Langit ungu Selyra mulai memendar merah jingga saat fajar baru menyapu pegunungan kristal. Tapi suasana kamp Skays jauh dari tenang. Di lereng utara, formasi pertahanan sudah dibangun terburu-buru: penghalang energi, jalur pelarian, dan titik pertarungan tersembunyi. Axel berdiri di tengah kamp, menatap medan dari ketinggian dengan tatapan fokus. “Celestial Order telah tiba. Tapi kita belum siap menyerang langsung,” gumamnya. “Kita butuh pengalihan... dan penguasaan fusion pertama.” ... Di sisi timur, Olivia, Namira, dan Laxia kembali berkumpul di platform latihan. Luka kecil dari percobaan sebelumnya telah disembuhkan Lilian, dan sekarang ketiganya bersiap ulang. “Lax, jaga ritme kamu dengan Namira. Jangan terlalu impulsif,” ujar Olivia tegas. “Iya... iya...” Laxia mengangguk, lalu menggenggam tangan Namira. Namira mengatur napas. “Kalau elemen kita bertabrakan seperti tadi, kita malah meledak lagi. Kali ini, aku akan tahan partikel logamku di frekuensi rendah.” Olivi
Langit ungu lembut yang menyelimuti Planet Selyra tampak berkilau ketika Aolenric-Lerion Prime memasuki atmosfer tipisnya. Butiran cahaya bertebaran di angkasa seperti serpihan simfoni bintang. Begitu kapal besar itu mendarat dengan lembut di atas dataran kristal biru, gelombang resonansi menyapu tanah seolah menyambut kehadiran para pengunjung luar. Di dalam ruang komando, Axel berdiri tegap mengamati visual planet dari jendela utama. Di sekelilingnya, istri-istrinya sibuk memantau data atmosfer dan medan energi. "Planet ini... seluruh permukaannya memancarkan frekuensi suara," lapor Catherine, matanya menyorot layar taktis. "Inti planet ini tidak menghasilkan gravitasi stabil, tapi getaran resonansi yang menyebar ke seluruh medan." "Jadi ini... planet musik hidup?" tanya Laxia sambil menekan satu panel, lalu terkikik saat layar mengeluarkan dentingan seperti piano. "Lebih dari itu," jawab Olivia. "Planet ini hidup dari harmoni. Dan kalau dugaanku benar... ini tempat terbaik
Di tengah reruntuhan medan pertempuran angkasa, setelah pasukan Mega Void dipukul mundur oleh kekuatan gabungan Aliansi Skays, suasana menjadi sangat hening. Awan puing-puing angkasa mengambang perlahan, sementara Armada Aolenric-Lerion Prime milik Axel berputar lambat menjaga orbit. Axel berdiri di balkon observasi utama kapal, menatap kosong ke hamparan bintang yang kini seperti saksi bisu atas semua pengorbanan yang baru saja terjadi. Langkah kaki berat terdengar dari belakang. Dilan Skays, ayah kandung Axel di masa kini, perlahan mendekat. Ia berdiri tepat di sisi Axel, menatap pemandangan yang sama. "Dia sudah memenuhi takdirnya, anakku…" ucap Dilan pelan namun penuh emosi. Axel mengepalkan tangan, matanya masih berkaca-kaca mengingat pengorbanan Dilan dari masa depan yang telah menukar hidupnya demi mencegah tragedi masa depan terulang. "Aku sangat bangga..." lanjut Dilan, suaranya bergetar. "Setiap kali aku mengingat... bahwa dia adalah diriku... di masa depan." Ia me
Di markas orbit luar Bumi, armada Aliansi Skays bersiaga penuh. Sensor radar jarak jauh mendeteksi ratusan titik merah bermunculan dari sisi galaksi. Armada Mega Void akhirnya mulai bergerak ke arah sistem Bima Sakti. Di dalam kapal induk utama Aolenric-Lerion Prime, Axel berdiri tegak di ruang komando. Istri-istrinya berdiri mengelilingi, semua memakai seragam taktis khusus elemen mereka masing-masing. Aura gabungan mereka terasa berdenyut, seperti satu energi kolosal yang memancar dari inti kekuatan cinta mereka. Olivia melaporkan, "Jumlah armada Mega Void yang masuk orbit Bima Sakti... dipastikan lebih dari 2.500 kapal. Separuhnya adalah kapal tempur berat kelas Leviathan." "Semua unit tempur Aliansi sudah siaga penuh, Suamiku," sambung Ravina. Laxia menambahkan, "Pertahanan planet Bumi sudah sepenuhnya diaktivasi." Di layar besar hologram, peta taktis galaksi memperlihatkan gelombang merah yang terus mendekat. Axel menarik napas dalam, lalu menatap seluruh komandan dan
Keesokan paginya, situasi di markas pertahanan pusat Bumi semakin tegang. Armada Mega Void sudah mendekati batas luar galaksi Bima Sakti. Seluruh dunia mulai heboh dengan kabar aneh yang bocor dari stasiun orbit. Di pusat kota Savana, puluhan awak media berkumpul di lapangan utama. Helikopter berita beterbangan, layar hologram raksasa dipasang di berbagai sudut kota. Dunia menunggu kabar pasti. Tak lama kemudian, sinyal siaran darurat aktif. Di seluruh planet, layar komunikasi secara otomatis menampilkan satu sosok yang dikenal seluruh galaksi. Axel Skays. Dia berdiri gagah di balkon gedung Skays Tower, dengan latar belakang langit biru Savana. Di sekelilingnya, kesepuluh istrinya berdiri anggun, masing-masing memancarkan aura khas elemen mereka. Axel membuka mulut dengan suara tenang namun penuh wibawa. "Warga Bumi, dan seluruh penduduk galaksi Bima Sakti. Aku, Axel Skays, Ketua Aliansi Skays, pemimpin pertahanan galaksi, menyampaikan pengumuman resmi." Wajahnya serius.
Setelah prosesi pernikahan resmi di kantor catatan sipil kota Savana, Axel dan kesepuluh istrinya kembali ke apartemen megah mereka di pusat kota. Meski hari itu sangat melelahkan, suasana di dalam apartemen dipenuhi tawa dan keceriaan. “Sekarang kita resmi di mata hukum! Bukan hanya sebagai istri spiritual, tapi juga istri duniawi...” celetuk Evelyn sambil memeluk lengan Axel dari samping. Vania yang masih sedikit gugup hanya tersenyum malu-malu. “Kita benar-benar seperti keluarga kerajaan ya.” Laxia dengan ceria menambahkan, “Lebih dari itu! Kita keluarga galaksi.” Olivia terkikik. “Eh, jangan gitu ah. Nanti makin banyak media yang heboh, padahal kita cuma pengantin baru kok.” Semua tertawa. Sementara itu, Catherine sibuk mengatur berkas dokumen yang tadi dibawa dari kantor catatan sipil. “Semua administrasi sudah lengkap. Mulai hari ini kita adalah keluarga resmi Skays.” Lilian tersenyum hangat sambil menggandeng tangan Axel. “Malam ini… biar aku yang urus dulu suamik