Lan Xuefeng mengangkat telapak kanannya yang seketika mengeluarkan cahaya kebiruan. Setelahnya ia melepaskan cahaya itu, Beruang Darah terlambat menghindarinya yang membuat serangan Lan Xuefeng berhasil mendarat di tubuhnya. Ternyata jurus yang baru saja dikeluarkan Lan Xuefeng berguna untuk menekan kekuatannya lawannya, Fang melihat Beruang Darah bergerak lebih kaku daripada sebelumnya.
"Kekuatannya sudah turun setingkat daripada sebelumnya, ia juga tidak bisa berubah menjadi wujud aslinya." Lan Xuefeng menjelaskan, salah satu kekhawatiran sang gadis adalah lawan mereka berubah wujud menjadi Beruang Darah, hal itu akan membuat mereka kerepotan sebab ia akan bertambah kekuatannya dalam wujud asli."Kuserahkan padamu!" Setelah berkata demikian, Lan Xuefeng terjatuh dari ketinggian, sebelumnya ia terbang di udara. Dalam waktu singkat Lan Xuefeng kembali ke wujud semula dan tidak sadarkan diri. Fang berhasil menangkap tubuh sang adik dengan cepat. Ia kemudian meletakkan Lan XuefeJangan lupa like, komen yang membangun, share, subscribe dan vote. Terima kasih, jangan lupa kembali.
Saat Fang tersadar, matanya menatap langit-langit rumah yang tidak ia kenali. Pemuda itu menelisik ruangan menemukan Lan Xuefeng berada tidak jauh darinya. "Lan'er?!" Tanpa memperdulikan tubuhnya yang masih sakit, Fang mendekati Lan Xuefeng yang masih belum sadarkan diri sampai sekarang. "Ah Anda sudah bangun." Suara pelan seorang wanita terdengar di telinga Fang dari belakangnya membuat pemuda itu waspada. Ia lalu membalikkan tubuhnya menemukan seorang wanita yang terlihat berusia lima puluh tahunan sedang tersenyum tipis ke arahnya. Ditangannya terdapat sebuah mangkuk yang tidak diketahui isinya. "Kau pasti terkejut dan kebingungan bukan? Biarkan aku ceritakan agar tidak ada kesalahpahaman." Wanita tua itu mendekati Fang dan Lan Xuefeng. Ia berhenti setelah Fang menunjukkan kewaspadaannya. "Aiyo," wanita tua itu tersenyum pahit namun tidak tersinggung dengan sikap yang ditunjukkan Fang. Menurutnya itu masih wajar sebab mereka tidak saling kenal sebe
Fang dalam dilema antara membantu nyonya Lu atau tetap bersama Lan Xuefeng. Ia masih teringat dengan Beruang Darah yang menjelma menjadi manusia saat itu juga persis melakukan hal yang sama dengan wanita tua yang menolongnya dan Lan Xuefeng ini. Fang tidak ingin kejadian yang sama akan menimpa mereka. Hal ini membuatnya merenung dalam waktu yang panjang hingga tanpa ia sadari malam sudah menghilang, ayam berkokok dengan lantang sejenak kemudian pagi mulai menyingsing. "Tidak ada pilihan lain, aku harus membantu Nyonya Lu." Fang akhirnya mengambil keputusan, lagipula tidak mungkin bukan menemukan hewan gaib yang bisa berubah menjadi manusia di tempat yang sama. Apakah menemukan peristiwa seperti itu sangat mudah disini? Untuk mensiasati perasaan yang mengganjal di hatinya, ia meminta nyonya Lu menemaninya pergi ke rumah kepala desa untuk membicarakan tentang perampok yang diceritakan wanita tua itu semalam. Sebelumnya memang nyonya Lu mengatakan bahwa putrinya dibawa
Seorang pria yang terlihat berusia empat puluh tahunan dengan tubuh gempal serta kepala botak licin menyambut kedatangan Fang dan nyonya Lu. Belakangan diketahui sosok itulah kepala desa Kiwi Emas.Sebelum memasuki kediaman kepala desa, Fang terlebih dahulu meminta nyonya Lu untuk tidak mengatakan identitas Fang yang merupakan seorang pendekar sebab ada sesuatu yang harus ia pastikan kebenarannya. Karena itulah saat kepala desa bertanya siapa Fang, nyonya Lu mengatakan bahwa sang pemuda adalah tunangan putrinya.Kepala desa mempercayai hal tersebut, lalu menanyakan alasan mereka datang menemuinya."Kami ingin menanyakan markas perampok tersebut, sebab kami ingin memberikan penawaran kepada mereka untuk melepaskan anak gadisku." Jawab nyonya Lu sesuai yang diarahkan Fang sebelumnya.Kepala desa menjadi skeptis, "Apa yang membuatmu berpikir mereka akan melepaskan anakmu? Memberikan mereka harta? Aku yang merupakan kepala desa saja tidak bisa membujuk mereka
Fang mematung sejenak setelah mendengar penjelasan putri kepala desa, kepalanya sakit tidak tahu harus mengambil langkah seperti apa. Dari cerita gadis itu, ayahnya melakukan perjanjian dengan para perampok yaitu melepaskan putrinya tetapi dengan syarat menukarnya dengan gadis-gadis dari Kiwi Emas. Kepala desa yang sudah tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelematkan putrinya akhirnya mengikuti kemauan para perampok tersebut. "Ku mohon jangan bunuh ayahku, ambil saja nyawaku." Isak tangis sang gadis memenuhi ruangan itu membuat para penjaga dan pelayan di rumah tersebut mulai berdatangan. Nyonya Lu yang juga penasaran dengan suara tangisan keras ikut mendatangi tempat itu. Fang masih dalam kebingungan, namun setelah beberapa menit berpikir akhirnya ia menemukan jalan terbaik menurutnya. Fang meminta kepala desa untuk menunjukkan markas para perampok untuk menyelamatkan gadis-gadis desa yang diculik. Kepala desa mengikuti kemauan Fang, ia meminta pemuda it
Fng tidak langsung membunuh pemimpin perampok melainkan membawanya terbang meninggalkan tenda dan mencari anggota-anggota perampok yang lain untuk dibunuh. Tidak ada senyuman di wajah pemuda itu, tatapannya dingin, mukanya datar dan matanya terlihat memerah penuh amarah."Tuan pendekar ku mohon maafkan aku. Aku berjanji akan berubah menjadi manusia yang lebih baik." Pemimpin perampok itu memohon dengan suara parau karena air mata sudah membanjiri wajahnya.Fang tidak bergeming, ia terus mencari para perampok yang tersisa. Setiap kali ia melihat mereka, Fang langsung memenggal kepalanya dalam sekali tebasan. Ia menghela napas panjang setelah selesai mengelilingi tenda-tenda perampok dan membunuh mereka satu-persatu.Pemuda itu tidak menunjukkan kesenangan lebih tepatnya tidak ada reaksi apapun di wajahnya. Meskipun sudah membunuh semua perampok yang ada di tempat itu, namun Fang yakin pasti ada perampok lain yang sudah meninggalkan tempat itu untuk menyelamatkan
Fang menghajar kepala desa hingga babak belur. Luka dan darah mulai terlihat di tubuh pria bertubuh gemuk itu. Para gadis yang ditolong sebelumnya menjadi kebingungan, bertanya-tanya apa kesalahan kepala desa mereka itu."Gara-gara keegoisanmu mereka menjadi korbannya." Fang berteriak sembari mencekik leher kepala desa dan mengangkatnya."Andai saja kau tidak membuat perjanjian dengan perampok brengsek itu, tidak mungkin semua ini akan terjadi." Ia lalu melemparkan tubuh kepala desa ke sebuah pohon. Membuat pria gemuk itu terbatuk keras dan mengeluarkan darah segar."Ampuni aku tuan pendekar, ku mohon aku mengaku salah!" Tidak ada perlawanan lain daripada kepala desa selain terus memohon dan meminta maaf.Sebenarnya Fang ingin mencabut nyawa kepala desa namun ia mengurungkan niatnya. Menurutnya lebih baik ia membiarkan para warga desa Kiwi Emas untuk menentukan hukuman kepada pria gemuk itu. Fang lalu mengajak sebagian gadis untuk kembali ke desa sementar
Tidak ada hambatan berarti bagi Fang diperjalanan. Ia membawa Lan Xuefeng kembali ke kota Jambu Batu tanpa kesulitan. Saat itu tengah malam, Fang memang menunggu hari mulai gelap untuk memasuki kota tersebut agar tidak terlalu menarik perhatian. Ia melompat dari satu atap ke atap lainnya dan mendarat di depan pintu restoran bubur yang ia datangi beberapa watu lalu.Fang mengetuk pintu restoran tersebut, selang beberapa menit nyonya Lin membuka dan terkejut melihat kedatangan Fang lagi. Yang membuatnya lebih terkejut karena melihat Lan Xuefeng dalam keadaan tidak sadarkan diri."Apa yang terjadi padanya tuan pendekar?" Tanya Nyonya Lin khawatir."Aku bisa menceritakannya nanti, apakah nyonya Lin bisa memberikan kami sebuah kamar?"Nyonya Lin mengangguk, ia mempersilahkan Fang masuk membawa Lan Xuefeng. Meskipun baru mengenal sang pemuda beberapa hari yang lalu namun nyonya Lin tidak segan untuk membantunya sebab ia tahu Fang adalah orang yang baik. Ia memb
Fang diminta menunggu sementara pelayan itu mencari informasi yang diperlukan sang pemuda di lemari khusus yang terjejer rapi di belakangnya. Sepuluh menit berlalu, sang pelayan memanggil Fang kembali sebab ia telah mendapatkan apa yang diminta."Menurut informasi yang terdapat dalam buku ini, tabib terbaik di Kekaisaran Yang bernama Yao Jiuzhu atau Tabib Tangan Dewa." Pelayan itu mulai menjelaskan.Yao Jiuzhu atau lebih dikenal luas di dunia persilatan sebagai Tabib Tangan Dewa merupakan pendekar sepuh yang sudah hidup lebih dari seratus tahun. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti dimana letak kediamannya sebab pendekar senior itu sering berpindah tempat dari waktu ke waktu."Terakhir kabar yang terdengar, senior Yao ini tinggal di daerah selatan Kekaisaran Yang, Kota Merak Putih." pelayan itu kembali menjelaskan, "Tabib Tangan Dewa memiliki predikat tabib terbaik di Kekaisaran Yang sebab setiap pasien yang menggunakan jasanya selalu tertolong." lanjutnya.