Ravina mengatakan itu tampa rasa takut sedikitpun, Axel yang melihat itu cukup terharu, tapi dia segera mengendalikan dirinya. "Kalian sudah menerobos planet ku, lalu kalian juga berani membuat onar disini. Aku rasa Lord kalian memang pantas mati." Kata Axel tegas. Tiba-tiba ia mengeluarkan pancaran energi level 10 puncaknya. Ravina, Nevertari, Lord Lavarian, Jendral Brazuka dan Lahm, seketika bergidik ngeri. mereka merasakan tubuh mereka seperti di timpa sebuah gunung. Saat mereka mulai merasa putus asa, tiba-tiba... "Axel, cukup. Hentikan itu." Teriakan Dilan memecah keheningan. Axel pun segera menurunkan kekuatannya. Dilan berjalan mendekat bersama 16 orang dan itu termasuk Julia dan juga yang lainnya. "Nak, kau harus memenuhi takdirmu, hentikan ini, mereka berdua juga termasuk dua calon istrimu, mereka akan berjuang bersamamu mulai sekarang, hingga pertempuran akhir nanti. Lord Lavarian itu juga adalah mertuamu sekarang." Kata Dilan menjelaskan dengan santai. Ravina dan
Axel memunculkan dua tombak kristal, lalu melemparkannya ke arah lahm dan Jendral Brazuka. dengan presisi, tombak itu menancap di bahu kanan masing-masing mereka. Saat Axel hendak menyerang Laxia, tiba-tiba dari belakangnya terasa hembusan angin yang melesat ke arahnya, tampa menoleh Axel berbalik dan mengarahkan tinju Berliannya ke arah datangnya hembusan angin itu. "Duar." Seketika sesosok tubuh gemuk, langsung hancur akibat pukulan itu. Sosok itu tidak lain adalah Dodoria. Sampai saat kematiannya, ia bahkan tidak tau jika orang yang membunuhnya adalah orang yang coba ia serang dari belakang. Laxia sangat terkejut dan ketakutan hingga tubuhnya gemetaran, saat itu ia pun pingsan ketakutan. Entah kenapa naluri Axel justru menyuruhnya menangkap tubuh Laxia yang hendak jatuh. Axel melihat dengan jelas kecantikan gadis berpakaian hijau yang sedang terbaring di pelukannya itu. Dalam hati Axel muncul bisikan aneh, saat itu dalam pikirannya ia kembali teringat perkataan ayahnya, 'Em
"Sederhana saja, bagaimana kalau aku melakukannya seperti saat dengan Jarbon tadi, tapi kali ini aku akan gunakan seper seratus kekuatan ku saja, jika kalian bisa bertahan maka kalian selamat, dan kalian boleh meninggalkan planet ini kapan pun kalian mau." Kata Axel lagi. "Hahaha, kau bercanda anak muda, seper seratus? Bahkan jika seluruh kekuatanmu kau kerahkan kau tetap bukan lawan ku." Ejek Lord Lavarian. "Bersiaplah." Teriak Axel. "Swosssh." "Bugh." Tinju Axel menghantam wajah Lord lavarian hingga ia terlempar cukup jauh. "Kalian semua, ayo serang." Perintah Lord Lavarian sedikit ketakutan. Dengan ragu, Jendral Brazuka dan yang lainnya langsung melesat dan memulai serangan. Dalam sekejap pertarungan lima lawan satu itupun pecah, dan Axel berada dalam kepungan kelima orang itu, Axel benar-benar berada dalam tekanan kelima orang itu. Namun ia tampak begitu tenang, karena seperti yang ia katakan, ini hanya seper seratus dari kekuatannya. setelah pertarungan itu berlangsung s
"Ratu Lilian, hal ini mungkin berawal dari kesalahpahaman, putriku dan keempat temannya saat itu sedang bermain di sekitaran Ice Planet yang merupakan tempat asal kami. Lalu sebuah pod melintas di luar planet kami, menuju ke arah ini, mereka mengira itu adalah sebuah benda asing lalu mengikutinya sampai kemari." Jelas jendral Five, membela putrinya dan juga teman-temannya. "Lalu bagaimana kau akan menjelaskan serangan yang di arahkan putrimu pada suami ku, mungkin aku perlu menjelaskan pada kalian, bagaimana suamiku. Satu hal yang perlu aku tekankan pada kalian, suamiku itu adalah orang yang sangat ramah dan santai, tapi usahakan jangan sampai menyinggungnya saat kalian bertemu dengannya nanti, kalian percaya atau tidak, kekuatan suamiku mampu meluluhlantakan Ice Planet kalian hanya dengan satu kepalan tangannya. Demi kebaikan kalian sendiri, jangan sampai kalian menyinggungnya." Kata Lilian menekankan sikap. "Ratu Lilian, tidakkah kau merasa kata-katamu terlalu kasar dan merendahka
Baru saja Ice Four ingin melakukan apa yang di perintahkan kakaknya, mereka semua tiba-tiba di kejutkan dengan kemunculan kembali sebuah pesawat tempur luar angkasa, kali ini bahkan ukuran pesawat itu hampir 2 kali lipat dari pesawat yang datang sebelumnya. "Xel." Kata catherine dengan ekspresi penuh tanya. Axel yang melihat itu menjawab, "Kalian bertiga istirahatlah, aku yang akan menghadapi mereka selanjutnya. Kepung tempat ini dari tiga arah, pastikan tidak ada dari mereka yang bisa lari, atau membuat kerusakan di luar area pertarungan kami." "Baik Xel." "Baik kakak." Jawab mereka bertiga serempak. Akhirnya, pesawat besar itupun mendarat. Seorang pria bertubuh merah seperti lahar dan seorang wanita cantik dengan kilatan petir di tubuhnya, muncul dari pesawat itu. "Ravina, kau temukan Nevertari dan lindungi dia, ayah akan menyelesaikan urusan di sini secepatnya, setelah itu kita akan segera kembali ke Vargas-8." Perintah Lord Red Lavarian. "Baik ayah." Jawab Ravina sambil d
Axel tersenyum santai dan menjelaskan, "Namaku Axel Skays, sebenarnya aku tidak ingin ikut campur dengan urusan mu atau urusan siapa pun. Tapi perlu kau ketahui, bisa dikatakan jika saat ini aku adalah orang terkuat di planet ini, jika di planet kalian mungkin kalian akan menyebutnya Lord. Gadis di sana, juga dua gadis disana adalah tiga dari empat Ratu ku." Saat itu Axel menunjuk Catherine, Olivia dan Evelyn. Hal yang di katakan Axel, adalah salah satu strategi Dilan, tujuannya adalah untuk menunjukkan kalau planet bumi bukanlah planet sembarangan yang bisa di kunjungi siapapun dengan tampa kesopanan. "Sebelumya aku pernah memperingatkan beberapa orang dari Ice Planet agar tidak berbuat onar di tempat ku, saat itu mereka patuh dan aku mengampuni mereka. Tapi kalian..." Axel menggeleng dan raut wajah cerianya berubah muram. "Kalian itu tamu tak diundang, bukan hanya berani datang, kalian bahkan berprilaku buruk pada para Ratuku dan juga pada orang lain, sekarang kau adalah con