Wajah Gya tampak cemas dan sesekali dia meremas tangannya sendiri seperti ingin menyingkirkan hal yang membuatnya gelisah.
“Kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Renzo.
Kekasihnya hanya tersenyum samar dan melangkah keluar mobil.
“Butuh keberuntungan yang berpihak sama aku hari ini,” jawab Gya dengan lirih.
Renzo tertawa kecil dan menggandeng tangannya untuk masuk ke dalam.
Sambutan pertama adalah dari Indira yang tersenyum lebar dan langsung memeluk dengan hangat. Berikutnya, Alden dan Keenan muncul dan tampil mempesona seperti biasa.
Gya mengeluh dalam hati karena para manusia yang dia temui memiliki ketampanan juga kecantikan yang sepertinya abadi dan tidak lekang.
Shana dan Siwi menyapa Gya tidak kalah ramah dan heboh. Wanita muda itu dibuat salah tingkah dan gugup.
“Aku berharap masih semuda dia,” ucap Shana dengan senyum jenaka.
“Yaa … masa-masa itu kayaknya udah terjadi l
Kembali dari Bali meninggalkan kesan yang membuat Gya menyadari jika keluarga yang ia miliki tidaklah sesempurna yang Renzo tunjukkan padanya.Dari buyut mereka, kakek nenek, hingga orang tua dan om juga tante, semua menunjukkan sikap yang penuh dukungan pada putra putri mereka. Tidak ada yang menganggap semua hal harus terjadi sesuai keinginan para orang tua yang memberi kesimpulan bahwa pengalaman bisa memberikan saran yang bijak.Masing-masing keluarga menghargai pendapat dan keputusan anak-anak mereka.Tidak ada yang mencoba menghakimi bahkan ketika Ignar menunjukkan perilaku yang cukup mencurigakan dengan menjadi lesbian.Mungkin pengakuan gadis itu akan menjadi hal yang tidak sulit untuk dilakukan. Iganr hanya butuh meneguhkan pilihannya sebagai wanita yang memiliki kecenderungan seksual yang berbeda dengan takdirnya.Ketika bertemu dengan ibunya, Gya hanya melihat wanita yang pendiam dan selalu mengutamakan juga mendengarkan keinginan suamin
Gya sudah selesai membereskan semua pakaian dan apartemen yang baru saja ia dapatkan setahun lalu siap untuk dihuni, menjadi destinasi berikutnya.“Gy, bapak mau bicara.” Kakaknya yang nomor dua muncul di pintu dengan baju kantor yang masih lengkap. Sembari menggulung lengan kemeja, Leo, kakaknya tersenyum kecut.“Temui bapak sekarang, barang-barangmu aku bawain ke mobil.”Tawaran itu membuat Gya tersenyum lebar dan mengangguk.Kakak lelaki pertamanya telah menikah dan tinggal di luar kota, Dion yang malang itu harus mencoba bahagia dengan pernikahan yang juga diatur oleh ayahnya.Kini hanya Gya dan Leo saja yang masih tinggal di rumah. Leo masih belum diijinkan untuk tinggal sendiri meskipun sudah mencapai usia tiga puluh tiga tahun.Alasannya belum menikah adalah tidak akan ada gadis mana pun yang memenuhi kriteria orang tuanya.Gya melangkah ke ruang tengah dan ayahnya duduk di sana dengan ibunya.Wan
Apartemen ini telah ia beli dan siapkan selama setahun terakhir dalam hidupnya. Namun Gya tidak menyangka akan menempati pada tahun berikutnya. Ketika memasuki ruang tamu yang jadi satu dengan dapur, Gya merasakan ada desakan yang begitu besar untuk akhirnya menangis.Entah ini tangis bahagia atau bukan, tapi rasanya menyenangkan bisa membiarkan dirinya melepaskan kesesakan.Selama setengah jam Gya tergugu dalam sedu sedan, hingga ponselnya bergetar. Renzo meneleponnya dan dia tidak siap untuk bicara. Telepon kembali ia geletakkan di meja dan Gya merebahkan tubuhnya di karpet.Matanya memandang ke langit-langit kamar.Butuh puluhan tahun untuk akhirnya mengatakan tidak pada ayahnya dan itu tidak mudah.Antara sesal dan lega bercampur aduk. Mereka adalah keluarganya, baik atau buruk. Gya sudah terlalu terbiasa menerima perlakuan yang membuatnya harus menutup mulut rapat-rapat.Hal yang bisa ia tiru dari ajaran dan teladan ibunya hingga pada w
“Ini adalah hiburan lengkapmu malam ini!” seru Renzo begitu Gya membuka pintu untuknya.Gya tertawa dan memeluk pria yang ia harapkan bisa menjadi penghilang gelisahnya malam ini.Dengan cekatan Renzo menuangkan sampanye ke gelas dan memberikan pada Gya salah satunya.“Hari ini aku mengalami banyak hal yang nyebelin. Dari menentang ayahku sampai ninggalin rumah untuk selamanya.”Renzo hampir tersedak dan menatap kekasihnya, yah hampir menjadi kekasihnya karena dia belum menanyakan lagi.“Kau membatalkan perjodohan itu?”Pertanyaan Renzo ditanggapi dengan anggukan pelan.“Apakah tunanganmu mengiyakan dan menerima dengan lapang hati?” tanya Renzo kembali.Gya menggelengkan kepala. “Bapakku jelas-jelas kecewa sampai ngusir aku dan Ibuku seperti biasa hanya diam, tidak ikut campur sedikit pun. Bahkan pembelaan sebagai sesama perempuan aja enggak.” Suara Gya mulai terdengar
Kamis sore itu Ignar baru selesai bermain basket dengan timnya, mahasiswi yang akan bertanding akhir bulan ini.Keringat membasahi tubuhnya dan Ignar menenggak botol minumnya dengan rakus.“Kita kelar hari ini, besok latihan jam yang sama!” teriak Ignar.Gadis itu menjadi kapten dan semua mengacungkan jempol padanya dengan teriakan semangat. Matanya menangkap gadis manis yang satu fakultas dengannya sedang duduk menonton sore itu. Ketika mata mereka bertemu, gadis dengan bando merah tersebut tampak gugup dan jengah.Penampilan Ignar yang memakai kaos kutung dan celana pendek gombrong memang tampak tomboi sekaligus macho. Rambutnya dipotong pendek dengan skin di kanan kiri, sementara tindik di hidung dan pelipisnya membuat Ignar memang tampil menarik dengan gaya ‘bad girl’.Namun semua tahu jika Ignar tidak sekedar tampil sebagai ‘cewek Bengal’ saja. Otaknya cerdas dan IP pertamanya cumlaude.Ignar memaling
Siwi mendekati suaminya yang duduk di bangku taman dengan wajah terpaku. Ketika istrinya duduk di samping, Genta buru-buru menyeka air matanya.“Kenapa, Gen? Nggak seharusnya kamu pergi. Bukan ini cara kita.”“Kita membesarkan dia dengan sebaik mungkin dan masih aja hasilnya mengecewakan.”Siwi berkerut dan menatap Genta dengan wajah mulai tidak suka.“Ignar adalah siswa berprestasi dan pribadi yang berhati baik. Kalo kamu menilai dia dengan apa yang baru aja dia ungkapan sama kita tadi, kamu salah besar!”“Kebanggaan macam apa yang bisa simpan di sini, Wi?” Genta menepuk dadanya dengan keras. “Anak kita lesbian dan itu nggak mengganggumu sedikit pun?!”“Enggak!” Siwi menjawab dengan tegas.“Lesbian atau bukan, Ignar tetap anakku. Pilihan yang dia ungkapan itu nunjukin kalo dia percaya sama kita, orang tuanya! Dia butuh bimbingan dan mungkin dengan penerimaa
Renzo tampak kelelahan dan akhirnya memutuskan duduk di bawah pohon rindang yang ada di tengah kampus. Silka menemani kakaknya mencari Ignar.Sudah dua hari sepupu mereka tidak pulang. Konflik yang terjadi setelah pengakuan pada kedua orang tuanya itu membuat Ignar pergi.Ayahnya menyatakan penolakan pada jati diri Ignar. Mungkin itu yang paling menyakitkan bagi Ignar hingga ia memutuskan meninggalkan rumah.“Udah muter-muter kita seharian. Ignar kayaknya bolos kuliah dan mustahil dateng hari ini. Kayaknya mendingan kita tanya sama temen basketnya deh.” Silka mengatakan seraya memandang kakaknya.Renzo menghela napas dan mengusap peluh di pelipisnya.“Aku nanya ke beberapa orang, kamu nemuin temannya. Ok?” tanggap Renzo.Silka mengangguk dengan lesu dan keduanya berpisah.**Ignar masih termenung di kamar hotel, tempat dia melarikan diri selama ini. Beberapa sahabatnya mengirim pesan tentang kedua sepupu
Raya menyiapkan obat untuk ibunya minum malam itu dan lima menit kemudian, ibunya mulai terlihat mengantuk.Selama dua tahun belakangan ini Raya harus mengurus ibunya sendiri. Meski tidak memiliki ayah lagi, ibunya telah menyiapkan masa depan Raya dengan sebaik-baiknya.Usaha yang telah ibunya rintis selama puluhan tahun, bisa menghidupi mereka bahkan membiayai pengobatan yang tidak murah.Tidak ada hal yang bisa Raya lakukan selain menerima situasi ini dan dewasa sebelum waktunya. Dirinya baru berusia enam belas tahun saat ibunya divonis kanker. Dua tahun kemudian, dia sudah ada di bangku kuliah dan setiap hari meminta pada Tuhan supaya memberi waktu yang cukup agar dia lulus dan mengambil spesialis.Raya ingin merawat ibunya sebaik mungkin dan menjadi dokter ibunya sendiri.Dua tahun lalu, Raya juga mengungkapkan mengenai dirinya yang menyukai wanita dibandingkan pria. Ibunya syok dan mengurung diri selama berminggu-minggu.Ketika akhirnya