Di peperangan hari kedua ini pasukan Kerajaan Segoro Pitu seperti ada di atas angin. Moral pasukan Kerajaan Segoro Pitu sedang tinggi- tingginya. Sedangkan pasukan musuh sedang kondisi yang kelelahan. Ini semua terjadi karena serangan malam yang di lakukan oleh Satrio Wirang hingga membuat pasukan Kerajaan Salakanegara tidak tidur sampai pagi.
Dalam peperangan di hari kedua ini. Pasukan Kerajaan Salakanegara sepertinya sedang terpojok oleh pasukan Kerajaan Segoro Pitu. Melihat pasukannya berguguran dan seperti kelelahan. Aryo Guntur langsung mengambil keputusan cepat. Dia tidak mau di permainkan lagi seperti peperangan di hari pertama. Aryo Guntur langsung menyuruh pasukannya untuk mengubah formasinya menjadi formasi ombak laut. Di mana dalam formasi ini membuat pasukan baris depan mereka akan salalu bergantian dalam beberapa jam. Pergantian pasukan baris depan yang di ganti secara terus-menerus hingga menyerupai seperti ombak di lautan yang tidak berhenti m
Kini peperangan besar antara Kerajaan Salakanegara dan Kerajaan Segoro Pitu telah memasuki hari yang ketiga. Kedua pasukan kembali berhadapan. Tapi berbeda dengan peperangan hari kedua. Pasukan Kerajaan Salakanegara tidak dalam kondisi yang lesu. Mereka semalam dapat beristirahat dengan tenang karena Satrio Wirang tidak melancarkan serangan malam. Ini di karena kan Aryo Guntur yang memperketat penjagaan di area perkemahan pasukannya. Dia juga menyuruh para pasukannya untuk menerangi area perkemahan dengan menyalakan banyak obor. Hal itu membuat Satrio Wirang dan pasukannya tidak bisa menyelinap dalam kegelapan dan melakukan serangan malam hari.Kini pasukan Kerajaan Salakanegara tersisa seratus dua puluh lima ribu pasukan dari lima puluh ribu pasukan. Sedangkan pasukan Kerajaan Segoro Pitu tersisa delapan puluh lima ribu pasukan dari seratus ribu pasukan.Karena kalah dalam hal jumlah Satrio Wirang mengatur pasukannya menjadi formasi kura-kura. Formasi kura-kura ini sa
Karena kerugian yang di akibatkan oleh serangan malam yang di lancarkan Satrio Wirang yang memimpin pasukan Kerajaan Segoro Pitu. Di hari ke empat ini Aryo Guntur ingin menyerang habis-habisan. Aryo Guntur membuat formasi burung garuda. Di mana pasukannya membentuk seperti burung garuda dan Aryo Guntur menjadi paruh yang paling depan dari formasi burung garuda itu. Aryo Guntur dengan kesakitannya akan menjadi ujung tombak yang akan membukakan jalan pasukannya dan menghancurkan pasukan musuh. Kali ini Aryo Guntur juga akan menggunakan Pusaka Tombak Naga Petir yang dapat mengeluarkan sambaran petir. Ini adalah formasi terkuat dari pasukan Kerajaan Salakanegara yang di pimpin oleh Panglima Besar Aryo Guntur.Satrio Wirang, Wisang Geni dan Alikusuma yang melihat Aryo Guntur yang sudah menggunakan Pusaka Tombak Naga Petir mulai merasa khawatir. Mereka tahu Aryo Guntur yang sudah menggunakan Pusaka Tombak Naga Petir akan sangat sulit di hentikan. Mereka mulai berdiskusi untuk menga
Satrio Wirang masih meratapi kelahannya dalam peperangan di hari ini. Di begitu terpukul karena kehilangan lima puluh pasukan khususnya yang dia pinjam dari Kerajaan Wesi Kuning. Pasukan itu sudah begitu dekat dengan Satrio Wirang karena saat di Kerajaan Wesi Kuning. Satrio Wirang lah yang melatih mereka secara langsung. Dengan kehilangan lima puluh pasukan yang di pinjam dari Kerajaan Wesi Kuning. Satrio Wirang jadi tidak bisa melakukan serangan malam. Sehingga malam ini Pasukan Kerajaan Salakanegara bisa beristirahat tanpa gangguan seperti malam-malam sebelumnya. Satrio Wirang berada dalam suasana hati yang buruk akibat kekalahan hari ini. Setelah peperangan usai Satrio Wirang tidak berbicara sama sekali. Makanannya bahkan tidak tersentuh sama sekali. Alikusuma dan Wisang Geni mulai khawatir dengan Satrio Wirang. Satrio Wirang terlihat begitu merasa kehilangan pasukannya."Aku khawatir dengan kondisi, Wirang" kata Wisang Geni."Ini semua salahku karena telah me
Kerajaan Segoro Pitu mengadakan pesta kemenangan selama tujuh hari berturut untuk merayakan kemenangan mereka yang dapat memukul mundur seratus lima puluh ribu pasukan Kerajaan Salakanegara. Ini adalah kemenangan besar bagi Kerajaan Segoro Pitu. Karena dengan kemenangan ini setidaknya Kerajaan Segoro Pitu akan aman dari serangan Kerajaan Salakanegara dalam beberapa waktu.Dalaman peperangan yang berlangsung lima hari ini Kerajaan Salakanegara kehilangan sekitar empat puluh ribu pasukannya. Sedangkan Kerajaan Segoro Pitu hanya kehilangan dua puluh ribu pasukannya. Kekalahan di pihak Kerajaan Salakanegara cukup parah karena mereka juga kehilangan persediaan makanan mereka. Ini juga yang membuat Aryo Guntur selaku Panglima Besar Kerajaan Salakanegara menarik mundur pasukannya. Karena mengumpulkan persediaan makan untuk ratusan prajurit bukan lah hal yang mudah. Mereka harus mengumpulkannya dari seluruh rakyat Kerajaan Salakanegara. Dan butuh waktu yang cukup lama untuk mengumpul
Satrio Wirang sudah menyelesaikan semua urusannya di Kerajaan Segoro Pitu. Hari ini Satrio Wirang akan pergi meninggalkan Kerajaan Segoro Pitu dan pergi ke Kerajaan Wesi Kuning untuk mengembalikan pasukan yang dia pinjam. Meski Wisang Geni memintanya untuk tetap tinggal di istana Kerajaan Segoro Pitu. Tapi Satrio Wirang menolaknya karena tidak ingin terikat dengan Kerajaan Segoro Pitu.Satrio Wirang meminta ijin pada Wisang Geni selaku raja dari Kerajaan Segoro Pitu. Sebenarnya berat untuk Wisang Geni untuk membiarkan Satrio Wirang untuk pergi karena kecerdasan Satrio Wirang begitu dibutuhkan oleh Kerajaan Segoro Pitu. Tapi bagaimana pun Wisang Geni membujuk Satrio Wirang. Satrio Wirang tetap teguh pada pendiriannya."Hari ini Aku akan pergi dari Kerajaan Segoro Pitu" ijin Satrio Wirang."Apa Kamu sudah yakin dengan keputusanmu. Aku masih bisa memberikan jabatan tinggi padamu jika Kamu mau tetap tinggal di sini" tawaran dari Wisang Geni."Aku tidak tertar
Siang itu. Suasana Padepokan Naga Putih begitu tenang. Murid-murid berlatih seperti biasanya. Naga Barong juga sedang melatih para muridnya sembari menunggu kepulangan anaknya Arum Sari, Satrio Wirang dan Alikusuma. Naga Barong mendapatkan kabar bahwa hari ini mereka bertiga akan sampai ke Padepokan Naga Putih setelah beberapa hari melakukan perjalanan pulang dari Kerajaan Wesi Kuning. Dia begitu senang karena sebentar lagi bertemu dengan anaknya.Entah apa yang terjadi tiba-tiba Padepokan Naga Putih di kepung oleh pasukan Kerajaan Salakanegara. Semua orang kebingungan dengan semua itu. Lalu muncullah Macan Kumbang dan kedua anaknya dari barisan pasukan Kerajaan Salakanegara. Naga Barong menghampiri Macan Kumbang untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi."Apa yang sebenarnya terjadi?. Mengapa Kamu membawa pasukan sebanyak ini ke padepokanku" tanya Naga Barong."Aku datang untuk menangkapmu karena Kamu, Anakmu dan temannya telah berkhianat pada Kerajaan Salak
Padepokan Naga Putih menjadi sangat sepi setelah penangkapan Naga Barong dan para muridnya. Satrio Wirang sudah berkali-kali menyusup ke Istana Kerajaan Salakanegara untuk mencari Naga Barong namun tetap tidak menemukannya. Dia juga sudah mencoba bertanya pada para pasukan Kerajaan Salakanegara tapi tetap tidak ada yang tahu. Berbagai usaha yang di lakukan Satrio Wirang, Alikusuma dan Arum Sari untuk mencari tahu keberadaan Naga Barong tapi tidak membuahkan hasil sama sekali.Arum Sari semakin terpuruk karena tidak dapat menemukan ayahnya. Dia menjadi jarang sekali makan. Dan Kondisi fisiknya semakin memburuk. Dia mencari ayahnya tanpa kenal lelah. Mulai dari siang sampai pagi lagi. Arum Sari begitu menyayangi ayahnya. Dia tidak mau kehilangan ayahnya. Untung ada Satrio Wirang yang selalu ada di samping Arum Sari yang begitu memperhatikan kesehatan dari Arum Sari.Di tengah keputusan Satrio Wirang dan yang lainya mencari keberadaan Naga Barong. Entah ada angin apa Aryo
Seorang nenek tua sedang membuat tulisan mantra dengan sebuah darah di reruntuhan gua yang dulu menjadi tempat tinggal raksasa Butokala. Di tempat ini juga Butokala dahulu di kalahkan oleh Ki Naga Baruna dan teman-temannya dengan menggunakan Tujuh Pusaka Naga. Dahulu gua tempat tinggal Butokala juga di hancurkan oleh Ki Naga Baruna.Selain menulis sebuah mantra dengan menggunakan darah di sana juga terdapat banyak sekali mayat anak muda di sekeliling nenek tua itu. Tidak hanya itu banyak juga berbagi macam bunga yang di sebar sebagai persembahan.Nenek tua itu mulai mengucapkan mantra-mantra yang di tulis dengan darah. Setalah Nenek tua itu selesai mengucapkan mantranya tiba-tiba keluar sebuah cahaya merah yang sangat terang. Semua mayat di sana berubah menjadi darah merah yang menyatu lalu membentuk sebuah sosok raksasa yang sangat besar. Perlahan terbentuklah raksasa Butokala. Dengan ini Butokala telah hidup kembali. Seluruh pulau Jawa akan menghadapi teror yan