Wajah Tuan Muda Yun Ji tampak begitu antusias saat Ketua Chu Cai, ayah angkatnya, mengatakan bahwa ia dan Ki Barata akan memberikan sesuatu padanya."Apa itu, Ayah?" tanya Yun Ji dengan penuh semangat.Ia tahu, Ki Barata selalu memberikan sesuatu yang sangat berharga kepadanya."Ikuti kami!" ucap Ketua Chu Cai sambil berjalan lebih dahulu.Yun Ji berjalan di samping Ki Barata."Paman Barata, apa yang akan Paman dan Ayah berikan padaku?" tanyanya ingin segera tahu."Ikut saja dulu, Keponakanku. Kau akan tahu nanti," jawab Ki Barata dengan tenang."Apa Paman tidak bisa memberitahuku sekarang?" tanya Yun Ji lagi."Kami akan memberikan sesuatu yang tak bisa dilihat dengan mata," jawab Ki Barata."Sesuatu yang tak bisa dilihat dengan mata?" Yun Ji tampak bingung."Itu sebabnya, kau ikut saja dulu. Nanti kau akan mengerti," sahut Ki Barata.Mereka berjalan melewati ruangan demi ruangan hingga akhirnya tiba di ruang utama milik Ketua Chu Cai."Duduklah, Putraku," kata Ketua Chu Cai.Yun Ji,
Kota Huth, kota yang hanya berjarak satu hari dari ibu kota Kerajaan Burma, kota Hon. Kota yang juga jadi basis utama bagi seluruh Sekte Naga Hitam.Ketua Chu Cai, ketua dari Sekte Naga Hitam, sekte yang paling ditakuti di seluruh negeri Burma, dan juga pemilik Pusaka Angin. Pusaka yang dia ambil paksa dari tubuh Angin.Dengan Pusaka Angin, atau yang diberi nama Pedang Angin Badai, dia menguasai dunia persilatan di negeri Burma. Jangankan dunia persilatan, Kerajaan Burma pun takut untuk mencari masalah dengan Ketua Chu Cai dan Sekte Naga Hitam.Kini, telah datang dan bergabung seorang pendekar hebat dari negeri Malaya. Ia juga menguasai sebuah pusaka, yaitu Pusaka Dingin: Pedang Bulan Dingin.Dengan bergabungnya pendekar dari negeri Malaya itu, yang tak lain adalah Ki Barata, kekuatan Sekte Naga Hitam semakin tidak mampu diimbangi oleh sekte-sekte lain yang ada di negeri Burma. Tidak hanya itu, golongan hitam yang awalnya masih membangkang pada Sekte Naga Hitam, lambat laun mulai meng
Putri Yung Yen menatap tajam pada Arya, dan seolah tidak percaya dengan ucapan kalau Arya tidak tahu siapa gadis yang dia katakan sebagai gadis tidak tahu malu itu."Sebenarnya siapa gadis yang kakak maksud itu?" tanya Arya."Siapa lagi kalau bukan gadis yang memainkan musik kecapi itu, Ming Feng?" kata Putri Yung Yen."Ming Feng? Ohhh aku tahu! Hahahaha! Jadi kau cemburu karena gadis itu berasal dari kota Widur?" tanya Arya."Yang jelas aku tidak ingin kita ke kota Widur," kata Putri Yung Yen."Tapi bagaimanapun kita tetap harus ke sana, adik Yung! Sebelum kita bertemu dengan gadis itu, tujuan kita memang akan menuju arah utara, jadi mau tak mau kita harus menuju kota Widur," kata Arya."Tapi aku tidak ingin ke sana!""Jadi apa maumu? Apa kau ingin aku kembalikan ke Sekte Angin Timur?" tanya Arya.Wajah Putri Yung Yen berubah. Itu sebuah perkataan yang tidak dia sangka akan keluar dari mulut Arya."Sudah aku katakan, tujuanku ke negeri ini adalah menuju Danau Rawa Maut. Jika kau ingi
Tanpa Arya sadari sedikit pun, ia telah berada dalam bejana itu selama berhari-hari lamanya. Itu karena kehangatan yang ia rasakan dan juga rasa lelah yang menumpuk selama ini membuat Arya seperti mendapatkan istirahat yang selama ini ia butuhkan."Dasar bocah ini, apa tubuhnya akan menyerap semua ramuan yang aku siapkan ini?" gumam Raja Obat yang melihat Arya belum juga bangun dari tidurnya.Raja Obat awalnya yakin bahwa Arya akan bangun dalam satu hari, dan dalam tubuhnya akan ada anti-racun yang akan menetralkan racun apa pun yang masuk ke dalam tubuh Arya.Tapi tanpa Raja Obat tahu, ramuan yang ia buat justru memaksa masuk ke dalam tubuh Arya, mengisi semua pori-pori tubuhnya.Tidak hanya pori-pori saja, tapi hampir seluruh bagian dalam tubuh Arya kini sudah terisi ramuan buatan Raja Obat."Apa aku bangunkan saja dia?" gumam Raja Obat.Raja Obat mulai memikirkan untuk menyadarkan Arya, tapi langkah itu ia tepis, karena ia yakin Arya pasti akan menerima semua ramuan itu. Dan itu me
"Kau sudah membunuh semua keluarga yang dekat denganku, kau sudah membunuhnya!" ucap pejabat Hun Lon dengan wajah yang penuh dendam pada Arya."Semua itu karena kau, pejabat Hun Lon. Jika kau sadar dan menyadari bahwa semua yang kau lakukan adalah kesalahanmu, maka kau akan sadar bahwa sesungguhnya semuanya berawal dari sikap angkuhmu!" kata Arya."Dan bukti dari keangkuhan yang kau miliki adalah kematian Eyang Huin Lo!" lanjut Arya.Pejabat Hun Lon tetap tidak terima semua ucapan Arya. Ia tetap menyalahkan Arya atas semua kematian yang terjadi pada keluarganya, pada putranya Lui Lon dan juga kakeknya, Eyang Huin Lo."Sekarang kau pikirkan saja, apakah semua yang kau lakukan selama ini adalah sebuah kebenaran dan jalan yang kau inginkan, atau kau akan tewas karena sikap angkuhmu itu," kata Arya."Aku tidak akan berhenti sampai kau tewas!" ucap pejabat Hun Lon."Dan kau juga akan tewas karena sikapmu itu. Meskipun bukan karena aku, tapi pasti kau akan tewas karena ulahmu sendiri," kata
Eyang Huin Lo mundur karena perkataan Arya, dan kini dia tahu kenapa pedang merah memilih untuk berpisah dengannya. Tapi tetap saja, amarah terlihat di mata Eyang Huin Lo. Itu karena pedang merah yang selalu menjadi temannya, kini sudah berpisah darinya. Hiatttttt!! Eyang Huin Lo melupakan semuanya—melupakan bahwa dia sesungguhnya adalah golongan yang lurus. Dia mengalirkan tenaga dalam besar ke seluruh tubuhnya, hingga tubuhnya bergetar hebat. Dengan gerakan yang cepat, Eyang Huin Lo menyerang Arya dengan kekuatan penuh. Bammmmmmm!! Energi kuat kembali beradu. Itu adalah benturan kekuatan dari Eyang Huin Lo dan Arya. Arya jelas tidak mau kalah. Dia tahu kemampuan Eyang Huin Lo bisa merusak bagian dalam tubuhnya. Karena itu, Arya meladeni permainan jurus Huin Lo. Jleedarrrr! "Aku akan ladeni Eyang dengan seluruh kemampuan yang aku miliki! Tubuh petir!" teriak Arya. Brarrrrrrrr! Satu ledakan energi petir terjadi di udara. Itu adalah ledakan dari tubuh petir. Kini