Home / Fantasi / Sang Penghancur Langit / Latihan Perkuat Tangan

Share

Latihan Perkuat Tangan

last update Last Updated: 2024-10-29 11:50:02

Saat pagi hari, sebelum Arya bangun dari tidurnya, Sanjaya mengumpulkan banyak batu. Dari batu kecil hingga batu besar, yang mana semua batu itu dikumpulkan di belakang pondoknya.

Suara batu-batu yang dikumpulkan, itu membangunkan tidur, Arya, dan bocah itu keluar dan melihat semua batu itu.

"Guru, untuk apa semua batu ini?" tanya Arya.

"Batu ini akan jadi sasaran latihanmu, Arya!"

"Batu jadi sasaran latihan?" kata Arya bingung.

"Iya! Seperti yang sudah guru katakan kemarin, kau harus memperkuat kedua tangan dan kakimu bukan?"

"Terus?"

Sanjaya tidak menjawab, namun dia menuju ke arah sebuah batu, dan langsung memukul batu itu, dan ia melakukan itu kembali tanpa tenaga dalam.

Bammmmmmm!!

Batu sasaran pukulan Sanjaya langsung hancur, dan itu terlihat di mata Arya.

"Dengan hancurkan batu ini dengan pukulan, maka itu akan memperkuat tinjumu!" kata Sanjaya.

Setelah itu, Sanjaya memegang erat sebuah batu, dan dengan satu kali tekan saja, batu itu hancur.

"Ini akan memperkuat pegangan tanganmu, Arya!" kata Sanjaya.

Berikutnya, Sanjaya mencakar batu, dan batu juga hancur, serta dilanjutkan dengan menusuk batu dengan jari tangannya.

"Sementara yang baru saja guru perlihatkan, itu akan memperkuat jari-jarimu, Arya!" kata Guru Sanjaya.

Guru Sanjaya menjelaskan semuanya pada Arya, dan anak itu hanya bisa menelan ludahnya karena latihan itu sama dengan merusak tangannya.

"Jadi yang mana yang akan kau lakukan pertama kali, Arya?" kata Guru Sanjaya.

"Kelihatannya semuanya sulit, Guru, tapi yang termudah pastinya memegang dan pecahkan batu!" kata Arya.

"Kalau begitu, lakukan! Guru ingin kau menguasai semua itu!'

"Baik, guru!" jawab Arya.

Arya melakukan latihan baru itu, bahkan sebelum dia makan pagi, namun semua itu tak menyurutkan semangat Arya.

Arya memilih sebuah batu sebesar kepalan tangannya, dan memegang erat batu itu, dan berusaha untuk memecahkan batu itu.

Namun, sekuat apapun Arya berusaha, sedikit pun batu itu tak menujukkan kalau batu itu akan pecah.

"Sangat sulit, Guru!" kata Arya.

"Hahahah! Apakah kau pikir semuanya akan mudah, Arya?"

"Tidak, Guru!'

"Kalau begitu, lanjutkan!" kata Sanjaya.

Arya angguk kepala, dan memilih untuk meneruskan latihannya, meskipun dia tahu butuh waktu untuk memecahkan batu itu.

"Seperti yang sudah aku duga, dia butuh waktu untuk menguasainya, tidak seperti murid-murid berbakat di perguruan ini," gumam Sanjaya.

***

Satu Minggu sudah berlalu sejak Arya mulai berlatih untuk memperkuat tangannya, namun hasil yang Arya dapatkan adalah nol.

Tak ada satu batu pun yang bisa dipecahkan oleh Arya, memukul batu pun sudah membuat tangan Arya berdarah, dan itu jelas satu siksaan yang nyata saat latihan itu.

"Arya, guru akan melanjutkan misi guru yang belum tuntas, guru harap saat guru kembali, kau sudah menguasai dasar-dasar kekuatan tanganmu!" kata Sanjaya.

"Baik, Guru!" kata Arya.

"Kau bisa lanjutkan latihanmu, kau tidak perlu antarkan guru!' kata Sanjaya lagi.

Arya yang sudah mendapatkan berkah petir, sesungguhnya bisa mencerna semua itu, dan ia yakin, gurunya hanya akan mengawasi dirinya dari jauh.

"Ternyata guru belum bisa hilangkan rasa curiganya pada diriku!" gumam Arya.

Saat Sanjaya telah pergi, Arya memilih untuk tetap berada di perguruan itu, hingga Arya merasa yakin kalau Guru Sanjaya sudah benar-benar pergi dari perguruan itu.

Hiatttttt!

Bammmmmmm!

Arya memukul batu, dan bocah itu menahan rasa sakit di kepalan tangannya karena memukul batu yang besar itu.

Dan sesuai dengan dugaan Arya, Guru Sanjaya masih berada di perguruan itu, namun ia sembunyi di tempat yang aman, semua itu untuk mengawasi latihan Arya.

Namun, Arya yang memang sudah tahu rencana itu, tetap berada di belakang pondok dan latihan tanpa memikirkan kondisi tangannya yang sudah penuh darah.

"Ternyata seperti itu ya?" ucap Sanjaya.

Sanjaya bisa melihat, saat ia tak ada, Arya berlatih keras, dan tak memikirkan malam atau pun siang, bocah itu terus berlatih.

Selama dua hari dua malam, Sanjaya mengawasi Arya, dan kali ini dia yakin kalau Arya memang berlatih tanpa lelah.

"Sepertinya kecurigaan yang aku miliki padanya, tak beralasan," kata Sanjaya.

Semua yang Arya lakukan memang dia sengaja, dan semua itu berhasil untuk menepis rasa curiga Guru Sanjaya pada dirinya.

"Aku harap kau berhasil, Arya!" ucap Sanjaya.

Setelah itu, Sanjaya memilih untuk meninggalkan perguruan matahari, dan melanjutkan misi yang sempat tertunda karena ia kembali ke Perguruan Matahari.

***

Hingga pada hari ke empat sejak Sanjaya meninggalkan perguruan matahari, Arya masih tetap berada di perguruan itu, dan terus berlatih penguatan tangannya.

"Yo! Ada yang latihan memukul batu!" teriak satu suara.

Arya buru-buru balik badan, dan waspada pada tiga orang yang selalu saja menggangu dirinya.

"Sepertinya siksaan yang tempo hari belum bisa menyadarkan dirimu, Arya! Kau tak pantas berada di perguruan ini!"

"Boim! Aku tak perduli kata-kata kalian! Yang jelas saat ini aku hanya ingin latihan, jadi aku harap kalian jangan ganggu aku lagi!" tegas Arya.

"Hahahah! Sepertinya seekor monyet sedang bicara!" kata anak yang bernama Boim itu.

Boim bersama dua rekannya, yaitu Dika dan Turak, mendekat ke arah Arya, dan seperti biasa mereka akan memberikan siksaan pada Arya.

"Kali ini jangan harap bisa menyiksaku!" kata Arya.

"Hahahah! Hanya dengan berlatih memukul batu, apakah kau pikir kau akan menang melawan kami?" kata Dika.

Arya jongkok dan ambil sebuah batu, dan tanpa ragu, langsung lemparkan batu itu ke arah Turak.

Whusssssssss!

Batu itu bergerak seperti anak panah, dan Turak tak sempat untuk hindari lemparan batu itu.

Bammmmmmm!!

Kepala Turak langsung dihantam batu itu, dan darah merah mengucur dari luka di kepalanya.

"Kurang ajar, aku akan membunuhmu!" teriak Turak.

Ketiga orang yang sudah memiliki sedikit ilmu meringankan tubuh itu sama-sama melompat ke arah Arya.

Jelas Arya tidak mungkin bisa hindari serangan dari tiga orang itu, dan tubuhnya pun jadi sasaran empuk bagi serangan ketiga orang itu.

"Cukup!" teriak Arya.

Jeldaarrrr!!

Suara ledakan petir terdengar di langit saat Arya berteriak keras, dan itu membuat ketiga orang yang memukuli Arya, mundur tanpa sadar.

"Aku tidak pernah takut pada kalian! Mari bertarung sampai mati!" teriak Arya.

"Manusia bodoh!" maki Boim.

Boim melompat lagi, dan mengarahkan satu pukulan ke wajah Arya, namun Arya menahan pukulan itu dengan tinjunya juga.

Bammmmmmm!!

Arya dan Boim beradu pukulan, dan hasilnya, Arya terlempar dan jatuh ke bongkahan batu yang banyak itu.

"Bagaimana, Arya? Apakah kau masih ingin melanjutkan semua ini?" kata Dika.

"Aku tidak takut pada kalian, jadi jangan salahkan jika kalian terluka di sini!" kata Arya.

Saat itulah, aura yang cukup mengerikan muncul dari tubuh Arya, aura yang membuat tiga orang itu mundur tanpa sadar.

"Kenapa kalian mundur? Ayo kita lanjutkan dan buktikan siapa yang akan mati diantara kita?" teriak Arya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penghancur Langit    Raja yang baru

    Pertemuan itu menjadi hal yang pertama bagi raja Ragajaya dengan Arya. Dan dia sungguh tidak tahu kalau pemuda petir yang dia katakan itu ada di hadapannya.Selain Arya, raja Yuda juga memperkenalkan putri Utari, dan dua pangeran kerajaan pada raja Ragajaya."Apakah mungkin bisa aku gunakan salah satu pangeran ini untuk hancurkan kerajaan ini?" gumam raja Ragajaya dalam hatinya.Tapi, saat melihat keakraban dan keberadaan tiga saudara itu, harapannya untuk jadikan salah satu pangeran sebagai senjata sirna."Mungkin akan sulit," ucapnya lagi dalam hati.Ki Maja masuk dan juga perkenalkan diri pada raja Ragajaya."Siapa lagi orang ini? Aku merasakan kemampuan yang dia miliki tidak bisa diremehkan," gumam raja Ragajaya sambil tatap Ki Maja."Hahahaha! Sungguh undangan yang sangat jauh! Tidak ku sangka!" kata Ki Maja dengan tawa yang keras."Salam Ki!" kata raja Ragajaya langsung berubah sikap saat melihat keberadaan Ki Maja."Kerajaan Lingga yang aku dengar sudah hancur, ternyata masih a

  • Sang Penghancur Langit    Tamu yang tak terduga

    Pesta besar disiapkan sebagai pesta penobatan Arya jadi raja baru kerajaan Purawa, dan itu sudah mulai terlihat.Keramaian semakin terlihat nyata, apalagi semua undangan sudah sampai di istana.Meskipun pada hakikatnya masih banyak kerusakan pada istana itu, tapi itu tidak mengurangi antusias dari para undangan yang menunggu penobatan raja baru itu.Tapi, keramaian itu mendadak hening saat dari kejauhan terlihat satu rombongan besar dengan membawa bendera berlambang kuda."Kerajaan Lingga? Apakah mereka sungguh di undang?" ucap para tamu yang tidak sangka akan datangnya utusan dari kerajaan Linga.Rombongan yang datang dengan dikawal ratusan prajurit itu berhenti di halaman istana dan semua masih diam.Patih Kuroda dengan sigap langsung mengambil keadaan, dan datang menyambut utusan kerajaan Lingga.Kereta kuda yang membawa utusan itu berhenti, dan seorang lelaki dengan pakaian kebesaran turun dari kereta kuda itu.Di sampingnya berjalan dua orang perempuan yang bersikap lembut dan be

  • Sang Penghancur Langit    Rahasia Istana

    Kota Wan, ibukota kerajaan Purawa, kota besar yang baru saja mendapatkan serangan dari lima kelompok golongan hitam.Ki Rangga sebagai pemimpin utama penyerangan itu, tewas di tangan Arya, pangeran Candra, sang putra mahkota kerajaan.Kabar tentang akan dinobatkan Arya jadi raja baru di kerajaan Purawa, sudah terdengar hampir ke seluruh wilayah negri Purawa. Bahkan sampai ke negeri Teruma yang sudah dikuasai oleh kerajaan Lingga.Umbul-umbul sudah terpasang di seluruh kota, dari pintu masuk hingga seluruh kota dihias sedemikian rupa, sehingga tidak terlihat kalau negeri Purawa baru saja dapatkan serangan dari kelompok hitam.Satu demi satu para Adipati, tumenggung hingga pejabat kota di seluruh negeri juga sudah berdatangan.Tidak hanya itu, kerajaan juga sudah bersiap penuh menunggu kedatangan semua orang yang akan hadiri upacara penobatan raja baru di kerajaan Purawa."Apa kau gugup putraku?" tanya Permaisuri Parwati pada Arya yang duduk termenung."Siapa yang tidak akan gugup ibund

  • Sang Penghancur Langit    Pusaka Yang Mampu kalahkan Iblis

    Kedatangan Ki Maja, ke kerajaan Purawa ubah semuanya. Arya yang keukeh tidak ingin jadi raja pengganti raja Yuda tidak dapat lagi berkutik. Dengan terpaksa, Arya anggukkan kepala dan menerima kalau dia bersedia menggantikan ayahnya jadi penguasa kerajaan Purawa."Akhirnya! Hahahaha! Putra kita menerima juga!" kata permaisuri Parwati dengan wajah yang cerah ceria."Tapi, satu hal yang aku pikirkan adalah bagaimana aku akan memerintah sementara aku tidak ada di kerajaan ini!" kata Arya."Kau jangan bingung putraku, seperti yang ayahanda bilang, sementara ini ayah akan berada di belakang layar, dan gantikan dirimu. Dan satu lagi adikmu, pangeran Angga akan membantu ayahanda!" kata raja Yuda."Baiklah! Apakah aku bisa menolak lagi?" ucap Arya."Tidak! Kau tidak usah menolak lagi!" kata Ki Maja dan mendekati cucunya itu.Ki Maja membuka gelang yang ada di tangannya."Pakailah ini cucuku!" kata Ki Maja dan berikan sebuah gelang berwarna perak pada Arya."Apa ini kek?" tanya Arya."Ini adala

  • Sang Penghancur Langit    Kedatangan Ki Maja

    Arya dan seluruh orang yang ada di ruangan pertemuan kaget dengan suara yang terdengar dengan penuh tenaga dalam.Semua mata menoleh, dan ssmuanya kaget saat melihat hadirnya seorang lelaki tua yang berpakaian putih dan wajahnya penuh dengan janggut dan rambut yang memutih.Raja Yuda termangu, dan berjalan tanpa sadar, ke arah orang yang baru datang itu. Terlihat di mata raja itu sebuah mata yang penuh dengan kerinduan dan rasa haru yang menyatu menjadi satu."Ayahanda!" ucap raja Yuda tidak dapat menahan dirinya."Ayahanda!" teriak raja Yuda lagi dan memeluk lelaki tua yang baru datang itu."Jangan tunjukkan rapuhnya dirimu di hadapan punggawa kerajaan, putraku!" kata lelaki itu."Yuda tidak rapuh ayah, Yuda kuat!" kata raja Yuda dan hapus air mata yang menetes dari pelupuk matanya."Kakek!" kata Arya dan menemui lelaki yang baru datang itu.Pangeran Sengkala, pangeran Angga dan putri Utari saling pandang. Bingung kenapa pangeran Candra memanggil lelaki yang baru datang itu dengan pa

  • Sang Penghancur Langit    Pilar yang baru

    "Apa? Aku?" ucap pangeran Sengkala tidak percaya karena Patih Kuroda menyebut dirinya.Raja Yuda berdiri dari tempat dia berdiri. Dan heran dengan perkataan Patih Kuroda, sekalian Raja Yuda melihat kearah putranya keduanya, pangeran Sengkala."Patih Kuroda, aku ingin tahu apa alasanmu mengatakan kalau pangeran Sengkala yang layak jadi pengganti Mahapatih Tengguru, jadi Mahapatih baru kerajaan ini?" tanya raja Yuda ingin tahu alasan Patih kerajaan itu."Aku sudah melihat bagaimana pangeran dalam perang ini, yang mulia raja. Jadi aku sudah tahu kalau pangeran Sengkala yang pantas!" kata Patih Kuroda tanpa mengatakan alasannya."Tapi pangeran Sengkala masih muda, Patih. Dia masih butuh pengalaman!" kata raja Yuda."Kalau kita tidak serahkan pada yang muda, kapan lagi yang mulia? Apa kita akan terus menjadi pilar kerajaan ini? Cepat atau lambat, tampuk kepemimpinan akan jatuh ke tangan mereka!" kata pyoh Kuroda.Raja Yuda angguk-angguk kepala. Dia memahami maksud dari patih Kuroda."Aku m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status