Bab 2: Berkeliling di Hutan Ditemani Penonton Live
Kang Arya mulai mengeluarkan kamera dari dalam tas dan mulai menekan tombol untuk menyalakannya. Setelah itu ia mengarahkan kamera itu menghadap ke wajahnya. Sumber penerangannya hanya ada dari lampu yang terpasang di kepala. Kang Arya mengatur ekspresinya selama vlog yang akan dirinya upload di sosial media itu. Maka dari itu ia memberikan tampilan menarik untuk para penonton setianya. Kang Arya berhenti untuk bersiap-siap menyapa fansya dari berbagai kalangan umur. Momen seperti ini harus diabaikan, apalagi semua orang yang ada di sini adalah penjelajah malam.“Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokaaatuh. Eh iya, dari tadi kita belum kenalan guys,” sapa Kang Arya dengan logat khas Jawa itu sedang live stream Youtube dengan kamera yang baru saja dihidupkan. Kang Arya mengambil wajah-wajah pucat yang sedari tadi kelelahan setelah menempuh pendakian yang sangat menantang. Terlihat dalam live stream formasi lengkap para Penjelajah Malam.“Kali ini kita adakan Challenge bermalam di pasar setan Gunung Lawu Guys, jadi terus ikuti jejak kita ya. Jejak Penjelajah Malam!” sapanya pada viewers ghaib itu. Seusai mengucapkan opening livenya, langit yang masih terlihat terang, seketika diselimuti kabut tebal yang tak lama kemudian menutup jalur pendakian. Cahaya dari headlamp serta senter masing-masing mulai dihidupkan. Suara mereka seakan hilang tertelan kegelapan kabut dengan jarak pandangan hanya sejauh 5cm seperti judul film idola mereka. Mereka harus ekstra hati-hati, jangan sampai mereka lengah dan berakhir salah satu dari mereka ada yang celaka. Kang Arya sendiri masih mengarahkan kameranya ke segala arah agar penonton live-nya melihat suasana yang ada di situ. Banyak komentar yang mereka berikan, tapi Kang Arya tidak bisa melihatnya dikarenakan fokus melihat jalan. Apalagi memantau terjalnya jalur yang perjalanannya harus tetap dilakukan, sampai di mana mereka baru beristirahat dan mungkin akan istirahat lagi nantinya.“Guys, kalian bisa lihat jika di sana ada pohon yang sangat besar. Mungkin kalian yang indigo bisa melihat ada sosok apa di sana,” ucap Kang Aryo lewat live-nya. Saat ini Kang Arya berhenti dan menghadapkan ponselnya ke arah sebuah pohon besar itu.“Kang, di pohon ada nenek tua yang kelihatan jalan-jalan,” ucap Kang Arya membaca salah satu komen di livenya.“Saya percaya jika ada nenek tua, saya tidak tahu apakah wujudnya terlihat oleh kamera atau tidak,” sahut Kang Arya menanggapi komen netizen itu. Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Kang Arya menyusul rombongan Deny yang sudah berjalan agak jauh darinya.“Guys, kita lanjut perjalanan ini karena kabut semakin tebal. Tetap tonton dan temani kami di sini,” ucap Kang Arya. Karena setelah ini ia pasti tidak bisa menyeimbangkan kamera dan membuat kamera gerak-gerak. Setelah berhasil menyusul rombongan Deny, ternyata mereka beristirahat dan fokus menatap pada satu titik yang sama. Yaitu jurang, Kang Arya menepuk pundak Deny dan Ryan yang ada di sana, menyuruh mereka untuk tidak lagi melihat ke depan dengan tatapan kosong atau melamun. Kang Arya sendiri menghadapkan kameranya ke arah depan, penonton pastinya juga tahu bahwa mereka sedang istirahat.“Hei, jangan melamun. Kalau kesurupan pasti akan kami tinggal,” ucap Kang Arya. Rendy dan Deny sendiri tidak lagi melihat ke arah jurang itu setelah mendapatkan peringatan dari Kang Arya. Namun tidak dengan Putra, lantas Kang Arya mendekat ke arah Putra. Rendy sendiri yang posisinya berada di samping Putra langsung berpindah. Deny mengarahkan kamera live yang berada di tripod itu ke arah Kang Arya dan Putra. Penonton semakin banyak, apalagi banyak kejadian mistis menanti di depan kamera. Komennya juga banyak, tapi mereka tidak bisa membacanya satu persatu dalam keadaan seperti ini. Sunyinya malam menemani mereka, sama sekali tidak ada orang selain mereka berlima di sini. Fans mulai menebak-nebak apa yang terjadi di sini, Deny dan yang lainnya juga sedikit ketakutan melihat Putra sendiri yang terus saja melihat ke arah jurang. Apalagi tatapannya begitu kosong, dia seperti hendak berdiri tapi langsung dicegah oleh Kang Arya.“Putra, kau bisa mendengar ku? Heii, kuatkan iman mu,” ucap Kang Arya sembari terus menepuk-nepuk pipi Putra.“Bismillah, sadar Putra. Istigfar, kau tidak sendiri berada di sini,” ucap Kang Arya. Kang Arya menepuk pundak Putra cukup keras, barulah dia sadar dan tampak bingung melihat Kang Arya yang sudah berada di depannya.“Apa yang kau lihat? Kau membuat kamu takut saja,” ujar Kang Arya.“Tadi ada perempuan cantik yang mengajak ku pergi, aku mau ikut tapi tidak bisa. Kakiku seolah-olah ada yang pegang, aku menatap perempuan itu terus dan dia seperti mendekat. Aku mencoba lebih dekat dengan dia walaupun kaki ku tak menatap tanah,” terang Putra.“Lain kali sering istighfar, iman-mu belum cukup kuat. Dzikir dan mengingat Allah jika kau menemukan sesuatu yang janggal, jangan malah menatapnya. Kau seperti mayat hidup tadi, untung saja kau lekas sadar,” balas Kang Arya. Kang Arya mengambil alih kamera livenya, lalu menghadapkan kamera itu ke depan wajahnya. .“Jadi guys, jangan melamun di tempat yang sepi apalagi di hutan. Kalau kalian tanya bagaimana cara mengatasi melamun sendirian adalah dengan perbanyak istighfar dalam hati. InsyaAllah, kita semua dijauhkan dari hal-hal yang buruk,” ucap Kang Arya dengan penonton livenya.“Lanjut perjalanan,” titah Kang Arya kepada yang lainnya.“Putra, ingat. Perbanyak istighfar, minta perlindungan sama Yang Maha Kuasa,” ucap Kang Arya kepada Putra.“Iya kang,” jawab Putra sambil mengusap wajahnya selepas berdo’a. Mereka kembali berjalan, dalam hati berucap istighfar terus menerus agar kejadian seperti Putra tidak terulang lagi. Sementara Putra sendiri kembali mengingat tentang perempuan itu, bahkan tadi ia tidak berpikir jika dia makhluk tak kasar mata. Maka dari itu ia mau saja ikut dengan dirinya, sampai-sampai ia tidak menyangka jika rohnya seperti ditarik paksa oleh perempuan itu. Sejak kejadian itu tubuhnya benar-benar capek, tenaganya seperti dikuras habis. Tapi ia tidak mau memberitahu Kang Arya ataupun yang lainnya. Takutnya membuat mereka khawatir dan berakhir perjalanan ini dihentikan, ia tidak mau itu terjadi. Sedikit demi sedikit tenaganya juga pasti akan pulih secepatnya. Di perjalanan kali ini suara hewan malam lebih mendominasi, Kang Arya membawa kamera berjalan di depan. Sesekali dirinya melihat komen di livenya, ia membaca komen itu dalam hati. Ada penonton yang minta ia menunjukkan suasana langit malam di hutan ini, tentu saja langsung ia turuti. Tapi langit tidak terlalu jelas di kamera, penyebab utamanya adalah kabut yang tebal. Masalahnya sekarang adalah persediaan mereka habis, tiba-tiba terdengar suara seperti orang jatuh. Sontak Kang Arya melihat ke belakang, dapat dirinya lihat jika Putra jatuh. Langsung saja ia dan yang lainnya menghampiri Putra di belakang sana dengan khawatir karena dia tidak kunjung bangun. Semua orang tentu khawatir, takut terjadi sesuatu dengan Putra.Bab 81: Sejauh Manapun Melangkah, Tetap Rindu Rumah Kang Arya, Pak Misdi, dan Adhya saling berpandangan. Tapi kemudian ada yang menyeletuk, "Ya tentu saja bukan Pak Misdi, atau aku!" kelakar Adhya yang selayang pandang mengedarkan ke arah Kang Arya yang tak sadar bahwa ia sedang disindir. "Memang saat ini, melalui berbagai perdebatan panjang itulah, kita juga berharap secepatnya ada yang menyelamatkan nasib teman-teman kita. Meskipun ini semua masih rahasia Illahi." Kang Arya menimpali dengan arah perbincangan bersiap untuk turun. Yang lain spontan ikut bereaksi. Ada yang membetulkan rambut, tas, dan atribut masing-masing sebelum melanjutkan perjalanan yang tak singkat itu. Menebas kotoran di celana dan membetulkan posisi barang bawaan. "Sambil jalan baca-baca, jangan kosong!" Pak Misdi kembali mengingatkan semua anggota team yang menurutnya sedikit lengah karena kondisi fisik dan juga merasa telah menyelesaikan ujian akhir petualangannya. Semuanya tetap diharapkan waspada wal
Bab 80: Akhir Sebuah Keputus-asaan Semuanya kini dihadapkan pada satu keadaan yang sulit, dimana segalanya pasti akan berakhir, seperti saat pertama kali memulai. Segala perwujudan kuasa Sang Khalik yang memaknai perjalanan itu, dimana tak ada detik waktu terbuang percuma untuk menemukan kesejatian diri yang pada awalnya terabaikan. Serupa manusia yang lalai meski juga banyak yang sadar siapa dirinya saat segala rintangan menghadang. Meski waktu yang mereka lalui masih sangat singkat. Perjalanan kali ini semestinya menyadarkan semuanya bahwa mereka berpacu dengan tambahan dinginnya angin di ketinggian ratusan meter diatas laut. Diantara rindang dan desau hembusan angin yang perlahan memasuki kerongkongan mereka setelah sebegitu beratnya digunakan untuk bernafas. Para pendaki Gunung Lawu malam ini sudah sampai ke tempat yang mereka tuju. Dinginnya angin meresap ke dalam pori-pori. Bulan yang tadinya bersinar terang, kini mulai meredup. Suasana temaram yang sangat kental terasa o
Bab 79: Kedatangan Sesepuh Ke Lokasi Pendakian"Kata sesepuh lebih baik kita duduk saja. Jangan berbuat apa-apa selain kita bacakan do'a. Biarkan saja si Cahyo begitu, atau kita ikat saja biar tidak lepas!" kata Adhya pada Agung. Mereka membuat satu keputusan ditengah kegentingan situasi itu. Sesepuh mereka yang memberikan saran seperti itu sebelumnya.Tak banyak bicara, Edi segera mengambil tali yang ia bawa dalam backpacknya. "Diikat dimana memangnya? Jangan bikin masalah lagi pokoknya, nanti bisa-bisa kita semua disini yang kena resikonya!" keluhnya meski tetap akan ia lakukan saja apapun yang bisa ia lakukan."Santai saja lah, yang penting Cahyo tidak lepas. Kan kita jadi capek kalau memegangi dia terus menerus!" balas Adhya.Mereka langsung membawa Cahyo dengan sedikit kesulitan lalu mengikat tangannya kebelakang badannya agar tidak banyak memberikan perlawanan yang pastinya membuat semuanya harus kerja keras lagi nantinya.Cahyo masih dalam kondisi tak sadar, seperti pada fase d
Bab 78: Kerasukan Saat Pencarian Tondo dan WildanSaat ini, Kang Arya sesekali melihat Ki Sapta Aji tepat di sampingnya. Betapa kehadiran Ki Sapta Aji sangat penting perannya, membuat perjalanan mereka tak lagi begitu melelahkan. Tenaga yang ia habiskan takkan percuma lagi.Kehadirannya seakan menambah energi baru, layaknya sinar matahari yang datang setelah hujan badai dan petir.Impas membayar segala komitmen dan kerja keras yang telah maksimal mereka kerahkan, bahkan sampai berkorban segalanya.Team SAR kedua akan datang dari arah Selatan, sedangkan team SAR pertama berhasil menemukan jejak kaki ketiganya yang terlihat sangat jelas seperti baru saja dilalui oleh pendaki.Agung selaku ketua, mendapati jejak di atas tanah. Ia menyalakan senternya lalu berkata, "Tunggu, apa kita harus mengikuti arah jejak ini?"Beberapa dari anggotanya spontan ikut melihat, dan tampaknya mereka juga memikirkan hal yang sama."Itu tandanya kita selangkah lebih dekat untuk menemukan mereka, ayo berpencar
Bab 77: Bertemu Dengan Ki Sapta AjiKang Arya kembali menjelaskan, khawatir mereka tidak paham saat melewatinya. Seperti saat mereka mengacaukan pertemuannya dengan Eyang Prabu. Meskipun itu bukan disengaja, tapi setidaknya kali ini sudah bisa diantisipasi. Wujud yang tak tampak pastilah sangat menyulitkan mereka yang tak peka. Seperti menuntun orang buta, meski kenyataannya kondisi mereka malah senormalnya manusia."Gerbang itu hanya berjarak satu meter saja, tapi wujudnya sebenarnya sangat luas. Jadi pas nanti ada dua batuan besar, disitu tempatnya. Tapi kita harus melewatinya dengan mata tertutup. Dan jangan lupa, baca do'a dalam hati!" perintah Kang Arya. Ia mencoba membuat dua rekannya patuh padanya dengan sedikit memprovokasi dengan menutup mata."Terus, kalau kita mengintip saja boleh nggak?" protes Tondo yang selalu antusias menginterupsi. "Kalau merem, takut salah masuk," lanjutnya tanpa menoleh lagi. Ia ingin mengambil peran selama perjalanan itu."Kita berbaris, aku yang di
Bab 76: Mengungkap Wujud Asli Eyang PrabuTentu saja, Kang Arya mengambil langkah panjang seperti setengah berlari. Meninggalkan mereka yang saling terpaku dan berpandangan. Tondo memberi isyarat pada Wildan sembari mengedikkan bahu dengan perasaan bercampur aduk antara mengikutinya atau tidak.Dalam pikiran Tondo saat ini, ia merasa Kang Arya sangat bersikeras dan tidak main-main. Semua itu karena waktunya semakin mendesak untuk terlalu berbicara bertele-tele dan harus mengambil keputusan itu secepatnya.Hal yang juga ada dalam benak Wildan, sesuatu terasa berbeda ia rasakan sebelumnya dari seorang leader itu. Semangat Kang Arya yang tadinya tampak meredup, telah kembali. Sudah sepatutnya ia senang, meski dibaliknya ada rasa takut yang sedikit banyak mendera pikirannya.Takut jika suatu saat Kang Arya berubah lebih jahat ketika kembali terbentur kekecewaan saat yang datang ternyata hanya sebuah kegagalan untuk kesekian kali.Tondo mengedipkan matanya, membuat isyarat pada Wildan, dan