingga sekarang. Ia tidak ingin Raleigh dan Celia bercerai lalu menghadapi kesedihan karena hilangnya suatu hubungan.Raleigh yang mendadak mabuk lalu menghubunginya adalah cara mengolah kesedihan atas perselisihannya dengan Celia. Minum adalah salah satu cara instan yang ia pilih untuk melupakan ketegangan lalu menghubungi Valerie hingga hampir bercinta dengannya, sahabat istrinya sendiri. Beruntung ketika pakaian atas Valerie telah tanggal karena tangan Raleigh, ia tiba-tiba tersungkur pingsan di atas tubuh setengah telanjang Valerie. Jika tidak, mungkin malam ini mereka akan bercinta layaknya sepasang suami istri dibawah alam kesadaran. Merengkuh kenikmatan duniawi sebanyak-banyaknya sebelum kesadaran dan kewarasan membawa mereka kembali ke dunia nyata. Setelah menyin
Raleigh melepas genggaman tangan Valerie karena dia tidak mungkin memaksa Valerie untuk ikut ke Sydney. Bayangan amarah Celia membuat pikiran Raleigh berpacu tak karuan. Kenapa Valerie berubah pikiran? Bagaimana Raleigh mengatasi Celia ketika mereka bertengkar di Sydney? Apakah mereka akan baik-baik saja bila jawaban dokter lagi-lagi tidak sesuai ekspektasi? Pertanyaan-pertanyaan itu berpacu di otak Raleigh, dia harus memikirkan kembali skenario yang tepat dan membangun hubungan baik dengan Celia setelah ini. "Sepulang kerja aku harus menemui Celia. Dan semoga ia sudah tidak marah lagi." Raleigh menghela nafas panjang. "Dia seperti bukan Celia yang kukenal, bahkan aku enggan pulang. Berteman dengan minuman nyatanya lebih menyenangkan karena bisa membuatku santai dan beristirahat." Valerie berdecak tidak suka jika Raleigh berencana kembali mabuk. "Jangan ulangi lagi Ral! Aku tidak suka kamu mabuk! Efek sampingnya tidak baik." "Aku harus menuju Coolworths." Usirnya halus. Meli
Wilmarie atau Valerie? Tidak! Raleigh tidak mengenal Wilmarie sama sekali. Pula, ia lebih nyaman bersama Valerie yang belakangan ini banyak memberi masukan, naungan berteduh saat ditendang Celia dari rumah, dan kehangatan, andai Raleigh menyadari. Hanya saja berdebat dengan Celia tentang siapa yang akan diajak berangkat ke Sydney adalah ide yang tidak bagus sama sekali. Ujung-ujungnya adalah pertengkaran yang membuat Raleigh diusir kembali. Celia yang awalnya begitu dominan, sejak menderita menopause dini justru makin berkuasa, lebih mudah tersinggung hanya karena perkara sederhana, dan melampiaskan beban pikiran dengan berbelanja. Maka dari itulah, Celia kini berubah menjadi konsumeris, membeli barang-barang tidak perlu hingga menguras setengah dari tabungan yang Raleigh simpan dari waktu ke waktu. Semua itu Celia lakukan demi membunuh rasa tertekan dan stres yang melanda pikiran. Banyak sumber informasi yang telah ia baca yang menerangkan keadaan menopause dini tidak bisa dice
"Papa, kenapa kita tidak menemui mama? Aku merindukan mama." James hanya bisa tertunduk dengan tangan tetap menggenggam tangan mungil putranya, Diego, yang berusia 6 tahun. ,Pagi tadi, Diego baru saja menerima rapot kenaikan kelas taman kanak-kanak. Juga, dua minggu yang lalu ia sakit demam karena merindukan Valerie, ibunya. Sebenarnya, Valerie sangat merindukan putranya namun sikap keras James membuat mereka tidak bisa bertemu. Apalagi jika bukan karena hasutan mantan mertuanya yang berkata bahwa Valerie adalah wanita nakal dan suka bermain belakang. Tuduhan itu ternyata tidak terbukti pasca bercerai. Valerie belum menikah lagi, malah ia tengah mengatur strategi diam-diam agar James mau mempertemukan dirinya dengan Diego. Dan hari ini ketika hatinya luluh karena Diego yang terus meminta bertemu Valerie, akhirnya ia bersedia datang ke rumah Valerie setelah berperang dengan hatinya sendiri. Ia masih mencintai Valerie tapi kini tidak bisa abai dengan keberadaan istri barunya. "Pap