Arya jatuh tak sadarkan diri, pertarungan yang terjadi antara dirinya dan manusia gurun tidak hanya menghabiskan tenaga dalamnya, tapi juga menghabiskan stamina tenaga fisiknya. "Aku kalah!" ucap Arya dan menutup matanya tanpa sadar. Saat Arya jatuh tak sadarkan diri, pasir yang membelenggu tangan dan kakinya lepas, dan perlahan tubuh Arya jatuh ke dasar lubang itu. Dari dinding lubang pasir, manusia gurun keluar dan tersenyum pada Arya. "Kau memiliki tenaga dalam yang besar, tapi kau kurang dalam tenaga fisik, seharusnya kau juga pelajari itu anak muda," kata manusia gurun bicara pada Arya yang tidak sadarkan diri. Tukkkkkk! Manusia gurun menotok tubuh Arya, dan setelah itu dia alirkan hawa murni ke tubuh Arya. Manusia gurun mengangkat Arya di pondongan tangannya, dan setelah itu melayang ke udara. Begitu Arya dan manusia gurun berada di atas pasir, lubang pasir itu kembali tertutup dan keadaan di gurun pasir itu kembali tenang. "Tidak ku sangka jika aku harus gunakan jurus l
Jledarrrr! Petir menyambar di atas langit, dan itu petir itu meluncur turun dan menyambar ke tubuh Arya. Haaaaaaaaaaa!! Tubuh Arya melayang ke udara, dan itu membuat Arya bagaikan manusia yang menakutkan. "Hahahahaha! Ayo! Tunjukkan kekuatanmu yang sesungguhnya!" teriak manusia gurun malah tidak takut melihat kekuatan besar yang Arya perlihatkan. "Aku juga akan menunjukkan semua kemampuan yang aku miliki," kata manusia gurun itu. Setelah mengucapkan itu, manusia gurun menghentakkan kakinya ke pasir, dan pasir terangkat tinggi. Dengan terangkatnya pasir yang banyak itu, tubuh manusia gurun juga ikut terangkat ke udara. Kini, manusia gurun dan Arya berhadapan dan saling pandang di udara. Haaaaaaaaaaa! Manusia gurun menggerakkan tangannya, dan tangannya memanjang berjalan ke arah Arya. Bammmmmmm! Tangan Arya beradu dengan tangan manusia pasir, dan betapa kagetnya Arya saat tangan manusia pasir malah pecah dan berubah jadi pasir. "Apalagi ini?" gumam Arya. Belum juga hilang k
Manusia gurun menatap tajam pada Arya, itu karena Arya masih memikirkan orang lain disaat Arya sudah dapatkan tantangan dari dirinya. "Pergilah tuan putri! Nanti aku akan menyusul kalian," kata Arya. Putri Gut menatap Arya, dia merasa sangat berat untuk tinggalkan Arya. "Arya! Aku tidak akan masuk istana sebelum kau datang," kata Putri Gut yang menghawatirkan Arya. "Aku pasti datang tuan putri," kata Arya. Putri Gut diam, tanpa sadar tangannya memegang tangan Arya dan meletakkan tangan Arya di wajahnya. "Aku akan menunggu dirimu, akan aku tunggu," kata Putri Gut. Tanpa Putri Gut sadari dia sudah memiliki satu rasa yang dia tidak pahami pada Arya. "Aku merasa sangat berat berpisah denganmu, Arya. Aku masih ingin bertemu dengan dirimu," kata Putri Gut. "Tuan putri, aku tidak akan mati! Aku pasti akan datang menemui dirimu," kata Arya. "Apa kau berjanji?" tanya Putri Gut dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku janji," jawab Arya. "Sekarang pergilah! Komandan Tut. Aku percayakan k
Ketua Biet bersama seluruh anak buahnya kaget dengan kehadiran orang yang mereka terus awasi. "Bagaimana kau bisa ada di sana?" ucap ketua Biet tidak percaya dengan kecepatan Arya. "Bukan kalian yang harus bertanya, tapi aku yang harusnya bertanya," kata Arya dan turun dari atap rumah itu. Huppppp! Dengan tenang Arya mendarat tepat di tengah ketua Biet dan seluruh anak buahnya. "Kenapa kalian ingin membunuhku?" tanya Arya. "Asal kau tahu, kau adalah buronan Sekte Naga Hitam, harga kepalamu bahkan jauh lebih mahal dari harga sebuah wilayah di negeri ini," kata ketua Biet dan itu sangat membuat Arya kaget. "Kenapa sekte kalian membuat harga untuk kepalaku?" tanya Arya ingin tahu. "Apa kau pura-pura tidak tahu? Kau sudah hancurkan satu markas wilayah Sekte Naga Hitam, dan itu jelas sebuah penghinaan bagi kami," jawab ketua Biet. "Jadi kalian ingin membunuh aku?" tanya Arya. "Tidak usah tanyakan lagi! Serang dan ambil kepalanya!" teriak ketua Biet. Crasssssss!! Belum sempat ad
Komandan Tut terdiam, kini dia sadar jika dia sudah salah merendahkan Arya. Dan itu membuatnya sangat malu."Kenapa diam saja? Segera singkirkan kayu yang melintang itu?" bentak Arya pada komandan Tut."Ba ... Baik tuan pendekar," kata komandan Tut tidak berani lagi membantah.Saat perhatian Arya teralihkan, ketua dari bandit hutan Guin berdiri, dan mencoba untuk melarikan diri.Huppppp!!Arya melompat tinggi, dan memotong pergerakan dari ketua Weu.Plakkkkkk!!Arya menampar keras bagian belakang kepala ketua Weu, dan itu membuat ketua Weu terjungkal ke depan."Kau mau kabur kemana? Tidak ada jalan untuk kabur," kata Arya.Ketua Weu pucat. Dia yang awalnya sangat sombong kini semua kesombongan yang dia miliki hilang tak berbekas."Bagaimana kau ingin mati?" tanya Arya."Ampun .. ampun tuan pendekar! Berikan aku kesempatan untuk mengubah hidupku," pinta ketua Weu.Hahahahaha!"Ada apa dengan kalian golongan hitam? Kenapa setiap kalian dalam keadaan terdesak kalian meminta ampunan? Apa
Kusir Jum sangat bingung dengan ucapan Arya yang menyuruhnya untuk waspada."Apa lagi yang ditakutkan tuan? Jumlah kita kini sudah jauh lebih banyak lagi, dan jelas yang mengawal kita saat ini adalah pengawal terbaik dari kota Guin," kata kusir Jum."Itu menurutmu, kusir Jum. Tapi jika perampok melihat rombongan kita yang penuh dengan pengawalan, aku yakin mereka akan jadikan kita target penyerangan," kata Arya.Kusir Jum paham, dia kini sadar kenapa Arya menyuruhnya jauh lebih waspada lagi."Para perampok akan berpikir jika kita mengawal sesuatu yang berharga, dan itu akan menarik perhatian mereka untuk menyerang kita," kata Arya."Kau benar tuan! Kenapa aku tidak terpikir ke sana?" kata kusir Jum mengakui semua kebenaran kata-kata Arya."Tapi sudahlah paman, aku mau melihat kemampuan dari komandan yang sombong itu," kata Arya lagi.Orang yang dimaksud Arya sudah pasti adalah komandan Tut. Komandan yang meremehkan diri dan kemampuan Arya.Brakkkkkkk!!Seperti yang sudah Arya perkirak
Satu dari lima orang itu merupakan wakil dari ketua Chu Cai. Dan dia tidak terima jika harus tunduk pada tuan muda, putra dari ketua Chu Cai, tuan muda Yun Li."Kenapa ketua tidak mengatakan jika dia akan pergi meninggalkan sekte, dan malah memberikan kepemimpinan pada tuan muda Yun Li!" ucapnya.Dia adalah wakil pertama ketua Chu Cai, wakil Cat. Dia merupakan orang kedua terkuat di sekte naga hitam, dan dia juga memiliki banyak kelebihan sehingga ketua Chu Cai mengangkatnya jadi wakil ketua sekte naga hitam.Wakil Cat berjalan masuk, dan menemui putra dari ketua Chu Cai."Tuan muda, kami sudah kembali dari kota Dong, dan sudah melihat langsung markas sekte wilayah Dong," kata wakil Cat memberikan laporan."Selamat datang kembali paman, aku senang paman kembali, aku sudah menunggu dari kemarin," kata tuan muda Yun Ji sangat sopan.Wakil Cat lega, dia yang awalnya merasa jika putra dari ketua Chu Cai akan berubah karena berada di puncak kepemimpinan menjadi bernapas lega."Bagaimana ke
Kota Huth, kota yang menjadi markas utama dari sekte naga hitam. Sekte gelap yang berkuasa di dunia persilatan negeri Burma."Barata! Apakah kau sudah siap menuju gua lembah batu?" tanya Chu Cai pada rekannya itu."Sudah! Aku harap disana kita akan membuka kunci untuk ambil pusaka yang ada di tubuh gadis itu," kata Ki Barata."Sudah pasti Barata. Kau akan memiliki pusaka itu, sama seperti diriku yang sudah memiliki pusaka api," kata Chu Cai."Kau beruntung memiliki kunci untuk membuka pusaka mu, sementara aku tidak memiliki kemampuan itu," kata Ki Barata."Itulah gunanya rekan, kita bisa saling membantu dan lengkapi," kata ketua Chu Cai."Kau benar! Sahabatku," kata Ki Barata yang merasa senang dengan keberadaan ketua Chu Cai di sampingnya.Putra Chu Cai, Yun Ji. Mendekati ayah dan pamannya, Ki Barata. Dia mendekat karena melihat dua sahabat itu akan tinggalkan markas utama dari sekte naga hitam."Ayah akan kemana?" tanya Yun Ji."Ayah dan pamanmu, dalam waktu yang lama akan tinggalka
Kota Guin, kota yang dilalui oleh rombongan Arya. Saat ini kita itu dikuasai oleh pejabat Inkau. Pejabat yang langsung di urus oleh raja Burma, ayah dari putri Gut. Putra pejabat kota itu, tuan muda Gon, merupakan orang yang sangat arogan. Pemuda yang sangat banggakan kedudukan ayahnya sebagai penguasa dan pejabat kota Guin. Seperti yang saat ini dialami oleh rombongan Arya. Tuan muda Gon melaporkan perlakuan dan penolakan putri Gut pada dirinya, dan itu membuat pejabat Inkau marah. "Segera bawa rombongan tidak tahu diri itu ke mari, aku akan berikan hukuman pada mereka!" bentak pejabat Inkau pada panglima kota Guin. Panglima Biet, panglima yang merupakan juga satu paket dengan pejabat Inkau saat di utus oleh raja Burma langsung melaksanakan tugas untuk menjemput Arya dan rombongan yang ada di kedai di tengah kota Guin. "Apapun yang ingin kalian katakan, katakan nanti di kediaman pejabat Inkau," kata panglima Biet. "Tidak bisa seperti itu panglima. Kami harus apa kesalahan yang