Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.
Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.
“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.
“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.
“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.
Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar
Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber
Rindu adalah seorang wanita berumur sembilan belas tahun dan berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas. Ia merupakan putri kedua dari orangtua yang bernama Linda dan Jordi. Gadis cantik ini memiliki seorang kakak yang bernama Rinjani, yang menempuh pendidikan di salah satu universitas yang ada di kota tempat ia tinggal.Memiliki keluarga yang masih utuh bukanlah suatu kebahagiaan untuk Rindu. Percuma saja ia memiliki keluarga yang utuh, tetapi tidak pernah merasakan ketenangan di dalamnya. Kedua orang tua yang sangat ia cintai tidak jarang bertengkar di depannya, karena masalah sepele. Masalah ekonomi merupakan hal yang paling mendasar dalam keluarganya, dan di tambah dengan masalah-masalah lainnya.Dalam pertengkaran kedua orangtuanya, seringkali seluruh barang yang ada dalm rumah itu berhamburan entah ke mana. Rindu sendiri selalu menutup diri dan berusaha tidak ikut campur dalam urusan kedua orangtuanya, ia selalu memilih pergi ketika hal itu terjadi.B
“Rindu, nanti sepulang sekolah main ke rumah aku yuk! Aku punya kabar gembira buat kalian berdua,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Memangnya gak bisa dibicarakan di sini, sehingga kami harus datang ke rumahmu?” balas Bulan pada Bintang.Rindu tak berkomentar apa pun, ia hanya mengganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan sahabatnya itu. Baginya kedua sahabatnya adalah tempat mengadu paling nyaman ketika dia ada masalah. Akan tetapi kali ini gadis cantik itu enggan untuk menceritakan apa yang sedang ia rasa.Hiruk-pikuk di dalam kelas seketika berubah menjadi hening dengan kedatangan guru yang akan mengajar di dalam kelas itu dan diikuti oleh seorang murid lelaki yang baru saja datang ke sana.“Pagi, semuanya! Ibu harap kalian dalam keadaan sehat dan selalu bahagia. Hari ini ibu membawa seorang teman baru untuk kalian semua, tolong perkenalkan dirimu, Nak!” ujar guru itu pada murid lelaki yang ia bawa.&ldq
Rinjani melewati tubuh Clara menuju meja makannya. Mahasiswi cantik itu sangat santai menyantap makanan yang ada di atas meja tanpa memikirkan hal apa pun yang menganggu pikirannya. Tiba-tiba seorang pemuda tampan duduk pada kursi yang ada di depannya, mata gadis cantik itu membulat dan menghentikan kegiatan makannya setelah tahu siapa yang duduk dengan dirinya.“Apa kamu keberatan jika saya duduk di sini, Rinjani? Jika iya, saya akan pergi,” tegur pemuda tampan itu pada Rinjani.“Silahkan, Pak. Saya juga tidak berhakmengusir anda dari sini, kan yang punya kursi bukan saya,” balas Rinjani dengan sopan.Pemuda tampan itu memasukkan makanannya ke dalam mulut dengan pelan-pelan, sehingga tidak mengganggu kegiatan makan orang lain. Berbeda dengan gadis cantik yang ada dihadapannya, Rinjani terlihat terburu-buru dan dalam sekejap mata ia selesai.“Pak, saya duluan ya! soalnya saya masih ada kelas,” gadis cantik itu beranjak
Satu tamparan keras melayang ke wajah Jordi dari Rinjani. Mahasiswi cantik itu menatap tajam pada sang ayah tanpa berkedip, seolah dirinya seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.“Berlaku adil? Pada siapa kau harus berlaku adil, pada keluargamu atau wanita jalang ini?” tunjuk Rinjani pada Lilis yang masih berdiri di samping Jordi.“Ayah janji, akan memenuhi kebutuhan kalian, Nak. Aku juga tidak bisa berpisah dengan ibumu, karena dia adalah wanita yang pertama dalam hidupku,” ujar Jordi pelan pada Rinjani.“Jika kau menganggap ibuku adalah wanita pertama dalam hidupmu, maka kau tidak akan tega melakukan hal sekeji ini. Lebih baik pilih salah satu di antara mereka!” ucap Rinjani penuh penekanan.Mahasiswi cantik itu melangkah pergi meninggalkan Jordi dan Lilis. Ia memutuskan untuk pulang walau hatinya masih berkecamuk. Lain halnya dengan Jordi dan Lilis, mereka tetap berada di sana dan melanjutkan kegiatan cu
Rinjani terpaksa membuka matanya perlahan untuk menyambut dunia yang begitu menggelikan. Mahasiswi cantik itu meraih handuk yang tergantung di pintu kamarnya, lalu masuk ke dalamkamar mandi untuk melakukan ritual mandi. Tidak butuh waktu lama, Rinjani keluar dari kamar mandi dan memakai pakaian untuk pergi ke kampus lalu menempelkan sedikit bedak di wajahnya yang sudah terlihat cantik.Mahasiswi cantik itu menuju ruang makan yang telah di hadiri Rindu dan Linda. Ia tersenyum manis pada kedua wanita yang sangat ia sayangi, dan mengambil posisi duduknya yang tidak jauh dengan Rindu.“Pagi, Bu! Apa yang akan ibu lakukan seharian ini?” sapa Rinjani pada ibunya.“Pagi, Rinjani! Ibu belum tau, memangnya ada apa?” ucap Linda lembut pada putri sulungnya.“Nggak ada sih, cuma mau tanya aja. mungkin aja ibu mau kerja atau apa gitu,” ujar Rinjani sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Aku berangkat dulu ya bu!
Jam menunjukkan pukul 13:00 siang, semua siswa dan siswi SMA keluar dari kelas masing-masing karena sudah waktunya pulang. Tidak beda dengan Rindu dan kedua sahagatnya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing karena tak mau membuat keluarga khawatir.“Rindu, gimana kalau kita berumpul di rumah aku dulu? Kemarin kan kamu gak ikut,” ujar Bintang pada Rindu.“Gimana ya, Bintang. Soalnya di rumah aku banyak kerjaan, jadi kayaknya gak sempat untuk singgah di rumah kamu,” balas Rindu pada sahabatnya.“Tumben kamu sibuk, Rindu. Biasanya kan kamu selalu ada waktu buat kita,” timpal Bulan.Rindu mencoba berpikir keras alasan apa yang harus ia berikan pada kedua sahabatnya itu. sebenarnya gadis cantik itu tidak memilki kesibukan apa pun, akan tetapi ia masih enggan untuk keluar dari rumahnya, Rindu lebih nyaman dengan kesendiriannya.“Jadi gini, beberapa hari ini ibuku kurang sehat. Jadi aku gak mungkin
Bintang dan Bulan berabjak dari tempat duduknya, mereka pamit pulang kepada Rindu dan Linda. Kedua sahabat Rindu sudah merasa lega dengan kondisi gadis cantik itu, mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.“Rindu, kita pulang dulu ya! takutnya nanti orangtua aku khawatir lagi,” ucap Bintang lembut pada gadis cantik yang menemani sahabatnya itu keluar rumah.“Iya, Bintang dan Bulan. Makasih ya, kalian udah ada saat aku terpuruk begini,” balas Rindu pada kedua sahabatnya.“Hei, kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Kita akan selalu ada buat kamu,” timpal Bulan pada gadis cantik itu.Bulan dan Bintang keluar dari perumahan Rindu. Mereka berdua menuju rumah masing-masing yang tidak jauh dari tempat tinggal Rindu. Sementara itu, Rindu masuk ke dalam rumahnya dan bergegas menuju kamar. Gadis cantik itu merebahkan tubuhnya yang sebenarnya tidak begitu lelah, tetapi batinnya yang sedikit kacau.“Kamu sudah melakukan