Setibanya di Armidale, Raleigh tidak memulangkan Valerie dengan alasan ia membutuhkan bantuannya untuk menghibur Celia. Untuk sementara ia tidak bisa mengatasi amukan serta kemarahan Celia yang bisa kembali meledak-ledak pasca putusan dokter. "Apa semua sudah kamu masukkan?""Hey Ral, aku hanya akan menginap tiga hari saja.""Ayolah Vale, aku bisa seperti pria bodoh jika diamuk Celia.""Tapi aku sudah berjanji akan menemui Diego. Dia pasti merindukan ayam parmigiana buatanku.""Aku akan membantumu membuatnya untuk Diego. Aku janji." Raleigh menunjukkan jari angka dua. Valerie terkekeh lalu menutup resleting tasnya. Tapi tiba-tiba tangan Raleigh menyentuhnya. "Lima hari. Tolong lah Vale.""Tiga hari Ral."Raleigh mendesah kasar. Valerie membawa tangan Raleigh untuk digenggam penuh hangat. "Kamu bisa menelfonku jika perlu bantuan. Jangan khawatir."Tanpa aba-aba Raleigh menarik tangannya lalu membawa tubuh Valerie ke dalam pelukannya. "Aku bisa apa jika tanpamu Vale?"Bukannya mend
Valerie melangkah mendekati Celia dengan ekspresi tenang. Ia sadar jika baik Celia atau pun Raleigh sama-sama emosi dan stres akibat menopause dini yang diderita Celia. Keinginan mereka untuk menimang buah hati pun hampir bisa dipastikan kandas atau berpeluang kecil. Tapi Valerie sadar, bukankah tujuannya menginap di rumah ini adalah untuk menemani Raleigh menenangkan Celia yang bisa berubah marah seperti ini? "Dia menceritakan segalanya padaku. Bukan berarti kami memiliki hubungan serius. Dia mengatakannya agar aku bisa membantu mencairkan hubungan kalian yang kaku seperti ini." Celia membuang muka. "Dia cerita apa saja?" "Segalanya, kecuali hubungan suami istri yang kalian lakukan di ranjang. Jangan bersikap kaku seperti ini Cel. Kasihan Raleigh." "Kamu kasihan padanya tapi tidak kasihan padaku? Rela melihatku mengasuh anaknya dengan wanita pendonor sel telur itu?" Nada suara Celia meninggi. "Raleigh setuju mengadopsi anak Cel." Celia menyingkirkan tangan Valerie di pundakn
Sadar jika tindakannya terlalu mencolok, Valerie pun meminta maaf lalu mengikuti Raleigh menuju restauran di dalam plaza. "Apa Celia membuatmu kerepotan?" Valerie menggeleng karena sebenarnya yang membuat ia kerepotan adalah perasaannya sendiri."Dia kecewa karena kamu tidak bisa menahan diri untuk mencari wanita pendonor sel telur. Sudah berapa kali kukatakan sabar lah Ral. Bermain cantik di depan Celia.""Aku berhak mendapatkan kebahagiaanku Vale. Aku lelah selalu mengalah dengan semua permintaan Celia.""Lalu apa kamu lupa dengan janji pernikahan kalian untuk saling melengkapi dan melipur lara?" "Kalau begitu jadilah aku sebentar saja. Tinggallah bersama Celia. Kamu akan mengerti mengapa aku memilih menjauh. Aku tidak ingin bercerai tapi aku ingin menjauh. Segalanya menjadi kompleks. Aku mencintainya tapi aku lebih nyaman bersamamu." Ucap Raleigh sungguh-sungguh.Valerie terkejut dengan penuturan Raleigh yang berkata lebih nyaman dengannya. Hatinya mulai membunga seperti tanaman
Pukulan. Tamparan. Dan Hinaan. Lengkap! Semua bercampur menjadi satu ketika Raleigh berhadapan dengan kedua mertuanya.Dad Mark yang selama ini dianggap paling netral dan bisa memahami dirinya sebagai anak menantu pun nyatanya tidak bisa bersikap seperti yang Raleigh harapkan. Beliau terprovokasi ucapan Celia dan Mom Clarie.Total, Raleigh mendapat beberapa tamparan. Sakit, panas, dan berdarah. Tapi ia tidak melawan sama sekali."Andai aku bisa memutar waktu dad. Aku tidak akan bersikap bodoh.""Pergi kamu! Dasar menantu sialan!" Mom Clarie menatap Raleigh nyalang.Raleigh mengangguk. Mungkin mempertahankan Celia sudah tidak ada gunanya lagi. "Tidak bisa! Raleigh harus menjaga pernikahannya dengan Celia. Apapun yang terjadi. Itu keputusan finalku!" Ucap Dad Mark tanpa mau dibantah.Bukan hal baru jika kedua mertua Raleigh sering ikut campur dalam masalah rumah tangganya. Celia kerap mengatakan masalah rumah tangganya mulai dari yang ringan hingga paling parah."Aku titip Celia. In
"Ayam parmigiana. Kamu mau Ral?" Tawar Valerie ketika melihat Raleigh menuju dapur sambil mengancingkan kancing ujung lengan kemejanya. "Boleh. Tolong kancingkan ini Vale." Valerie sedikit gugup saat mengancingkan kedua kancing lengan kemeja Raleigh. Ditambah wajah Raleigh tampak segar dan tampan pagi ini membuatnya sedikit gemetar saat mengancingkannya. "Hem... Aromanya saja sanggup membuat air liurku menetes." "Duduk lah akan kusiapkan untukmu Ral." "Terima kasih cantik." Valerie terkekeh dengan gombalan Raleigh di pagi hari. Pipinya terasa sedikit hangat karena pujian receh itu. Menu ayam parmigiana dan kari sosis manis dilengkapi teh hangat di pagi hari menjadi sarapan paling memanjakan lidah Raleigh. "Kalau seperti ini mungkin aku akan membujukmu agar setiap hari tinggal disini saja." Ucap Raleigh setelah menandaskan sarapannya. Valerie terkekeh sambil memasukkan sisa ayam parmigiana dan kari sosis manis ke dalam food storage bersusun. "Diego pasti marah karena memi
Seperti pagi kemarin, Valerie dengan cekatan menyiapkan sarapan untuk sesi rumah, termasuk untuk Raleigh dan Celia yang belum turun. Semalam mereka berdua saling berpelukan lalu berciuman mesra di dalam dapur. Setelah wastafel kering, Valerie terduduk sambil menatap pinggiran meja makan dapur. Ingatannya kembali memutar kenangan yang tidak pernah diminta. -flashback- "Kamu sedang apa sayang?" Raleigh memeluk Celia dari belakang saat istrinya tengah di dapur. "Menghangatkan ayam parmigiana buatan Valerie. Kamu sudah makan Ral?" Raleigh menggeleng. "Nanti saja. Aku sedang ingin memelukmu." Celia tahu jika Raleigh bergairah karena bukti keperkasaannya terasa keras di pantatnya. Namun sayang sekali, Celia tidak merasakan apapun untuk membalas rangsangan suaminya. Menopause dini benar-benar telah mematikan gairahnya untuk bercinta dan menjadikannya seperti nenek muda. Jadi lah Celia hanya bisa berpura-pura menikmati sentuhan Raleigh yang sebenarnya terasa hambar untuknya. Sedan
Sudah dua minggu sejak Celia memutuskan menganggunkan rumahnya bersama Raleigh ke sebuah bank. Dan lebih gilanya lagi, Celia bersekongkol dengan orang bank untuk meloloskan hutang itu tanpa harus repot-repot meminta persetujuan Raleigh. Apakah Valerie tidak tahu?Tentu saja dia tahu sekali. Celia menceritakan segalanya karena Valerie yang memaksa. Rasa sayangnya pada Raleigh yang makin hari makin besar membuatnya tidak tega jika suatu saat nanti Raleigh hancur seorang diri. "Sini Ral, biar aku bantu." Tawar Valerie ketika Raleigh tidak bisa mengancingkan ujung lengan kemeja kerjanya."Terima kasih." Ucapnya dengan senyum manis. "Aku sudah siapkan sarapan spesial untukmu."Valerie tidak canggung lagi untuk menunjukkan perhatiannya pada Raleigh selama tidak ada Celia. Toh sahabatnya itu pasti masih bergelung di bawah selimut atau sibuk berbelanja online tanpa sepengetahuan Raleigh.Valerie menggandeng tangan Raleigh ke meja dapur yang telah tersaji menu lezat yang terpampang."Savour
"Kamu punya ide apa Vale?" Tanya Raleigh sembari menikmati pijatan dari tangan Valerie.Nyatanya berduaan bersama Raleigh sungguh sangat spesial dan membahagiakan. Valerie tidak peduli dengan setan yang menggodanya untuk lebih dalam lagi menggoda Raleigh agar segera masuk dalam rayuannya."Mencari wanita pendonor sel telur secara diam-diam mungkin.""Sejak kapan kamu tidak sejalan lagi dengan pemikiran Celia?" Pertanyaan Raleigh bukan tanpa alasan. Pasalnya ia tahu sekali jika Valerie adalah sahabat istrinya. Dia kerap mendukung segala keputusan Celia meski kebanyakan keputusan itu memberatkan Raleigh.Valerie sedikit gelagapan namun segera membuatnya seperti biasa saja. "Ehm...aku pikir Celia mulai semena-mena dengan hubungan kalian. Mungkin dulu aku terkesan mendukung dia tapi melihat kebaikanmu aku memiliki pendapat lain."Raleigh terkekeh lalu menggenggam tangan Valerie yang masih memijat kepalanya. Kemudian mengarahkannya agar memijat pundaknya."Kamu baru menyadarinya Vale? Ter