Bab 27: Sang Penafsir MimpiSelepas sholat, ia masih saja memikirkan mimpi itu. Hal ini membuatnya resah.Tidurnya tak lagi nyaman, rasa yang sangat menyiksanya saat ini. Beberapa kali Kang Arya mengubah posisi tidurnya yang mestinya miring ke kanan.Meski Kang Arya menyangsikan sendiri mimpi yang membuatnya ngeri itu, tapi ia tetap ingin mencari tahu jawabannya.Mungkin jika mimpi itu adalah satu firasat, maka tak ada salahnya ia berusaha memecahkannya lewat bantuan orang yang paham atau memiliki keistimewaan seperti penafsir mimpi.Ia jadi teringat salah satu temannya yang pernah menanyakan pada teman lain yang memang memiliki kemampuan seperti itu.Namanya Fauz, ia adalah salah satu murid penghafal Al-Qur'an di kampungnya. Teman Putri yang juga sering menjadi pentugas Iqomah di Masjid itu.Kang Arya mencoba meminta nomor kontak pada temannya, karena ia ingin segera mengirimkan pesan pada Fauz, dan berharap ia mampu memberikan pandangan untuk kedepannya.Fauz yang menerima pesan itu
Bab 28: Pilihan Hati RendyFauz telah pulang ke rumahnya dan meninggalkan Kang Arya yang masih ada urusan di Masjid.Kang Arya telah memilih untuk memaknai hidup seperti apa yang temannya tadi ajarkan.Dari kisah para Rasul tadi, Kang Arya mulai memahami bahwa jika ada sebuah harapan untuk maju kedepannya, maka lebih baik untuk terus melangkah dan tidak perlu merasa takut.Sebagai lambang dari rasa syukur pada Sang Pencipta yang telah memberi anugerah kehidupan.Kang Arya berjanji pada dirinya akan selalu melindungi teman-temannya, walau sedang berada di jalan yang salah sekalipun.Putri yang masih berada di Masjid, kini bertemu dengan Kang Arya.Mereka berdua membicarakan masalah yang tengah mereka hadapi.Kang Arya menanyakan pada Putri, "Kamu pernah trauma pada seseorang?""Siapa?" tanya Putri balik.Putri yang sedang merasakan kegundahan semenjak mendengar rencana Rendy yang harus menikahi Serina, mendadak merasakan kalimat itu sebuah sindiran baginya."Jadi sebenarnya, kalau kulih
Bab 29: Pertentangan Hati Rendy"Mana mungkin aku bisa, ada-ada saja kamu, Kang!" terang Rendy sambil menggelengkan kepalanya dan mengulas senyum.Putri yang mendengarnya merasa lega, karena ia masih sedikit asing dengan kalimat yang berbau 'poligami' itu.Rendy tak mungkin bisa memiliki dua pilihan, karena baginya, hatinya hanya ada satu dan tidak bisa untuk dibagi dua.Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa jika ada seorang pria memilih untuk berpoligami, maka syarat yang harus dipenuhi adalah ia mampu membimbing dalam syiar dan mau jihad di jalan Alloh. Meskipun masih banyak syarat lainnya, seperti berlaku adil.Rendy yang masih dangkal ilmu Syari'ahnya pastinya tak mampu memenuhi syarat-syarat itu.Jika kondisi ini yang membuatnya harus memilih maka ia tetap akan memilih Serina. Ia merasa janjinya harus ia prioritaskan."Maaf, Kang Arya. Kata hatiku tidak bisa memiliki dua istri. Aku takut azab kalau nanti tidak bisa berbuat adil, jadi semoga saja ini adalah pilihan yang terbaik." R
Bab 30: Perubahan RencanaKini terlihat Serina yang sedikit kebingungan terpaksa menuruti keinginan Kang Arya. Iapun mendekat ke arahnya yang mengambil kursi untuk duduk."Duduk disini, aku mau ngomong sesuatu." Kang Arya menunjuk ke satu kursi yang ia tata di antara meja.Serina melihat ada sesuatu yang salah dari dirinya hingga ia ragu-ragu. "Ada apa, apa aku salah ngomong tadi?" tanya Serina."Nggak, kata siapa kamu salah?" Kang Arya melihat ada sedikit ketegangan di wajah calon istri Rendy itu."Semuanya sedang bersiap-siap, apa kamu sudah yakin tidak akan kedatangan tamu bulanan? Maaf kalau pertanyaanku nggak sopan." Kang Arya mengawali perbincangan empat mata antara mereka berdua."Yakin kok, Kang. Apa iya kalau pas kondisi itu kita dilarang naik gunung?" tanyanya sederhana.Kondisi emosional yang lebih mengkhawatirkan bagi perempuan di masa itu, rawan akan pengaruh jahat dari makhluk tak kasat mata. Disaat itu mereka sangat menyukai kondisi yang dianggap tidak suci atau najis.
Bab 31: Sosok Penunggu GedungRendy muncul dari balik pintu, tanpa terdengar suara langkah kakinya."Bikin kaget saja kau, Ren!" keluh Kang Arya."Iya nih, tadi dikira bukan orang yang keluar!" Serina ikut menyalahkan dirinya.Rendy memang sengaja menakuti mereka, karena suasananya sangat pas saat Serina sedang membahas tentang itu."Emang aku sengaja kok, salah sendiri cerita-cerita seram," elak Rendy yang memperlihatkan geliginya yang rapi itu sambil mengambil kursi untuknya."Suster Intan masih sakit?" tanya Serina."Masih, tapi sudah diberi Handplast." Rendy menuturkan pada Serina tanpa banyak bicara.Ia merasa akan ada ketegangan saat dirinya lebih memperhatikan suster Intan dibanding calon istrinya itu.Baginya Serina lebih terlihat menakutkan saat marah, melebihi rasa takut pada hantu sekalipun."Tadi, bahas apa hayoo!" sambung Rendy mengalihkan topik bahasan."Oh, tadi tuh aku lagi bahas tentang konten saja kok." Serina tampak kembali serius."Mau kontenin apa?" tanya Rendy ke
Bab 32: Tetangga Bukan ManusiaSuara kukuk burung hantu dan binatang malam yang mulai memecahkan kesunyian menambah kengerian di rumah suster Intan.Para tetangga juga sudah beristirahat. Waktunya mereka beranjak untuk pulang."Sudah jam segini, lebih baik kita pulang saja." Kang Arya mengingatkan sahabatnya itu."Ah iya, kok ya nggak kerasa kita sampai kelupaan seperti ini!" jelas Rendy sampai hampir menepuk dahinya sendiri.Suster Intan dan Serina mengantarkan mereka sampai depan pintu."Kami mau pulang dulu!" seru Rendy."Hati-hati di jalan, kita bahas lagi besok!" suster Intan datang pada mereka dan berpesan."Iya, kalian juga istirahat yang tenang. Jangan aneh-aneh, nanti kamu nggak diajak Kang Arya loh!" sindir Rendy pada Serina sambil mencubit hidungnya."Ih, jahat." Serina tak sempat mengelak dari keisengan tingkah Rendy itu.Kang Arya lalu berpamitan, dan segera mengambil motor dengan Rendy untuk pulang ke rumah masing-masing."Antar aku ke tempat Tondo sebentar, aku mau bicar
Bab 33: Akibat Kurangnya Didikan AgamaPagi ini tak ada yang bisa dilakukan selain hanya beraktifitas keseharian. Namun ada saat Kang Arya merasa perlu mencari tahu tentang kisah yang sebenarnya dialami oleh pemilik rumah kosong semalam.Sempat Kang Arya mencari tahu sendiri kejadian apa saja yang pernah dialami tetangga sekitar rumah kosong itu.Beberapa memang tak pernah merasa takut dan tak tertarik untuk membahasnya. Ada juga yang menganggap hal seperti itu sudah biasa. Namun, bagi beberapa yang memang tertarik pada kisah mereka menjelaskan bagaimana kisah yang dialami penghuni rumah itu pada Kang Arya. Satu tetangga di seberang rumah itu mengingat saat pemilik rumah yang berisi empat anggota keluarga itu selalu menyapa mereka setiap bertemu.Mereka saat itu adalah salah satu keluarga terpandang yang berkelakuan baik. Bahkan tak mungkin mereka sampai berurusan dengan klenik.Mereka menebusnya dengan nyawa mereka, saat bepergian. Mereka meninggal karena mobil yang mereka tumpangi te
Bab 34: Maksud Dibalik SegalanyaKang Arya mulai merasa kalau makin lama ia jadi mengingkari janjinya untuk setia kawan dalam persaingan mencari simpati pada Rinda.Pastinya jika saat ini diketahui oleh yang lainnya, maka bisa dipastikan akan terjadi perselisihan.Kang Arya mengakuinya pada Rinda, dan mencoba untuk lebih introspeksi dirinya saat ini."Aku sebenarnya sangat takut mendekatimu, tapi ..." ucapnya sedikit terbata. Ia ragu saat ini kalau Rinda jadi tidak berpikir sama sepertinya.Takut ada kesalah pahaman, atau malah makin memperkeruh keadaan."Kalau boleh terus terang, sebenarnya Rinda sendiri juga bingung karena beberapa kali Rendy menyatakan perasaannya. Mungkin saja ia mencari celah untuk menjadi yang paling cepat, tapi kenapa sepertinya diriku jadi bahan pertaruhan?" ungkap Rinda dengan polosnya."Apa benar begitu?" tanya Kang Arya yang sudah pasti sedikit tak percaya. Tapi hal ini sudah sewajarnya terjadi, karena iapun hapal dengan sifat sahabat-sahabatnya itu."Putri