Pertunjukan yang seru akan dimulai. Sudah lama aku tidak melihat pertumpahan darah. Kematian … aku ingin kembali melihat seseorang mengalami kematian. Terakhir kali, kematian yang terjadi di rumah ini adalah kematian ayahku. Seorang ayah yang sangat aku cintai. Katanya, ketika kita bersedih melihat kematian seseorang … itu tandanya kita mencintai orang itu. Dan apabila kita senang melihat kematian seseorang, maka itu mengartikan kita membenci orang itu. Manager bodoh ini harus mati. Biarlah kematiannya menjadi jawaban atas perasaanku kepadanya; kebencian. Lagipula, rumah lamaku ini pasti sudah merindukan pertumpahan darah. Semenjak kematian ayahku, rumah ini menjadi rumah yang terbengkalai. Untung saja, sebuah bangunan apartemen dibangun dekat sini. Jadi, aku bisa sering berkunjung ke sini dari apartemenku. Sebuah hal bagus, aku bisa mengeksekusi orang-orang menyebalkan sekaligus bernostalgia dengan kenangan masa lalu, kenangan di mana ayah masih ada. Dan pastiny
“Oke. Terserah, deh, apa mau kamu. Pokoknya setelah ini, aku mau pulang.” Jaeryn akhirnya menjawab tawaranku.“Bagus, kita buktikan siapa yang paling benar!”Aku dan Jaeryn kembali menoleh tajam ke arah managerku.“Jadi apa Mas Rudi?” Jaeryn mendesak agar managerku kembali melanjutkan perkataannya.Managerku pun maju satu langkah dengan gerak lemah.“Jadi, kamu bener suka sama Jaeryn, Ger?” Tanyanya.Tentu saja pertanyaan itu membuatku tertawa jahat. Sungguh sebuah pertanyaan bodoh yang didasari perasaan yang bodoh pula.“Ah, sial. Bukankah jawabannya udah jelas?” aku kembali membakar suasana.Mendengar jawabanku, managerku kemudian mengambil pisau yang tadinya Jaeryn letakkan di lantai. Ia kemudian mengangkat pisau itu dan meletakkan perut pisau tepat di lehernya.Sikap itu lantas membuat Jaeryn kembali syok.“Mas Rudi mau ngapain?” Jae
Keesokan hari setelah pertumpahan darah yang cukup memuaskan, aku kembali sibuk berada di rumah sakit. Tujuan yang pertama, adalah untuk mengurusi seorang mayat. Yang kedua, adalah untuk mengurusi calon mayat. Calon mayat yang akan segera bisa dieksekusi. “Ada dua kabar yang harus saya sampaikan. Yang satu kabar baik, yang satu lagi kabar buruk,” ucap dokter Farhan, dokter yang pernah menangani Jaeryn. “Tolong beritahukan dengan cepat, dok.” bunda Jaeryn panik setengah mati. “Saya mulai dari kabar baik dulu. Saya rasa Jaeryn tidak mengalami apapun yang serius, Jaeryn hanya terlalu syok. Dengan istirahat total, Jaeryn sudah bisa beraktifitas normal. Setelah ini, ada baiknya Jaeryn mendapat dampingan psikologis dari professional, untuk mencegah terjadinya PTSD.” “Not a big problem,” jawabku. Tak sabaran, bunda Jaeryn buru-buru meminta dokter Farhan menyampaikan kabar buruk tentang Jaeryn. “Kabar buruknya, janin di dalam perut Jaeryn tida
Aku melihat semuanya dengan jelas, dengan kedua belah mataku yang sudah dibanjiri air mata. Sambil bersembunyi di bawah kolong kasur, menahan suara, aku melihat ayahku sendiri dibunuh oleh ayah tiriku yang saat itu berstatus sebagai selingkuhan.Kudengar dengan jelas, “Aku ingin hidup enak, memiliki istri yang cantik, dan seorang anak laki-laki. Oleh karena itu, aku harus menyingkirkanmu.”Ya, ayah tiriku adalah ayah kandung Jaeryn. Aku yakin bahwa Jaeryn tak tahu akan permasalahan ini. Ia tidak tahu bahwa dia dan ibunya telah dibuang.Namun, semua tak merubah fakta apapun. Pria sialan itu tidak hanya membunuh ayahku, ia bahkan membuat ibuku menjadi orang yang berbeda. Dia merebut semuanya dariku.Dia begitu pandai menyusun rencana, sehingga ia tidak dihukum karena telah membunuh ayahku. Dia mengubah kasus pembunuhan menjadi kasus bunuh diri. Dan dia telah merubahku menjadi seorang monster juga.Aku bukannya ingin jahat … aku han
Sebuah meja bundar dengan empat kursi, menjadi saksi perjanjian di antara aku dengan Rini; istri Rudi. Janda ini terus saja membuatku jengkel, karena ia seakan menjadikan kesempatan ini untuk memerasku. Ia tidak membalas pesanku sama sekali sejak pertama kali kuhubungi. Ternyata, tidak hanya aku yang punya rencana. Tetapi, Rini juga. Ia benar-benar ingin memerasku."Pelit banget, Lo. Nggak bisa kalau cuma 2 milyar." Ia menggerutu."Jadi, mau Lo berapa?" Tanyaku kesal."5 miliyar!" Ia tersenyum sinis.Mendengar hal itu, aku berhenti memainkan jari-jariku yang tadinya menyebabkan bising di meja kayu. Aku lantas berdiri dan mendekati Rini, kemudian berbisik mengancam,"Rudi ada di sini.""Memperhatikan kita." Sambungku sambil mengeluarkan pistol yang telah diberi peredam bunyi dari saku."Tapi sayangnya, dia nggak akan bisa melakukan apapun buat, Lo." Aku mempertegas ucapanku sambil meletakkan ujung pistol pada pelipisnya.R
“Untuk insiden ini, gue sebagai artis benar-benar dengan tulus dari hati dan mewakili agensi meminta maaf kepada semua orang yang terpukul atas kepergian Rudi, terutama keluarga Rudi.” Aku menatap Rini yang masih terisak sejenak, mengelus pelan pundaknya, kemudian kembali melanjutkan, “Gue benar-benar menyesal dan merasa bersalah. Mulai sekarang, gue akan merenungi semuanya dan lebih peka terhadap orang-orang di sekeliling. Gue akan berusaha lebih berhati-hati.” Aku meneteskan air mata. Sandiwara tentunya. Puluhan kamera semakin gencar mengambil gambar. Mereka tampak benar-benar termakan. Setidaknya, Rudi tidak akan dikenang sebagai penyuka sesama jenis, tetapi sebagai seorang manager yang berarti bagi orang-orang di sekelilingnya. “Gue berharap, sekarang ini Rudi berada di tempat yang baik dan bahagia tentunya,” tutupku. “Tapi sayangnya dia malah gentayangan di sini.” Aku melanjutkan ucapanku dalam hati. Salah seorang perwakilan dari
Jaeryn SalimSebuah suara yang tak asing membisik perlahan di telingaku, dan suara itu membangunkanku.“Kamu harus mengungkap siapa pembunuhku yang sebenarnya,” bisik seorang pria.Kusadari, suara itu adalah suara milik Mas Rudi.“Kamu harus mengungkap siapa pembunuhku yang sebenarnya.” Suara Mas Rudi kembali terngiang, semakin keras, dan terdengar begitu nyata. Seakan-akan ia berada di sampingku.Aku pun membuka perlahan mataku, dan menelan pelan ludahku. Kurasakan punggungku pegal dan panas, mungkin karena aku sudah terlalu lama terbaring dengan posisi lurus. Kudaparti semua yang ada di depanku terlihat samar. Mataku berkedip lemah selama beberapa kali, berusaha menelaah apa yang sedang terjadi kepadaku.Aku mengambil napas sejenak, kemudian menatap kosong ke arah sesosok yang ada di hadapanku; Bunda.“Bund ….” Aku memanggil dengan suara yang sangat lemah.
“Kamu harus mengungkap siapa pembunuhku yang sebenarnya,” Suara Mas Rudi kembali terdengar. Aku pun kembali mencoba membuka mataku.Kudapati wajah Mas Rudi mendekat ke arahku, mata kami saling menatap.“Mas Rudi?” Panggilku.Tanpa menjawab, tiba-tiba saja Mas Rudi mencekikku keras. Aku sontak tercekat dan memukul keras kedua tangannya. Kupukul tangannya terus menerus, sebab aku mulai merasa kehabisan nafas.“Jaeryn ...” Terdengar seorang pria dengan suara berat memanggil namaku di saat yang bersamaan.“Jaeryn ...” Pria itu kembali memanggil namaku.Dan karena panggilan itu, sosok Mas Rudi perlahan menghilang di sela-sela aku berusaha melepaskan diri dari cekikan. Setelahnya kurasakan udara mulai lancar masuk melalui hidungku. Kurasakan pula, sebuah tangan hangat memegangi sepasang tanganku. Seakan berusaha menghentikan gerikku.Aku mencoba mengedip beberapa kali, berusaha memastika