Putri Yung Yen menatap tajam pada Arya, dan seolah tidak percaya dengan ucapan kalau Arya tidak tahu siapa gadis yang dia katakan sebagai gadis tidak tahu malu itu."Sebenarnya siapa gadis yang kakak maksud itu?" tanya Arya."Siapa lagi kalau bukan gadis yang memainkan musik kecapi itu, Ming Feng?" kata Putri Yung Yen."Ming Feng? Ohhh aku tahu! Hahahaha! Jadi kau cemburu karena gadis itu berasal dari kota Widur?" tanya Arya."Yang jelas aku tidak ingin kita ke kota Widur," kata Putri Yung Yen."Tapi bagaimanapun kita tetap harus ke sana, adik Yung! Sebelum kita bertemu dengan gadis itu, tujuan kita memang akan menuju arah utara, jadi mau tak mau kita harus menuju kota Widur," kata Arya."Tapi aku tidak ingin ke sana!""Jadi apa maumu? Apa kau ingin aku kembalikan ke Sekte Angin Timur?" tanya Arya.Wajah Putri Yung Yen berubah. Itu sebuah perkataan yang tidak dia sangka akan keluar dari mulut Arya."Sudah aku katakan, tujuanku ke negeri ini adalah menuju Danau Rawa Maut. Jika kau ingi
Tanpa Arya sadari sedikit pun, ia telah berada dalam bejana itu selama berhari-hari lamanya. Itu karena kehangatan yang ia rasakan dan juga rasa lelah yang menumpuk selama ini membuat Arya seperti mendapatkan istirahat yang selama ini ia butuhkan."Dasar bocah ini, apa tubuhnya akan menyerap semua ramuan yang aku siapkan ini?" gumam Raja Obat yang melihat Arya belum juga bangun dari tidurnya.Raja Obat awalnya yakin bahwa Arya akan bangun dalam satu hari, dan dalam tubuhnya akan ada anti-racun yang akan menetralkan racun apa pun yang masuk ke dalam tubuh Arya.Tapi tanpa Raja Obat tahu, ramuan yang ia buat justru memaksa masuk ke dalam tubuh Arya, mengisi semua pori-pori tubuhnya.Tidak hanya pori-pori saja, tapi hampir seluruh bagian dalam tubuh Arya kini sudah terisi ramuan buatan Raja Obat."Apa aku bangunkan saja dia?" gumam Raja Obat.Raja Obat mulai memikirkan untuk menyadarkan Arya, tapi langkah itu ia tepis, karena ia yakin Arya pasti akan menerima semua ramuan itu. Dan itu me
"Kau sudah membunuh semua keluarga yang dekat denganku, kau sudah membunuhnya!" ucap pejabat Hun Lon dengan wajah yang penuh dendam pada Arya."Semua itu karena kau, pejabat Hun Lon. Jika kau sadar dan menyadari bahwa semua yang kau lakukan adalah kesalahanmu, maka kau akan sadar bahwa sesungguhnya semuanya berawal dari sikap angkuhmu!" kata Arya."Dan bukti dari keangkuhan yang kau miliki adalah kematian Eyang Huin Lo!" lanjut Arya.Pejabat Hun Lon tetap tidak terima semua ucapan Arya. Ia tetap menyalahkan Arya atas semua kematian yang terjadi pada keluarganya, pada putranya Lui Lon dan juga kakeknya, Eyang Huin Lo."Sekarang kau pikirkan saja, apakah semua yang kau lakukan selama ini adalah sebuah kebenaran dan jalan yang kau inginkan, atau kau akan tewas karena sikap angkuhmu itu," kata Arya."Aku tidak akan berhenti sampai kau tewas!" ucap pejabat Hun Lon."Dan kau juga akan tewas karena sikapmu itu. Meskipun bukan karena aku, tapi pasti kau akan tewas karena ulahmu sendiri," kata
Eyang Huin Lo mundur karena perkataan Arya, dan kini dia tahu kenapa pedang merah memilih untuk berpisah dengannya. Tapi tetap saja, amarah terlihat di mata Eyang Huin Lo. Itu karena pedang merah yang selalu menjadi temannya, kini sudah berpisah darinya. Hiatttttt!! Eyang Huin Lo melupakan semuanya—melupakan bahwa dia sesungguhnya adalah golongan yang lurus. Dia mengalirkan tenaga dalam besar ke seluruh tubuhnya, hingga tubuhnya bergetar hebat. Dengan gerakan yang cepat, Eyang Huin Lo menyerang Arya dengan kekuatan penuh. Bammmmmmm!! Energi kuat kembali beradu. Itu adalah benturan kekuatan dari Eyang Huin Lo dan Arya. Arya jelas tidak mau kalah. Dia tahu kemampuan Eyang Huin Lo bisa merusak bagian dalam tubuhnya. Karena itu, Arya meladeni permainan jurus Huin Lo. Jleedarrrr! "Aku akan ladeni Eyang dengan seluruh kemampuan yang aku miliki! Tubuh petir!" teriak Arya. Brarrrrrrrr! Satu ledakan energi petir terjadi di udara. Itu adalah ledakan dari tubuh petir. Kini
Sretttttttt!Eyang Huin Lo mencabut pedang merah. Tapi Arya malah kaget dan tidak menyangka jika akan melihat pedang itu, karena Arya merasakan ada energi petir di pedang itu."Pedang Petir Merah!" desis Arya dan mundur beberapa langkah ke belakang."Ada apa, anak muda? Apa kau takut melihat pedang ini?" tanya Huin Lo."Asal kau tahu, pedang merah ini akan menebas lehermu," kata Huin Lo sambil menodongkan pedang merah pada Arya."Kau tidak memiliki peluang untuk kalahkan aku, Kek. Bahkan aku akan ambil pedangmu itu," kata Arya."Apa? Kau katakan kau akan ambil pedang ini? Bunuh aku terlebih dahulu!"Haaaaaaaaaaa!Amarah Eyang Huin Lo sampai ke puncaknya saat Arya mengatakan dia akan ambil pedang merah, pedang yang selama ini selalu bersama dirinya.Bagi seorang pendekar, senjata merupakan nyawa kedua. Jika ada yang merebut senjatanya, maka itu sama saja dengan mengambil nyawa pendekar itu.Arya menghindari serangan pedang merah, tapi ternyata jurus pedang milik Huin Lo memang jurus ti
"Ada apa ini, Kek?" tanya Arya sopan dan tidak menunjukkan jika dia adalah golongan yang hitam.Setelah mengucapkan itu, Arya mencoba menarik tangannya, tapi Eyang Huin Lo tidak melepaskan pegangan pada tangan Arya. Dan itu membuat terjadi adu tenaga dalam saat mereka bersalaman."Kakek! Apa kita memiliki masalah?" tanya Arya.Meskipun Arya sudah tahu jika Eyang Huin Lo pasti adalah orang suruhan dari Pejabat Hun Lon, tapi Arya ingin memastikannya.Eyang Huin Lo sesungguhnya cukup kaget dengan sopan santun yang keluar dari mulut Arya."Apa dia sungguh membunuh Lui Lon? Tapi kenapa sikapnya tidak terlihat seperti seorang pembunuh?" gumam Eyang Huin Lo dalam hati.Eyang Huin Lo melepaskan tangannya, dan dia semakin kaget karena Arya mampu bertahan dari tenaga dalam yang dia miliki."Dia tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia memiliki kekuatan tenaga dalam yang cukup besar, tapi aku yakin dia tak mungkin mampu hadapi diriku. Apalagi pengalaman yang aku miliki jauh lebih banyak darinya,"